Hari Kesepuluh: Ingin Lari

Hari ini tanggal 9 Desember, hari selasa lagi!!! senang sekali karena selasa adalah hari khusus monastik, datang pagi-pagi ke hermitage dan meditasi bersama Thay, ceramah pagi itu dengan topik “Hal apa yang membuat kita ingin lari dari kenyataan”, sungguh ceramah yang indah, Thay cerita bagaimana kehidupan keluarga dan monastik, apakah masuk monastik adalah sebuah pelarian? Apa yang membuat kita ingin lari terus, bersembunyi di pojok, tidak berani maju ke depan, refleksi yang sangat indah buat para monastik untuk betul-betul menyadari makna sesungguhnya dari karir monastik.

Setelah selesai ceramah kita meditasi jalan bersama, pagi itu dingin sekali, rumput-rumput terlihat banyak embun es, selesai meditasi jalan kita ramai-ramai main bola volley, ada yang main gasing, ada yang main badminton, ada yang kumpul dan ngobrol-ngobrol, serasa keluarga besar berkumpul bersama mengunjungi “kakek”, minggu lalu saya malu-malu dan tidak berani bicara dengan banyak orang, tapi minggu ini saya langsung terjun ikut main bola volley, asyik sekali, suasana betul-betul seperti kakak adik bermain bersama, saling memberi senyum, dukungan, dan menghadirkan suasana damai, segar, dan penuh keceriaan.

Main bola voli

Main bola voli

Sebagian berhenti main dan pergi ambil makanan, dan setelah makan kita jalan-jalan santai, dan kemudian kembali lagi untuk diskusi dharma bersama, kali ini anggota monastik dikelompokkan berdasarkan umur. Aku duduk dibelakang dan ingin diam-diam mendengarkan diskusi, hati serasa tidak ingin berbicara jadi duduk di barisan lingkaran belakang, tapi para sramaneri dari Vietnam bilang ke fasilitator untuk meminta teman yang berjubah merah yang duduk di belakang untuk berbagi cerita tentang mengapa masuk monastik.

Saya sudah menebak, pasti di suruh bicara, betul kata Thay, saya seperti orang yang bersembunyi di pojok, ingin lari dari kenyataan, kenyataan bahwa akan disuruh berbagi cerita, sungguh tepat ceramah Thay tadi pagi.

Saya cerita singkat tentang kuliah, kerja, organisasi, kemudian petualangan ke India dan kaget melihat situasi di sana, dan pulang ke Indonesia minta ditahbiskan. Tak diduga, akhirnya mereka malah melontarkan banyak pertanyaan buatku, karena aku sempat cerita pernah pacaran hampir 6 tahun, kemudian terlibat dalam beberapa hubungan yang terombang-ambing tidak ada tujuan jelas.

Makan bersama

Makan bersama

Setelah selesai diskusi dharma, kita makan sore dan setelah itu pulang ke hamlet masing-masing, segar sekali setelah berkumpul bersama seluruh monastik, serasa lebih kuat dan kokoh, merasa aku tidak berjalan sendirian, tapi banyak orang yang saling bergandengan tangan untuk terus mengarungi perjalanan monastik ini.

Creative Commons LicenseArtikel ini boleh dikutip sebagian atau seluruhnya dengan tetap mencantumkan nama penulis dan url, tidak dimodifikasi dan non komersial. Karya ini dilindungi oleh lisensi Creative Commons License, kecuali yang tidak disebutkan demikian.

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.