Apa Itu Racun?

Pada umumnya, ada bahan yang dikategorikan sebagai obat. Ada bahan lain yang dikategorikan sebagai racun. Tampaknya sepintas bahwa obat dan racun bertolak belakang. Jika diteliti lebih dalam, ternyata mereka bisa saling tukar posisi. Mengerti maksudnya? Serasa serupa dengan Sutra Hati yang membicarakan rupa dan kosong.

Obat yang dibeli di apotek tentu saja untuk menyembuhkan penyakit, dengan catatan digunakan sesuai dosis. Ingat kata kuncinya, sesuai dosis. Obat itu akan berubah posisi menjadi racun ketika dosisnya berlebihan alias overdosis.

Dosis ini setara dengan “the middle way”, tidak berlebihan. Segala sesuatu yang melebihi kebutuhan, maka akan berubah menjadi racun. Jika sudah berlebihan maka perlu kekuatan kesadaran untuk menguranginya.

Kekuasaan
Kekuasaan yang berlebihan juga menjadi masalah, bukan berarti Anda tidak boleh memperoleh kekuasaan. Kekuasaan tanpa dilandasi oleh kekuatan kesadaran, maka Anda akan dengan mudah menyelewengkan kekuasaan itu.

Mereka yang terlena dalam kekuasaan akan semena-mena terhadap kekuasaan yang mereka miliki. Padahal kekuasaan yang dia miliki adalah titipan dari khalayak ramai, adalah simbol kepercayaan.

Kekayaan
Kekayaan juga demikian. Mengumpulkan kekayaan bisa menjadi suatu hal yang tidak pernah berakhir. Menjadi kaya sementara membiarkan jutaan orang menderita. Semakin banyak kekayaan, semakin banyak keresahan. Bukan berarti Anda tidak boleh mengumpulkan kekayaan.

Mengumpulkan kekayaan dengan upaya tepat, dengan cara-cara yang jujur, tidak menindas kaum papa. Karena kekayaan adalah titipan sementara yang sesungguhnya bukan benar-benar milik Anda, buktinya tidak ada kekayaan bisa dibawa pergi saat seseorang meninggalkan dunia ini

Kelaparan
Kelaparan juga demikian. Lapar bisa menjadi latihan untuk menghargai makanan, makan sampai habis, order makanan sesuai kebutuhan. Banyak resto yang harus membuang makanan sisa dari pelanggannya.

Sedih sekaligus hati ini perih melihat tabiat itu. Bukan berarti Anda punya uang lalu boleh berlagak untuk seenaknya. Uang memang milik Anda, tapi makanan ini milik semua makhluk. Ingatlah untuk selalu berkesadaran ketika makan sehingga Anda selalu bersyukur pada makanan yang hadir dengan susah payah itu.

Jika Anda tidak hati-hati, maka kelaparan bisa melahirkan “monster” keserakahan. Bahkan banyak sejarah mencatat kelaparan menjadi sumber perang. Dorongan untuk tetap bertahan hidup karena tidak ingin kelaparan.

Ke-ego-an
ke-ego-an juga demikian. Suatu perasaan superioritas, merasa “lebih”, lebih pintar, lebih berpengalaman, lebih cepat, dan lebih-lebih yang lain. “Lebih” ini yang menjadi racun. Bukan berarti Anda tidak boleh “lebih”. Justru lebih itu bagus, namun berlebihan yang mendatangkan petaka, apalagi berkenaan dengan sang Ego.

Ego menjadi sumber masalah di banyak tempat. Sebut saja, kantor, organisasi, rumah, dan sekolah. Bukan berarti tidak boleh punya Ego, toh Ego itu secara alamiah sudah ada. Namun, apakah Anda punya cara untuk mengenali Ego dan mentransformasikan Ego agar Let the “E” go?

Banyak orang gagal berulang kali. Ketahuilah bahwa kekuatan penyadaran akan menggoyang Ego, merontokkannya, dan merubahnya menjadi kerendahan hati. Merubah ME menjadi WE, sesuatu yang sesuai dengan prinsip ajaran Buddha yaitu Non-I.

Keserakahan
Keserakahan juga demikian. Tak ada manusia yang tidak serakah! Namun kadarnya membahayakan atau tidak? Jika kadarnya sudah melampaui batas, tentu saja akan menjadi racun. Apakah ada mesin atau alat ukurnya?

