Hari Kedelapanbelas: Tungku Kuno

Rabu, 17 Desember, bangun pagi-pagi saya langsung menuju aula meditasi, begitu dingin di luar sana, walau sudah pakai jaket tebal, badan tetap saja mengigil, semua orang berkumpul pada pukul 6 pagi untuk melafalkan 14 Latihan Perhatian Murni. Ruang meditasi di upper hamlet termasuk masih kuno, sistem pemanasannya pakai silinder seng, kemudian tinggal masukin kayu dan bakar, jadi kadang-kadang bau asap sangat menyengat mata, untung saja tidak sampai membuat semua orang batuk.

Tungku kuno

Tungku kuno

Pagi itu saya ikut kelas diskusi sila sramanera, setelah itu meditasi jalan, setiap kali meditasi jalan bersama saya selalu bisa merasa hidupku kembali segar bugar, kontak batin dengan hutan, bumi, pohon, daun yang sudah rontok di tanah begitu dekat, mereka ikut mendukung dan memberi kebahagiaanku karena saya melihat mereka hadir dan nyata. Makan siang bersama selalu dimulai dengan 10 bel tanda berkumpul, kemudian setelah semua duduk, bunyi 3 bel untuk mulai dan kita makan dengan hening sekitar 20 menit, kemudian ada petugas mengundang 2 kali bel untuk selesai sesi makan hening, kita boleh mulai pergi cuci mangkok, menambah makanan, atau ngobrol-ngobrol kecil, namun ketika jam dinding berbunyi, semua menjadi senyap sebentar dan setelah itu kita melanjutkan apa pun yang sedang kita lakukan sebelumnya.

Bel ruang makan

Bel ruang makan

Sore saya pergi meditasi duduk, semua orang berkumpul dan langsung duduk, ada satu orang petugas chanting singkat untuk memulai meditasi sore. Meditasi sore selama 45 menit dan diakhiri dengan bel 3x, hari-hari berlalu, tak terasa kegiatan-kegiatan penuh kesadaran ini betul-betul semakin bersatu dengan hati, pikiran semakin damai dan kokoh, anehnya tidak ada rasa bosan yang hadir walaupun sudah di cari ke mana-mana, ya sudah saya berhenti mencari, hanya menikmati latihan saja.

Malam ada sesi mentor and mentee, Thay Phap Lac memberi nasihat kepada kita bagaimana cara untuk kembali pada diri sendiri ketika berhadapan dengan masalah, banyak alat untuk bantu kita untuk kembali yaitu bel, bunyi telepon, dan sebagainya, namun ketika alat-alat itu tidak ada, kita juga harus bisa kembali ke diri kita sendiri melalui pernapasan. Cerita panjang hanya untuk menegaskan bahwa kita harus terus menerus kembali pada diri sendiri, ketika kita sudah kembali kepada diri sendiri atau biasanya disebut kembali ke rumah, maka kita tahu apa yang sedang terjadi pada diri kita.

Besok adalah Day of Mindfulness di Upper Hamlet, kelompok saya mendapat tugas masak, jadi setelah selesai Mentor and Mentee, kelompok kami pergi ke dapur mempersiapkan sebagian sayur dan perlengkapan, goreng tahu, potong sayur, kupas kentang, dan lain-lain, saya pulang ke kamar pada pukul 1:30 dini hari.

ruang meditasi: dapur

Ruang meditasi: dapur

Creative Commons LicenseArtikel ini boleh dikutip sebagian atau seluruhnya dengan tetap mencantumkan nama penulis dan url, tidak dimodifikasi dan non komersial. Karya ini dilindungi oleh lisensi Creative Commons License, kecuali yang tidak disebutkan demikian.

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.