宇宙無涯生死剎那
無量義經 序曲 – 慈濟
Cakrawala tiada batasnya, kelahiran kematian hanya sekedip mata
Ribuan tahun lalu Buddha sudah menyebutkan ada banyak cakrawala. Kosmologi Buddhis menyebutkan tri-sahasra-mahā-sahasra-loka-dhātu (三千大千世界; baca: Sānqiān dàqiān shìjiè). Tampaknya itu pernyataan absurb, bahkan tidak masuk akal. Sekarang, para saintis mulai sependapat, mereka menggunakan teknologi anyar untuk membuktikan bahwa ada dunia di luar dunia ini, ada cakrawala di luar cakrawala ini.
Saintis sangat bahagia ketika menemukan elemen terkecil dari materi, yaitu atom. Mereka masih belum puas, maka terus diteliti sehingga menemukan di dalam atom ternyata mengandung elemen pembentuk lainnya yaitu awan elektron, proton, dan neutron, yang masing-masing memiliki sifat negatif, positif, dan netral.
Nama baru
Atom adalah sesuatu yang tidak dapat dibagi-bagi lagi. Tampaknya konsep itu sudah tidak berlaku lagi, karena buktinya atom bisa dibagi lagi menjadi elektron, proton, dan neutron. Nama atom tampaknya perlu direvisi menjadi “tidak tak dapat dibagi-bagi lagi”. Anda punya usul nama baru untuk atom?
Sifat atom tampaknya juga selaras dengan definisi dalam sutra bahwa ada 3 jenis perasaan, dukkhā (tidak nyaman), sukhā (nyaman), adukkham-asukhā (bukan tidak nyaman-bukan nyaman, alias netral). Dunia ini memiliki relasi-relasi yang menarik untuk diselami, contohnya bagaimana relasi antara atom dan perasaan.
Diantara yang kecil ternyata masih ada yang lebih kecil lagi. Diantara yang besar ternyata ada yang lebih besar lagi. Cakrawala juga demikian, ternyata ada cakrawala yang lebih besar lagi, oleh karena itu istilah yang dipakai adalah 無涯 (baca: Wú yá) berarti tiada batasnya.
Terbesit kata-kata indah dari Zhuangzi (莊子): 吾生也有涯, 而知也無涯 (baca: Wúshēng yěyǒu yá, ér zhīyě wú yá) berarti “Kehidupan itu ada batasnya namun pengetahuan tiada batasnya”, boleh dilanjutkan juga bahwa cakrawala juga tiada batasnya.
Satu paket
Ajaran Buddha banyak menyediakan kunci-kunci yang bisa membuka misteri dunia. Membaca istilah 生死 (baca: Shēngsǐ) yang artinya adalah lahir dan mati, terlihatlah dengan jelas kuncinya adalah relasi antara lahir dan mati. Sepintas lalu terlihat mereka adalah elemen terpisah, namun sesungguhnya mereka satu paket.
Terpisah sesungguhnya bersama. Ada yang berpikir lahir adalah lahir, dan mati adalah mati, itu benar. Wahai sahabat, lihatlah bahwa ketika semua manusia berada dalam kandungan ibu, sebelum dia lahir, ternyata dia sudah sedang menuju kematian. Aneh juga jika saya bilang, “Setiap hari kita lahir, dan setiap hari kita mati”.
Ada lahir kecil-kecilan contohnya sel-sel baru setiap hari terbentuk, itulah lahir. Ada mati kecil-kecilan contohnya sel-sel lama setiap hari terurai, itulah mati. Manusia mengalami lahir dan mati kecil-kecilan setiap hari, diantara periode lahir dan mati “besar”.
Kecil-kecilan yang disebut di atas tampaknya begitu cepat terjadi. Rempong juga jika harus mengadakan upacara kematian dan kelahiran buat setiap sel-sel di dalam tubuh. Kejadian itu begitu cepat sehingga disebutkan istilahnya 剎那 (baca: Chànà), dalam Sanskerta adalah Ksana (kṣaṇa).
Ajaran Buddha memiliki perspektif mendalam tentang ukuran waktu. Ksana merupakan istilah yang digunakan dalam sutra, ksana memiliki makna unit waktu terkecil, secepat itu, sepersekian detik, sekedip mata, atau bahkan dalam ukuran nano detik.
Dalam satu momen ksana begitu banyak yang terjadi, pikiran sadar juga tidak sanggup menangkap seluruh kejadian itu. Tidak heran jika dalam sutra ānāpānasmṛti menyebutkan 一日一夕,十三億意 (baca: Yī rì yī xī, shísān yì yì) yang berarti sehari semalam terjadi 1,3 miliar bentuk pikiran.
Anda akan menjadi manusia kaya raya jika 24 jam bisa menghasilkan 1,3 miliar rupiah! Sayangnya, bukan rupiah yang Anda hasilkan, tapi bentuk-bentuk pikiran. Syukur-syukur kalau banyak bentuk pikiran yang bajik, bagaimana kalau lebih banyak pikiran non bajik?
Meredakan kekeruhan
Inilah pentingnya kewawasan (mindfulness). Prinsip utamanya adalah menghadirkan pikiran di sini dan saat ini, arahkan pikiran pada satu objek saja, contoh mengobservasi napas, melafal nama Buddha Amitabha, mendaras mantra, memperhatikan langkah kaki, mengunyah makanan dengan penuh perhatian, atau aktivitas serupa lainnya.
Aktivitas yang barusan disebutkan di atas akan membuat 1,3 miliar bentuk pikiran berkurang karena atensi pada momen kekinian terpusat pada satu aktivitas saja. Pikiran keruh mereda seketika, oleh karena itulah pikiran menjadi jernih.
Kejernihan inilah yang membuat manusia bisa lebih persis melihat apa yang terjadi pada badan, perasaan, pikiran, dan lingkungan. Relaksasi bisa terjadi seketika, itulah manfaatnya mengulang teknik kewawasan sepanjang hari, apakah itu sesi formal maupun non formal.
Di dalam cakrawala ada cakrawala yang lebih kecil, di luar cakrawala ada cakrawala yang lebih besar. Kecil dan besar tiada ujungnya, tiada batasnya. Kelahiran dan kematian juga demikian, berlangsung terus-menerus dalam kurun waktu sekedip mata (kṣaṇa), janganlah memboroskan energi pada hal yang tidak berguna, bersemangatlah sekarang juga, karena esok mungkin saja tidak pernah akan tiba.
Artikel ini boleh dikutip sebagian atau seluruhnya dengan tetap mencantumkan nama penulis dan url, tidak dimodifikasi dan non komersial. Karya ini dilindungi oleh lisensi Creative Commons License, kecuali yang tidak disebutkan demikian.