Termometer bisa untuk mengukur suhu, timbangan untuk mengukur berat, lalu bagaimana mengukur keserakahan ini? Setiap orang punya alat ukurnya, yaitu kejernihan batin yang lahir dari kondisi damai. Itulah alat ukurnya. Walaupun tidak selalu tepat, namun alat itu akan memberitahumu kapan sesuatu berlebihan.

Jika Anda sering mengabaikan peringatan dari alat ukur itu, maka Anda akan keracunan! Sering-seringlah menciptakan kondisi damai agar kejernihan pikiran bisa hadir, kewarasan bisa terbit kembali. Kalibrasi terjadi berulang kali, agar alat ukurnya semakin hari semakin tepat, bukan semakin hari semakin menyesatkan.

Kemalasan
Kemalasan juga demikian. Ada orang yang bermalas-malasan, bagus! Karena dia sudah bekerja terlalu banyak, maka perlu elemen malas. Lalu, kalau terus saja bermalas-malasan, itu namanya berlebihan. Ini melahirkan racun lagi. Ada waktunya untuk malas, ada waktunya untuk rajin kembali.

Manusia zaman sekarang selalu dipaksa untuk bekerja lembur, mereka lelah fisik dan mental, jadi tak heran emosinya labil dan cenderung negatif. Mereka takut stigma “malas”, tidak melakukan sesuatu yang Zen sebut sebagai doing nothing, enjoying the present moment. Itu adalah latihan mendamaikan hati dan menjernihkan batin.

Kecintaan
Kecintaan juga demikian. Manusia dilahirkan untuk mencintai dan dicintai. Namun ingatlah nasihat dari penyanyi kondang, grup “Queen”, dia bilang “Too much love will kill you”. Saya pikir benar demikian. Cinta itu energi alamiah, energi mulia, energi kebaikan. Ketika cinta sudah berlebihan maka yang lahir adalah racun, yaitu benci, kesal, iri, dan kecewa.

Orang yang paling Anda cinta sekaligus akan menjadi orang yang membuat Anda paling menderita. Lalu bukan berarti tidak boleh mencintai. Jika cinta Anda hanya selalu membuat dia tidak bisa menjadi dirinya sendiri, cinta yang hanya sering membuat air mata terus mengucur. Itu bukanlah cinta, tapi penjara!

Kedamaian dan Kejernihan
Semua yang disebutkan di atas bisa menjadi racun bisa menjadi obat. Tergantung pada seberapa jernih pikiran, seberapa damai hati. Kejernihan dan kedamaian bisa menjadi alat ukurnya agar takarannya pas, agar tidak overdosis. Dosis satu orang dengan orang lain selalu saja berbeda, jadi jangan naif untuk sapu-rata dosismu dengan orang lain.

Setiap manusia mulai dari perbedaan, bagaimana mungkin engkau coba sama-sama-kan? Dosismu adalah dosismu, dan dosisku adalah dosisku. Aku mencari cara untuk menakar dosisku dan mengerti dosismu, dan kamu mencari cari untuk menakar dosismu dan mengerti dosisku. Silakan menakar, boleh menambahkan boleh mengurangkan.

Tak perlu berdebat, tak perlu memboroskan air liur, tak perlu berargumen panjang apalagi berbelit-belit, cukup pengertian dan penerimaan.

Jadi, apa itu racun?

Creative Commons LicenseArtikel ini boleh dikutip sebagian atau seluruhnya dengan tetap mencantumkan nama penulis dan url, tidak dimodifikasi dan non komersial. Karya ini dilindungi oleh lisensi Creative Commons License, kecuali yang tidak disebutkan demikian.

One comment on “Apa Itu Racun?

  1. Daisy Jun 9, 2018 21:37

    Racun itu segala sesuatu yang berlebihan. Setiap manusia punya karakteristik masing-masing, unik . Karena unik, maka kadar “pas” nya tiap orang berbeda. Jadi apa yang menjadi racun bagi seseorang bisa saja menjadi obat bagi orang lain. Walaupun tetap saja sifat umum dari racun adalah merugikan dan sifat umum dari obat adalah menyembuhkan.

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.