Pengalaman sekolah membawa begitu banyak kenangan; manis dan pahit yang menghiasi sepanjang perjalanan itu. Saya yakin ada kisah suka dan duka yang semuanya terukir sebagai kenangan yang tak terlupakan sampai kapanpun. Walaupun saya sekarang ini sudah tidak mengikuti sekolah formal lagi, tidak ada ‘tekanan’ untuk menyelesaikan PR, tidak ada lagi rasa takut akan dimarahi oleh guru, tidak ada perasaan bersalah karena nilai ujian begitu memprihatikan atau merasa depresi dan sedih karena banyak nilai jelek alias “merah”
“Merah” seperti “hantu” bagi anak-anak, apalagi di saat-saat menjelang penerimaan rapor, apakah benih ketakutan itu masih ada dalam diri kita saat ini? Anda boleh mencoba menarik napas mendalam beberapa kali, sekedar mengizinkan tubuh dan pikiran relaks sejenak dan secara perlahan anda bisa akses dan selami ke dalam gudang kesadaran, dan anda akan temukan jawabannya.
Rasa Takut
Saya sendiri merasa bahwa warna-warni pengalaman saat bersekolah masih membumbui kehidupan sekarang ini. Sebagai monastik, ada jadwal harian meditasi duduk formal yang perlu saya ikutin dan terus terang jadwal rutin itulah yang turut membantu saya untuk melihat kembali goresan-goresan kehidupan masa kecil. Goresan masa lalu yang saya sebut sebagai “hantu”. Sebelumnya saya tidak bisa melihat dengan jelas bahwa itu adalah “hantu” maya yang diciptakan oleh pikiran untuk menakut-nakuti diri sendiri, Mengapa demikian?
Dalam meditasi duduk, saya berulang kali menemukan bahwa banyak waktu saya hidup dalam ketakutan, takut salah karena sering dimarahi oleh kakak, takut diejek oleh teman karena ada sesuatu yang dianggap tidak lumrah, takut dimarahi ibu guru karena lupa mengerjakan PR, takut dihina karena nilai rapor banyak nilai “merah”. Ternyata semua rasa takut ini terbawa hingga saat ini, rasa takut ini rutin muncul dalam kehidupan sehari-hari, kadang saya tidak tahu apa penyebabnya.
Bukan hanya di sekolah saja, barangkali ada banyak kejadian berulang-ulang yang menyirami benih rasa takut itu sehingga terbentuklah sebuah pola khusus dalam sistem syaraf kita. Ada peristiwa yang terjadi di saat ini yang saling terkait dengan masa lalu sehingga rasa takut itu muncul lagi ke permukanan. Jadi sebagai orang yang masing-masing memiliki peranan penting dalam kehidupan bermasyarakat ini, baik sebagai seorang guru, sebagai orang tua, sebagai teman, sebagai atasan dan lain sebagainya, kita perlu menyadari hal ini agar tidak menakut-nakuti murid, anak, teman atau bawahan, karena secara tidak langsung kita telah menyirami benih ketakutan di dalam diri orang tersebut.
Ada fenomena menarik yang hendaknya kita perhatikan baik-baik, ambil contoh orang yang suka menakut-nakuti, dia merasa puas karena berhasil membuat orang lain takut dan dia menikmati keberhasilan itu sehingga ia ingin mengulang keberhasilan itu terus menerus, ini juga akan membentuk pola khusus dalam sistem syaraf dalam dirinya. Bagi saya, kasihan sekali orang tersebut, karena secara bersamaan dia juga sedang menyirami benih ketakutan dalam dirinya. Saya yakin dia juga tidak ingin ditakut-takuti, tapi justru apa yang dia lakukan nanti akan berbalik kepada dirinya, karena sebab maka ada akibat, kemudian akibat menjadi sebab yang baru untuk mengakibatkan sesuatu lagi.
Pikiran punya pola atau kebiasaan memberi berbagai bumbu kepada suatu kejadian, pikiran seperti artis yang melukis dengan segala jenis kuas dan pewarna, seperti sutradara yang secara alamiah mengarang adegan-adegan yang nyata maupun tidak nyata. kita menikmati dan terbuai dalam karangan itu, bahkan bisa jadi sutradara itu sendiri yang merasa ketakutan setelah membaca ulang cerita karangan dia sendiri, jadi diri sendiri menakut-nakuti diri sendiri.
