Punya WA kan? ikut grup chat? Sama dong! Saya juga, walaupun berusaha untuk menguranginya, tapi entah mengapa semakin hari semakin banyak. Akhirnya, hampir semua grup chat di-mute, dan hanya menjadi pembaca pasif saja.
Ada beberapa grup chat yang berkaitan dengan Dharma dan meditasi, sisanya teman-teman SMP dan SMA. Sekali-kali saya mengirimkan pranala, artikel, berita, foto, atau video yang sekiranya relevan dengan anggota grup.
Saya bukan tipe orang yang rajin mengirimkan ucapan good morning, atau sejenisnya. Ada anggota yang tidak keberatan, ada anggota yang biasa-biasa saja di awal, lama-lama merasa terusik juga. Anda termasuk yang mana?
Kutipan Motivator
Saya paling doyan cerita humor, ketawa itu bagus kok. Bayangkan saja kalau ada orang yang tidak punya sense of humor, serasa sayur tanpa garam, atau makan mie tapi tidak menggunakan sumpit.
Suatu hari saya menemukan kutipan bagus, “Haters sesungguhnya tidak benar-benar membencimu. Justru mereka membenci dirinya sendiri, karena Anda adalah refleksi dari sosok yang mereka dambakan”.
Saya kirim kutipan itu ke grup chat. Ada seorang teman membalas, “lama-lama jadi motivator ne”. Saya hanya ketawa kecut, karena saya tidak pernah bermimpi untuk menjadi motivator. Saya lebih demen jadi biksu, yang saat ini sudah terjadi.
Dahulu, saya suka membaca kutipan-kutipan dari motivator, lumayan bisa membangkitkan semangat. Saat ini sih sudah jarang. Saya lebih sering membaca kutipan dari guru-guru besar buddhis atau cuplikan dari sutta maupun sutra.
Pompa Kempes
Lalu, saya balas, “motivator itu seperti pompa”. Karena dia mampu me-mompa semangat audiensnya. Bagus! Dunia ini banyak orang yang perlu dimotivasi, banyak acara-acara besar mengundang motivator untuk menyampaikan pesan-pesan yang bersifat membangkitkan semangat.
Saya tidak punya bakat “memompa” orang lain, karena lelah, sering keok, habis memompa lalu cepat sekali kempes lagi. Pompa lagi, kempes lagi, dan berputar-putar di situ saja. Bukan berarti “memompa” itu jelek loh. Saya saja yang tidak sanggup.
Saya ingin memiliki pompa pribadi saja deh. Biar saya bisa memompa diri sendiri. Pompa saya ini boleh dipinjamkan kok, gratis! Cuman dipinjamkan sementara saja. Rasanya setiap orang perlu memiliki pompanya sendiri, sehingga kapan pun butuh memompa diri, maka dia bisa melakukannya, jangan pinjam dari saya atau dari orang lain melulu.
Guru Sejati
Saya ingat sepotong nasihat dari guru saya, “A true teacher is someone who helps you discover the teacher in yourself” (Seorang guru sejati adalah dia yang membantu kamu menemukan guru dalam dirimu). Seorang guru yang mahir tidak akan membuatmu tergantung kepadanya. Dia perlu menggunakan berbagai cara untuk mematangkanmu.
Dia juga pernah bilang “My students are also my teachers”. Murid-muridku juga adalah guruku. Seorang guru memang banyak memberikan transmisi, pelajaran, berbagi pengalaman, dan pengetahuan, namun seorang guru juga bisa belajar banyak dari muridnya.
Jadi, saya berharap para motivator juga bisa membantu orang lain memotivasi dirinya sendiri. Hendaknya jangan sampai bikin orang lain ketagihan motivasi dari eksternal saja, tapi juga perlu bisa membangkitkan motivasi dari internal.
Sumber Energi
Bagaimana? Sebagai seorang praktisi meditasi, tentu saja saya mulai dari berhenti, bernapas, relaks, dan senyum. Inilah yang saya sebut sebagai fondasi motivasi, yaitu kewawasan (mindfulness). Kewawasan membuat pikiran saya damai dan jernih, sehingga sumber energi bisa tumbuh dari situ.
Matahari adalah sumber energi. Hampir setiap hari kita bersentuhan dengan matahari, namun kita belum maksimal menggunakannya. Zaman sekarang ada solar panel untuk menyerap sinar matahari lalu mengonversinya menjadi energi listrik.
Napas juga merupakan sumber energi. Setiap hari, 24 jam kita bernapas, namun kita belum memaksimalkan napas. Teknik menaruh perhatian pada napas bisa menjadi metode untuk mendamaikan pikiran, menjadi objek fokus, kembali ke momen kekinian. Selain berfungsi sebagai elemen penyambung kehidupan, napas juga bisa berubah menjadi energi kesadaran.
Sinar matahari itu penting! Napas itu juga penting. Tanpa makanan dalam kurun waktu 24 jam, manusia masih bisa tetap hidup. Tanpa minuman dalam 12 jam, manusia juga masih bisa tetap bertahan hidup. Jika 1 jam saja tanpa napas, maka sangat sulit bagi manusia untuk bisa tetap hidup.
Memaksimalkan Napas
Marilah kita memaksimalkan napas, selain sebagai elemen utama kehidupan, napas bisa menjadi elemen meningkatkan kesadaran, napas bisa menjadi tolak ukur emosi manusia, apa pun emosi manusia selalu mempengaruhi ritme napas, apakah itu cepat, lambat, panjang, atau juga pendek.
Lihatlah mereka yang sedang naik pitam, napas mereka cepat dan pendek, jika napas demikian berlanjut cukup lama, maka ada kemungkinan mereka mengalami sesak napas. Itu bukanlah napas normal. Berbeda pula dengan ritme napas mereka yang sedang olah raga, karena itu terjadi dari pergerakan tubuh dan selaras dengan napas cepat.
Ada dokter yang memberitahu saya bahwa napas bayi sebetulnya adalah napas paling sehat, karena napasnya panjang dan pelan, bisa dirasakan dari kembang kempes perutnya. Sering-seringlah bernapas alami panjang dan pelan, tapi bukanlah napas yang dipaksakan.
Artikel ini boleh dikutip sebagian atau seluruhnya dengan tetap mencantumkan nama penulis dan url, tidak dimodifikasi dan non komersial. Karya ini dilindungi oleh lisensi Creative Commons License, kecuali yang tidak disebutkan demikian.