Dia orang bebas, berkelana tanpa tujuan. Dialah Buddha, berjalan tanpa beralas kaki dipinggir Sungai Nirañjanā. Setiap langkahnya meninggalkan jejak kedamaian, bagai gajah meninggalkan tapak majestik di tanah. Buddha menikmati setiap langkah, lembut, dan anggun, bahkan ibu pertiwi juga bisa merasakan kasih sayangNya.
Sesampai di Pohon Bodhi (Ficus religiosa), lalu duduk dengan damai terpancar dari wajahnya. Pohon Bodhi ini kadang ada yang menyebutnya Pohon Pippala. Pohon ini besar dan rindang, dahannya melebar dan luas, akarnya kuat. Duduk di bawah Pohon Pippala serasa seperti duduk di gedung beratap, terlindungi.
Zaman dahulu tidak ada aula meditasi, tidak ada gedung yang nyaman ber-AC. Bayangkan saja seberapa banyak serangga yang menganggu para petapa? Belum lagi hujan, angin, dingin, dan panas, kemudian nyamuk yang rajin berkunjung untuk meminta sedekah darah, kemudian binatang buas yang siap menerkam jika tidak hati-hati.
Ada seorang ahli nujum (astrologer) sedang berkelana melewati Sungai Nirañjanā. Semua sungai itu berkah bagi pengelana, tempat mereka minum, mandi membersihkan badannya. Ketika dia hendak terjun ke dalam sungai, dia terkejut melihat ada jejak kaki yang unik.
Perlu diketahui bahwa India memiliki histori panjang tentang ramalan. Jejak kaki seseorang juga bisa menjadi objek ramalan. Hanya dengan melihat jejak kaki saja sudah bisa meramalkan masa depan seseorang.
Lalu ahli nujum itu hampir tak percaya, bahkan sambil mengucek matanya berkali-kali, yang dia lihat itu adalah jejak kaki seorang kaisar! Seseorang yang seharusnya menjadi penguasa dunia ini. Lalu sang ahli nujum berpikir, mengapa manusia seperti ini berada di hutan belantara ini?
Mengikuti rasa penasarannya, dia mengikuti jejak kaki itu, tentu saja dengan harapan untuk bertemu dengan kaisar. Lalu tibalah dia di situ, yang ada hanya seorang petapa lusuh, Siddharta Gotama, dengan jubah compang-camping, kurus ceking seperti kekurangan gizi.
Sang ahli nujum membatin, “Apakah ilmu nujum saya keliru? Seharusnya bertemu dengan kaisar, kok malah ketemu petapa lusuh ini?” Dia masih berpikir, “Atau saya tertipu oleh ilmu nujum saya sendiri? Atau ini halusinasi saya saja?”
Dia mendekat ke Petapa Gotama, dengan nada heran dia bertanya, “Siapakah Anda?” Gotama dalam kondisi lusuh tak berenergi, namun aura wajahnya terang bersinar. Dengan lembut Gotama menjawab, “Saya bukan siapa-siapa.”
“Tapi Anda memiliki kaki seorang kaisar!” balas sang ahli nujum yang masih belum bisa percaya. “Anda seharusnya menaklukkan dunia ini!” Gotama bilang, “Tenang saja, saya akan menaklukkan dunia ini, tapi bukan lewat perang.”
Anda bisa menaklukkan dunia ini dengan cara menjajah atau merangkul. Saya bisa menaklukkan Anda dengan cara menculik, merantai, memaksa Anda melakukan apa pun yang saya inginkan. Atau saya bisa merangkul (merekrut) Anda menjadi bagian dari saya.
Menjajah atau merangkul sama-sama menjadikan seseorang milik Anda. Kalau Anda memilih cara menjajah, maka derita berkepanjangan tanpa akhir. Kalau Anda memilih cara merangkul, maka itu mendatangkan kekuatan bagi kehidupanmu.
Gotama bilang, “Benar, saya adalah kaisar.” Sang ahli nujum geleng-geleng kepala membalas, “Loh, Anda ini petapa, tak punya apa-apa.”
“Benar, saya tidak punya apa-apa, dan saya juga bukan siapa-siapa. Oleh karena itulah segala sesuatu bisa menjadi milik saya.” balas Gotama.
Para ahli matematika mencoba untuk menjelaskan bahwa nol (0) dan tanpa batas (∞) itu simetris. Anda bukan “siapa-siapa” bukan berarti Anda tidak berguna. Anda bukan “siapa-siapa” berarti Anda menjadi inklusif (mencakup semuanya). Kalau Anda adalah “sesuatu” berarti kamu hanya sesuatu itu saja.
Gotama bilang kepada sang ahli nujum itu, “Jika kamu suka dengan istilah kaisar, yah boleh saja, saya adalah kaisar, tapi ketahuilah saya ini bukan siapa-siapa.” Kalau Anda mengambil tanggung jawab semua orang maka mereka menjadi bagian dari Anda.
Bagaimana seseorang bisa menjadi bagian dari Anda? Apakah karena kamu menjajahnya? Atau Anda merangkulnya dengan cara mengambil tanggung jawab atas mereka? Jika Anda menjajah seseorang, maka dia tidak akan pernah benar-benar menjadi milik Anda.
“Ke sinilah ahli nujum, saya punya jalan untukmu.” Gotama melanjutkan, “Anda terlalu sibuk menujum tentang kehidupan, kenapa? Karena Anda tidak punya rencana jelas tentang kehidupanmu.”
“Saya punya rencana jelas tentang kehidupan, dan Anda harus menjadi bagian dari rencana ini.” Demikian ajakan Gotama. “Mari kita mewujudkan sesuatu yang menakjubkan.” tutupnya.
Di antara kemungkinan dan kenyataan itu ada jaraknya, sekarang apakah Anda berani dan berkomitmen untuk berjalan menempuh jarak itu?
Ditulis ulang atas inspirasi dari Sadhguru
Artikel ini boleh dikutip sebagian atau seluruhnya dengan tetap mencantumkan nama penulis dan url, tidak dimodifikasi dan non komersial. Karya ini dilindungi oleh lisensi Creative Commons License, kecuali yang tidak disebutkan demikian.