Membangun Pola Baru
Meditasi berarti mengurangi aktivitas pikiran, bukan menghentikan pikiran. Ingatlah bahwa pikiran tidak akan pernah bisa berhenti selagi kita masih aktif di dunia ini. Bukan berarti tidak boleh berpikir, perlu kita ketahui bahwa terlalu banyak pikiran yang acak tak berguna, justru tidak akan membawakan manfaat apa-apa, semakin aktif pikiran berproses terkadang malah semakin kacau, oleh karena itulah kita perlu mengarahkan pikiran menjadi lebih damai lewat membangun pola baru.
Meditasi yang kami lakukan di Plum Village selalu kembali pada napas lewat berbagai aktivitas, seperti bel dan jam dinding. Kami juga kembali mencurahkan perhatian pada langkah kaki ketika berjalan, sehingga pikiran hanya tertuju dengan sadar pada satu objek saja.
Ini sungguh berbeda dengan tuntutan zaman sekarang yakni harus melakukan banyak hal dalam satu waktu, atau multitasking. Ini menjadi pola baru dalam sistem syarat manusia, pola ini membuat lalu lintas sistem syarat menjadi padat dan tabrakan pun tidak bisa dihindari. Tabrakan yang membuat situasi menjadi semakin parah. Tabrakan beruntun akan terjadi terus-menerus yang akhirnya menyebabkan kolaps pikiran. Lantas akibatnya adalah gejala galau, labil emosi, stress, dan frustasi menjadi pola hidup manusia zaman ini, apakah ini sudah terjadi dalam diri Anda?
Meletakkan Beban
Meditasi membantu saya mengerti bahwa ada pola dalam diri saya yaitu selalu berpikir untuk mempersiapkan sebuah strategi, menyediakan solusi, mencari cara terbaik, dan sebagainya. Saya menjadi takut ketika tidak bisa memberikan solusi, saya takut orang lain kecewa, saya takut diremehkan orang lain, saya takut dibilang tidak mampu, inilah pola yang terbentuk sejak kecil.
Meditasi membantu saya melihat bahwa semua kebiasaan itu ternyata membuat pikiran tidak tenang, membuat tubuh menjadi tegang. Lewat kontemplasi berulang-ulang barulah bisa meletakkan semua proses kerja pikiran yang berlebihan, seperti meletakkan beban batu puluhan kilo dari pundak, beban itu ternyata telah saya pikul sekian lama tanpa merasakan betapa leganya ketika beban itu diletakkan.
Ilham Cemerlang
Banyak kesempatan saya bisa meletakkan beban itu lewat memperhatikan napas. Saya merasa justru dalam kondisi ringan, tidak terlalu banyak berpikirlah, saya bisa merespon lebih baik terhadap sebuah kejadian. Solusi baik pun muncul dalam kondisi demikian, solusi yang muncul tanpa upaya mengerahkan pikiran untuk bekerja keras. Kadang tidak ada solusi pun merupakan sebuah solusi, karena memang belum bisa diselesaikan pada waktu itu, sehingga saya tidak perlu terjebak pada “keharusan” untuk menyelesaikannya. Saya hanya perlu menunggu dengan sabar, karena “ilham” akan muncul lewat meditasi, “ilham” akan muncul kalau kondisinya mendukung, saya tidak perlu “ilham” terbaik, justru sering “ilham” biasa-biasa saja bisa menjadi “ilham” cemerlang!
Saya tahu budaya demikian tampaknya sulit diterapkan di tempat kerja, direktur akan terus mengejar dan menekan, solusi harus segera diperoleh, dan kita menjadi tertekan, secara alamiah kita akan berpikir keras melampaui batas kemampuan, cemas, stress, grogi, pandangan menjadi sempit dan berbagai efek negatif berulang kali muncul, memang akhirnya solusi hadir juga, saya tidak tahu apakah itu solusi terbaik, namun paling minimal solusi itu masih bisa diterima oleh atasan kita.
Akhirnya kita bisa merasa lebih relaks sedikit, namun lihatlah kembali proses mendapatkan solusi yang kita lalui, proses yang kita anggap sebagai tantangan, ternyata kita sudah menumpuk elemen-elemen stress kepada tubuh dan pikiran, bukan berarti saya menentang atas konsep tantangan, namun pertanyaan krusialnya adalah bagaimana tetap tenang dalam tantangan?
Bagaimana Merespon?
Ingatlah bahwa ini akan terjadi berulang-ulang, kita hanya menumpuk elemen-elemen ini semakin banyak dan secara alamiah kita menjadi mudah marah dan stress. Ada yang pindah kerja, ada yang ingin mencari kerjaan lebih santai, namun apakah ini menyelesaikan masalah inti? Pindah kerja atau tetap bukanlah menjadi pertanyaan krusial lagi, namun bagaimana kita membangun pola hidup baru untuk merespon kondisi demikian, jadi Anda boleh mencoba membangun pola baru lewat meditasi napas, kita bisa melampaui batas kemampuan kita, membawa kapasitas kita ke level lebih tinggi lewat mawas diri.
