Uruwela Kasyapa merupakan praktisi ritual dan puja api di India kuno sekitar ratusan tahun lalu sebelum masehi. Ia merupakan guru terkenal yang memiliki banyak pengikut setia. Praktik puja api, ritual dan memberikan sesajen kepada para istadewata merupakan praktik turun-temurun yang telah diwariskan dari leluhur terdahulu.
Di zaman itu, Siddharta yang merupakan putra sakya mempraktikkan meditasi di Hutan Uruwela. Ia barusan merealisasi pengertian tertinggi. Anak-anak di Hutan Uruwela memanggilnya “Buddha” yang berarti seseroang yang telah bangkit terjaga dan sadar sepenuhnya.
Buddha berjalan dari Hutan Uruwela menuju tempat berkumpulnya komunitas pemuja api Uruwela Kasyapa. Buddha diundang untuk menginap beberapa hari di sana. Kedua guru besar itu berbincang-bincang banyak hal tentang hukum alam, fenomena, api, air, sungai, dan aspek-aspek meditasi. Suatu pagi, Uruwela Kasyapa dan Buddha Gotama sedang duduk di pinggir sungai Nerajara. Mereka melanjutkan dialog persahabatan yang telah berlangsung sejak beberapa hari belakangan ini.
Uruwela Kasyapa membuka pembicaraan, “Petapa Gotama, saya memperhatikan bahwa Anda menjelaskan sesuatu selalu berpijak kokoh pada pengalaman nyata, bukan sekedar teori atau konsep semata. Anda menyatakan bahwa pembebasan dari penderitaan hanya bisa dicapai melalui upaya meditasi, praktik samatha dan vipasyana secara bersamaan. Melihat fenonema di dunia ini apa adanya. Lalu bagaimana dengan seremoni, ritual, ritus, dan doa yang dipanjatkan, apakah itu tidak bisa membebaskan?”
Buddha hening sejenak, lalu mengakat jari menunjuk arah seberang sungai, “Wahai Uruwela Kasyapa, jika seseorang ingin menyeberangi sungai, maka upaya apa yang perlu dia lakukan?”
“Jika sungai ini dangkal, maka ia bisa langsung menyeberang. Jika sungai ini cukup dalam, maka dia bisa berenang atau juga mendayung sampan.”
“Setuju, itu upaya yang bagus. Namun, jika dia tidak berupaya menyeberang, berenang, atau juga tidak mendayung sampan? Bagaimana pendapat Anda; jika dia hanya berdiri di sisi sungai sebelah sini dan hanya berdoa agar sisi sungai sebelah sana berpindah mendekat ke sini? Bagaimana menurut pendapat Anda?”
“Tindakan orang ini cukup naif, dia tidak akan mungkin bisa menyeberangi sungai ini.”
“Demikian juga Kasyapa, Jika seseorang tidak mengatasi ketidaktahuan dan hambatan mental, maka dia tidak akan bisa menyeberangi sungai ini menuju ke seberang, tidak bisa menyeberang menuju pantai pembebasan, bahkan ia menghabiskan seluruh hidupnya untuk berdoa saja.”
Bagaimana pendapat Anda jika dia hanya berdiri di sisi sungai sebelah sini dan hanya berdoa agar sisi sungai sebelah sana berpindah mendekat ke sini?
Maha Kasyapa takjub dan matanya berkaca-kaca. Ia langsung merebahkan badannya untuk bersujud memberi hormat kepada Buddha, “Petapa Gotama, saya sudah menghabiskan separoh hidup saya. Mohon terimalah saya sebagai pengikutmu, berikanlah kesempatan untuk mempelajari dan mempraktikkan metode pembebasan yang Anda babarkan.”
Buddha segera mengangkat Uruwela Kasyapa agar berdiri kembali dan menyampaikan, “Saya bersedia, namun bagaimana dengan 500 muridmu? Siapa yang akan membimbing mereka jika Anda pergi?”
Uruwela Kasyapa menjawab, “Petapa Gotama, berikanlah saya kesempatan untuk mendiskusikan dengan mereka, besok siang saya akan memberikan keputusan akhir.”
Keesokan paginya, setelah selesai pindapatta, Uruwela Kasyapa datang bertemu dengan Buddha dan menyampaikan bahwa semua murid-muridnya setuju juga menjadi pengikut Buddha.”
*Artikel ini ditulis ulang berdasarkan buku Old Path White Clouds Hal 274 s.d. 276, buku ini merupakan mahakarya dari Bhante Thich Nhat Hanh
Artikel ini boleh dikutip sebagian atau seluruhnya dengan tetap mencantumkan nama penulis dan url, tidak dimodifikasi dan non komersial. Karya ini dilindungi oleh lisensi Creative Commons License, kecuali yang tidak disebutkan demikian.
Namo Buddhaya Bhante, menurut saya kita harus berusaha mencari jalan keluar bila ada masalah, tidak cukup hanya dengan doa. Jika kita berdiam diri maka tidak ada hasil yang di dapat. Bila kita menginginkan masalah selesai sesuai kehendak kita, itu mustahil. Karena jalan yang kita tempuh berada dalam genggaman kita sendiri. Bagaimana kita berpikir dan mencari jalan dalam setiap masalah yang terjadi. Budha membabarkan dengan sangat bijaksana.