Suatu ketika, saya menerima pertanyaan, “How does the brain function when we are mindful?” Kira-kira demikian terjemahannya, “Bagaimana otak menjalankan tugasnya ketika kita sedang wawas?” Barangkali perlu bertanya kepada ahli otak atau saraf. Jawabannya perlu didukung oleh hasil penelitian terkini tentang cara kerja otak dalam berbagai situasi.
Saya membayangkan otak itu sebagai sebuah jaringan besar yang dihubungkan oleh jalan raya. Ada banyak mobil lalu lalang. Jalan raya ini cukup padat, pergerakan kendaraan sering lambat, kadang malah macet. Dari waktu ke waktu terjadi tabrakan.
Mobil adalah pikiran dan perasaan. Jika seseorang sedang banyak pikirannya, maka otak serasa sesak, tak bisa berfungsi dengan baik. Solusinya apa? Kurangi pikiran. Letakkan perhatian pada satu objek, contoh dalam latihan kewawasan dianjurkan menggunakan objek napas.
Ketika Anda berhasil meletakkan pikiran pada napas, maka pikiran yang lain akan otomatis berkurang, jalan raya menjadi lebih renggang karena hanya ada 1 jenis mobil yaitu napas. Ketika jalan raya menjadi renggang maka otak tidak terlalu terbebani, lalu lintas jalan raya juga menjadi lebih lancar.
Situasi jalan raya yang renggang juga menjadi kesempatan untuk menghadirkan mobil jenis lain, seperti mobil cinta kasih, mobil kesabaran, mobil relaksasi, dan mobil lainnya. Mobil demikian lebih bermanfaat dan jarang bisa muncul. Sementara mobil marah, mobil kesal, mobil buru-buru selalu berseliweran sepanjang hari bikin otak panas dan lelah.
Bayangkan kamar tidur Anda. Jika Anda meletakkan furnitur di sana-sini, kursi, meja, dan pernak-pernik lainnya, maka kamar tidur serasa gudang! Sirkulasi udara menjadi sumpek, sulit bernapas, ruang gerak menjadi sempit dan sering nabrak ini dan itu.
Sistem kerja otak manusia sangat terpengaruhi oleh kebiasaan. Anda sering dibonceng pergi oleh mobil yang kurang baik itu. Anda tak bisa mengendalikannya, seperti sedang mengendarai mobil yang remnya blong, atau sedang dalam moda autopilot sehingga Anda tidak bisa berbuat apa-apa.
Jadi, meletakkan pikiran pada napas membuat lalu lintas menjadi lebih lancar, karena hanya satu jenis saja mobilnya. Intensitas proses pikiran menjadi tidak terlalu banyak, sehingga kondisi terasa lebih ringan. Jika yang terjadi sebaliknya maka itu akan menjadi “beban pikiran” karena berpikir terlalu banyak.
Berlatih kewawasan (mindfulness) bukan berarti mengosongkan pikiran, lagipula memang tidak mungkin kosong kok. Ketika Anda tidak mendeteksi kehadiran pikiran bukan berarti pikiran sedang kosong, namun pikiran akan terus berproses di latar belakang, bahkan tidur sekalipun pikiran masih jalan terus , oleh karena itu ada mimpi.
Kewawasan memberi kekuatan untuk mengintervensi, seperti polisi yang melakukan manuver lalu lintas agar lebih lancar. Ada upaya seperti memberlakukan plat kendaraan ganjil dan genap. Memberlakukan pengecualian mobil tertentu di jalan protokol, atau sistem berbayar jika melintasi jalan-jalan tertentu di saat peak hour.
Saya yakin, menciptakan kebiasaan baru itu perlu, terutama kebiasaan untuk mengurangi jumlah mobil di jalan raya. Jangan membiarkan mobil kesedihan, mobil frustasi, mobil kesal, dan mobil marah mengambil alih jalan raya otakmu dan mereka berjalan sesuka hati dan membuat kekacauan.
Artikel ini boleh dikutip sebagian atau seluruhnya dengan tetap mencantumkan nama penulis dan url, tidak dimodifikasi dan non komersial. Karya ini dilindungi oleh lisensi Creative Commons License, kecuali yang tidak disebutkan demikian.