Membangun pola hidup jernih sangatlah penting di zaman teknologi tingkat tinggi saat ini, jangan biarkan smartphone, tablet, dan gadgets mengambil alih kehidupan kita.
Mengerti pola hidup yang terbentuk sejak kecil juga sangat penting, karena apa pun yang kita lakukan sekarang ini memiliki kaitan erat dengan masa kecil dan remaja. Mengerti lewat kontemplasi, merubah lewat pola hidup baru seperti melakukan satu hal pada satu waktu, menyediakan waktu untuk kembali ke napas, menyediakan waktu untuk meditasi duduk dan meditasi jalan, menyediakan waktu untuk makan dengan hening, menyediakan waktu untuk tidak berupaya berpikir terlalu banyak.
Gosok Gigi
Saya yakin semua orang gosok gigi setiap hari, betul? Sejak berlatih di Plum Village, saya jadi mengerti bagaimana gosok gigi dengan sadar, dan saya sangat senang dengan praktik ini, mau coba?
Ketika saya masuk kamar mandi, melihat cermin, saya senyum. Ambil pasta gigi, oleskan pasta secukupnya ke sikat gigi, kemudian berkumur-kumur sebentar sebelum gosok gigi. Mulailah gosok gigi dengan perlahan, boleh dari sebelah kiri atau kanan, karena saya menggunakan tangan kanan, maka saya sering mulai menggosok di mulut sebelah kiri, kemudian berlanjut ke kanan, atas dan bawah.
Kadang sambil gosok saya melihat busa di mulut, saya senyum dan bilang dalam hati, syukur sekali masih ada gigi yang bisa saya gosok! Teruskanlah gosok seperti anda sedang memberi massage kepada gigi dan gusi, jangan terlalu bersemangat atau terlalu keras. Saya kadang terlalu bersemangat sehingga tekanan tangan juga tiba-tiba membesar sehingga kadang terjadi pendarahan.
Tidak perlu berpikir setelah gosok gigi mau mengerjakan apa atau mau ke mana. Curahkan perhatian pada gerakan tangan dan tetap hadir bersama gigi, kalau Anda mendeteksi bahwa pikiran mulai melayang-layang, cobalah kedipkan mata dan lihatlah wajah sendiri dan tersenyum, ini bisa menjadi cara untuk kembali ke momen ini, kembali hadir bersama aktivitas yang dilakukan saat itu.
Setiap pagi setelah gosok gigi, saya merasa bahagia karena mulut menjadi segar dan gigi menjadi bersih, atau paling minimal mulut saya tidak terlalu bau. Dan demikian juga pada malam hari, setelah gosok gigi, hati menjadi tenang dan bahagia, dan saya siap untuk tidur dengan pikiran demikian.
Kegiatan Lain
Banyak aktivitas lain yang bisa dilakukan lewat cara demikian. Anda boleh bereksperimen sendiri, seperti menyapu atau mengepel lantai, melipat baju, memasak, mencuci piring, bahkan membersihkan toilet sekalipun.
Saya merasakan banyak manfaat dari kegiatan-kegiatan seperti itu. Anda boleh mencoba jalan dari satu tempat ke tempat lain dengan gerakan kaki santai dan relaks, menikmati pemandangan sekitar, itu sangat sederhana dan bisa kita lakukan walaupun berada dalam masyarakat hectic sekarang ini.
Sediakan waktu untuk OFF gadget pada waktu tertentu, smartphone Anda juga perlu istirahat, jangan biarkan dia ON terus 24/7. Berilah dia kesempatan untuk relaks dan santai, dan berikanlah diri kita juga kesempatan untuk relaks dan santai.
Inilah pola yang ingin kita selipkan dalam kehidupan, pola relaks dan santai, bukan berarti malas. Ada malas yang hadir dari berbagai alasan untuk menunda, tidak ingin mengerjakan, dan tidak bersemangat. Sedangkan relaks dan santai tetap bisa kita lakukan dengan penuh semangat namun tidak melahirkan stress. Selamat mencoba!
Artikel ini boleh dikutip sebagian atau seluruhnya dengan tetap mencantumkan nama penulis dan url, tidak dimodifikasi dan non komersial. Karya ini dilindungi oleh lisensi Creative Commons License, kecuali yang tidak disebutkan demikian.