Cinta Kosong Perasaan Istimewa

Ketika Engkau mencintai seseorang, bukan berarti dia istimewa, tapi karena Engkau memiliki perasaan istimewa kepada dia.

Cinta memang misterius, Anda boleh saja percaya pada cinta pada pandangan pertama, silakan! Tetapi banyak juga yang skeptis, jangan pernah melarang jika mereka memilih skeptis. Terserah apakah Anda percaya atau skeptis. Marilah kita tersenyum dan jangan menabrak domain masing-masing orang.

Cinta muncul dari ada perasaan istimewa itu, tapi apakah seseorang tersebut betul-betul istimewa? Jika dia memang istimewa maka semua orang yang melihat dia akan istimewa, tapi pada kenyataanya tidak demikian. Barangkali Anda perlu kontemplasi sedikit lebih dalam untuk mengerti ini.

Anda mencinta seseorang karena ada perasaan istimewa dalam dirimu terhadap dia, lalu bagaimana kalau perasaan itu sirna? Maka orang itu sudah tidak istimewa lagi bagimu, benar demikian? Menurut saya benar adanya.

Mencintai?
Keistimewaan apa sih yang membuat Anda mencintai dia? Ini mungkin sedikit filosofis, seolah-olah pertanyaan yang melayang-layang di atas langit. Tenang saja, mari kita bumikan pertanyaan ini. Mencintai wajahnya? Mencintai senyumnya? Mencintai bulu matanya? Mencintai lesung pipinya? Mencintai, maaf, body-nya yang aduhai? Anda boleh melanjutkan pertanyaan serupa di atas.

Mari kita lanjut ke domain yang sedikit berbeda. Apakah kamu mencintai dia karena sifatnya? Cara dia menatap dirimu? Gayanya berjalan? Caranya bicara? Atau karena cara dia memperlakukanmu dengan penuh keistimewaan juga?

Sebuah Tragedi?
Ketika manusia “jatuh” cinta, otak-nya beroperasi dengan mekanisme sedikit berbeda, otak memerintahkan hanya untuk melihat semua yang baik-baik saja, bahkan hal yang kurang baik juga dianggap baik. Semua itu seolah-olah tertutupi oleh sebuah lapisan, tidak tahu jelas apa sebutanya. Lalu, orang yang sedang “jatuh” cinta itu selalu menyatakan bahwa dia adalah orang paling sempurna baginya.

Melihat istilah yang diciptakan oleh manusia, “jatuh” cinta, pakai tanda petik. Jatuh sudah jelas sebuah tragedi. Sebut saja, ibu itu jatuh dari sepeda motor, ini sudah jelas tragedi. Anak itu memanjat pohon, karena tidak hati-hati lalu jatuh ke bawah, sekali lagi ini tragedi. Pesawat itu jatuh, hingga saat ini belum diketahui penyebabnya, lagi-lagi tragedi. Lalu “jatuh” cinta ini apakah sebuah tragedi? Tenang saja, refleksi ini bukan untuk menyulut kontroversi, tapi mengiring Anda untuk melihat lebih dalam atas cinta.

Cara pandang ajaran Buddha tidaklah satu sisi saja, ketika melihat tragedi dengan seksama maka dia juga bisa melihat berkah. Orang Indonesia paling kreatif kalau urusan satu ini. Contoh ibu yang jatuh dari sepeda motor kan sebuah tragedi, tapi ada yang berkomentar, “Untung tidak luka parah, hanya motornya saja yang rusak.” Coba lihat, masih ada untungnya, “Blessing in disguise”. Anda akan menemukan banyak contohnya seperti itu.

Ditujukan ke?
Manusia selalu mencoba untuk menggeser tragedi agar bisa melihat berkah di balik itu, setidaknya membuat dirinya sedikit lebih nyaman, “not too bad” gitulah istilahnya. Otak manusia juga sudah terbiasa merespon hal demikian, walaupun kadang dalam hatinya cukup kesal karena jatuh dari sepeda motor gara-gara lubang di trotoar. Loh, kok trotoar? Karena itu shortcut untuk melaju cepat tanpa menunggu lama. Ada orang yang malah mengucap syukur, siapa suruh menyerobot hak para pejalan kaki!

Semua ini berkaitan dengan perasaan. Kalau perasaannya ditujukan kepada jatuh dari sepeda motor maka ada rasa kasihan. Kalau perasaanya ditujukan kepada para pejalan kaki maka yang lahir adalah rasa kecewa, kesal, dan tidak terima. Jadi Perasaan memainkan peranan yang cukup besar dalam menentukan responnya.

Mari kita kembali kepada cinta. Lantas, ketika Anda jatuh cinta kepada seseorang, perasaan Anda tertuju kepada dia, perasaan istimewa, bahkan sangat istimewa. Sudah pasti ada pemicunya yang disebabkan oleh panca indra, apakah dari mata? Dari hidung? Dari telinga? Anda bisa cari tahu sendiri. Lalu apakah sejatinya dia adalah seseorang yang istimewa? Tampaknya ini debatable, menurut panca indra-mu bahwa dia istimewa, tapi menurut panca indra orang lain bisa saja datar, atau bahkan ada orang lain menanggap tidak ada istimewa sama sekali.

Cinta istimewa
Sejatinya, yang membuat dia istimewa adalah perasaan dalam dirimu. Perasaanmu yang memberi komando bahwa dia adalah seseorang yang istimewa. Meditasi dalam buddhis pertama membawa perhatian kembali kepada badan jasmani, mengakar di sini dan saat ini, sehingga pikiran lebih hening. Kondisi demikian menjadi titik tolak untuk mengamati perasaan secara seksama. Hati-hati jangan terjebak dalam analisa logika yang kadang bisa menyeret Anda pada benang kusut.

Ingatlah untuk mencintai dia apa adanya, karena pelan-pelan akan terlihat sisi-sisi lainnya, perasaan juga akan terus bergeser, mencintai berarti mencintai semua keistimewaan dan non-keistimewaanya. Celakanya manusia hanya mencintai keistimewaaanya saja, lalu tidak mau non-keistimewaanya. Kontrovesi perasaan mulai terjadi pada tahap ini, dan inilah benih-benih menuju kegalauan tingkat dewa.

Cinta perlu disiram secara rutin, seperti bunga. Jika Anda tidak menyiraminya dengan pengertian, maka cinta ini akan mati. Demikian juga sebuah rumah tangga, fondasinya adalah pengertian yang memanifestasikan diri dalam bentuk cinta. Jika tidak ada pengertian, bisa saja itu cinta buta, cinta fisik semata, cinta nafsu, atau kadang disebut cinta kosong.

Creative Commons LicenseArtikel ini boleh dikutip sebagian atau seluruhnya dengan tetap mencantumkan nama penulis dan url, tidak dimodifikasi dan non komersial. Karya ini dilindungi oleh lisensi Creative Commons License, kecuali yang tidak disebutkan demikian.

One comment on “Cinta Kosong Perasaan Istimewa

  1. mella Sep 2, 2017 19:02

    Namo Buddhaya, Bhante.. sangat menginspirasi dan memberikan pencerahan artikelnya.. terimakasih banyak.. sadhu 🙏

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.