“Saya mahir dalam bercocok tanam,” sebut sang petani, “Namun kadang curah hujan tidak mencukupi, lalu panen saya gagal. Tahun lalu kami sekeluarga hampir mati kelaparan. Kadang-kadang curah hujan terlalu banyak sehingga jumlah hasil panen pun tidak sesuai dengan harapan.”
Buddha mendengarkan dengan penuh simpati.
“Saya sudah menikah,” lanjut pria itu. “Istri saya setia dan ramah, saya mencintainya. Namun sesekali ocehannya berlebihan. Saya sering tidak tahan mendengar semua itu.”
Buddha masih mendengarkan dengan seksama.
“Saya sudah punya anak,” tukas pria itu. “Anak yang berbakti, namun sesekali mereka berlaku tidak sopan, dan kadang…..”
Pria itu terus membeberkan satu per satu problema beserta kekhawatiran hidupnya. Akhirnya pria itu pun lelah, sambil berehat dia menunggu Buddha menjawab, ia berharap Buddha bisa memberikan nasihat yang bisa sekaligus meluruskan semua problema itu.
“Sahabat, saya tidak punya solusi untukmu.” Itulah jawaban Buddha
“Apa maksudmu?” Pria itu membalas dengan nada terkejut.
“Semua manusia punya aneka ragam masalah,” lanjut Buddha. “Ketahuilah bahwa setiap orang punya 83 jenis masalah. Benar, 83 jenis masalah, tidak banyak yang bisa Anda lakukan. Jika engkau berupaya keras untuk menyelesaikan problema ini, barangkali Anda bisa menyelesaikannya, tapi ketika engkau sudah membereskan problema ini, maka problema itu akan secepat itu juga muncul. Contoh saja, suatu hari nanti engkau akan berpisah dengan istrimu. Engkau sendiri juga akan meninggal dunia suatu hari nanti. Itulah salah satu masalahnya, tidak ada yang bisa mencegahnya, Anda maupun saya tidak bisa berbuat banyak, orang lain juga tidak berdaya.”
Pria itu pun jengkel, “Aku kira engkau guru bijaksana!” teriak pria itu. “Aku kira engkau bisa membantu menyelesaikan masalahku! Lantas Apa bagusnya ajaranMu?”
Buddha membalas, “Barangkali ajaran saya bisa membantu menyelesaikan masalah Anda yang ke-84.”
“Masalah ke-84?” Tanya pria itu, “Apa itu?”
Buddha menjawab, “Berharap masalah tidak datang lagi.”
Artikel ini boleh dikutip sebagian atau seluruhnya dengan tetap mencantumkan nama penulis dan url, tidak dimodifikasi dan non komersial. Karya ini dilindungi oleh lisensi Creative Commons License, kecuali yang tidak disebutkan demikian.
Namo Buddhaya,seru juga ya?sekarang saya baca kembali cerita tersebut.pas banget…tadi pagi saya menghadapi problema juga,tapi setelah dikeluarkan unek-uneknya dituangkan ketong sampah,akhirnya dalam waktu setengah jam,saya kembali ketawa lagi.setelah direnungkan kembali,buat apa kita pegang erat erat problema itu,saya ingat didepan resepsionis vihara ekayana ada spanduk vipasanna tulis : Hadapi,Terima,Sadari dan Lepaskan.Kalau direnungkan lebih jauh selama hidup,kita pasti punya problema baik itu problema besar atau kecil,hanya cara kita bagaimana menjalankan atau menyelesaikan.Saat problema datang,kita hadapi dulu,dengarkan,lalu terima dan disadari,problema muncul karena apa?bagaimana menyelesaikan?setelah diselesaikan harus dilepaskan jangan dipegang terus.Maka hidup kita akan lebih rileks.