Suka belanja? So pasti, apalagi zaman sekarang belanja menjadi semakin mudah. Sekarang sudah banyak yang bisa berjualan secara daring. Lokasi bisa di mana saja. Toko secara fisik juga semakin kurang relevan. Dulu membutuhkan etalase fisik, sekarang sudah berubah menjadi etalase maya.
Dunia perbankan juga semakin memanjakan nasabanya. Pembayaran bisa dalam hitungan menit bahkan detik. Anda tidak perlu ke ATM apalagi ke petugas teller. Telepon pintar yang ada di tanganmu bisa berfungsi sebagai mobile ATM. Telepon pintar seolah-olah sudah menjadi sentral untuk segala hal.
Jasa kurir pengiriman barang juga meraup banyak untung. Kebutuhan pengiriman barang kian hari kian meningkat. Roda ekonomi tampaknya terus berputar semenjak dunia daring semakin semarak, bahkan sudah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari hidup manusia.
Belanja Apa?
Berbicara belanja, saya termasuk orang yang jarang belanja. Mau belanja apa? Em…. oyah, saya pernah beli tinta printer, lalu charger handphone, kemudian yang paling sering saya beli adalah……buku!
Walaupun saya juga punya kindle untuk buku elektronik, tapi harganya cukup mahal. Hitung-hitung worth it-lah karena buku bisa langsung tiba dalam hitungan menit. Membaca buku di saat senggang menunggu kereta, menunggu mobil, atau menunggu pesawat di bandara juga menjadi memudahkan. Kindle bak perpustakaan mini saya.
Barang yang hampir tidak pernah saya beli adalah baju! Benar toh, kan pakai jubah, mana bisa beli daring? Kalaupun ada yang berdana jubah, itu pun jubah Therawada. Habis, susah kalau mau dana jubah untuk saya. Tapi tenang saja, setiap kali saya ke Plum Village Thailand, maka saya bisa ambil di gudangnya kok. Cuma, itu stok lama, alias jubah bekas semua. Walaupun jubah bekas, tetap happiness kok!
Coklat Terus
Tahun lalu saya ambil 2 pasang ‘jubah dalam‘ dari sana. Jubah saya ada yang kurang matching, karena atasan warnanya gelap lalu bawahannya lebih terang. Jadi istilahnya saya tukar tambah gitulah, mencoba mencari warna yang agak matching.
Bicara jubah, suatu hari ada satu anak kecil, masih TK, dia tanya, “Kenapa suhu pakai baju itu terus?” Loh, nih anak kok tiba-tiba menyeletuk begitu? Mungkin dia kira saya sudah beberapa hari tidak mandi kali yah? Atau karena setiap kali ketemu; saya pakai jubah warna coklat terus.
Saya jawab, “Suhu pakai jubah yang berbeda kok, cuman warnanya sama terus”. Barulah dia angguk-angguk tanda mengerti, walaupun masih bingung! Untung dia tidak lanjut bertanya. Takut juga kalau-kalau nanti dia bertanya, “Kenapa suhu tidak pernah mandi?” Tepok jidat deh. Saya mandi rutin kok. Cuman sering tidak ketahuan apakah sudah mandi atau belum. Nah, kamu pasti tidak bisa bedakan kan?
Hemat Pikiran
Hidup membiara tampaknya memberi banyak kemudahan. Saya tidak pernah berpikir beli jubah. Mencuci jubah juga tidak perlu di jemur terlalu lama. Saya malahan lebih senang mencuci jubah pakai ember, sistem manual kucek-kucek itu loh.
Setiap kali buka lemari, yah itulah jubahnya. Tak perlu berpikir mau pakai yang mana. Tutup mata ambil saja juga bisa. Hemat pikiran toh? Hidup serasa ringan sekali. Pergi ke manapun, ke acara apa pun selalu sama seragamnya.
Anda pergi ke undangan (kondangan)? Pasti harus pilih pakaian yang sesuai kan? Sepatu perlu matching, lalu make up segala, jangan lupa make down yah. Saya memang tidak kondangan, walaupun diundang sekalipun saya tetap tidak hadir. Kalaupun ada kondisi khusus harus kondangan, maka saya tetap pakai seragam yang sama.
Lemari baju Anda tampaknya sudah banyak pakaian. Jika masih layak pakai maka boleh disumbangkan. Usahakan jangan beli pakaian lagi, jika tidak dibutuhkan. Ingatlah prinsip ingin dan perlu. Apa yang kita inginkan sangatlah banyak, tapi apa yang kita butuhkan tidaklah terlalu banyak. Jika tidak perlu, jangan beli lagi.
Kurangi Plastik
Bukan cuman itu saja, saya juga sudah sejak lama memberlakukan prinsip hidup mengurangi plastik. Sebagai monastik juga ada kalanya perlu belanja. Tolong jangan tanya kebutuhan saya apa yah, rahasia hehehee. Kalau tetap mau tahu, yah nanti saya kasih tempe saja.
Jika belanja di suatu tempat, maka saya sudah siapkan kantong khusus, atau masukkan saja ke tas kain ala para bhante, tahu kan? Saya sering bikin petugas kasirnya senyam-senyum, karena saya selalu menolak kantong plastik. Bukan hanya kantong plastik, tapi sedotan plastik juga saya tolak. Oyah satu lagi air mineral kemasan. Lebih baik bawa botol masing-masing saja, nanti bisa refill.
Yuk Ikut
Dunia ini semakin banyak sampah, jadi mohon ikut bergabung dalam upaya mengurangi sampah. Reduce, reuse, dan recycle, jangan menunggu sampai besok, tapi mulai dari hari ini. Banyak cara yang bisa kita lakukan untuk berkontribusi menjadikan planet ini lebih bersih dan indah.
Tips dan triks juga bisa didapatkan secara daring. Kalau Anda rajin berkonsultasi dengan mbah google. Informasi sudah tersedia, sekarang tinggal menunggu apakah Anda siap untuk ber-aksi? Bumi ini milik kita bersama, siapa lagi yang akan merawat bumi ini kalau bukan kita semua?
Artikel ini boleh dikutip sebagian atau seluruhnya dengan tetap mencantumkan nama penulis dan url, tidak dimodifikasi dan non komersial. Karya ini dilindungi oleh lisensi Creative Commons License, kecuali yang tidak disebutkan demikian.
Bhante, kalau misalnya kita beli baju dengan motivasi kasihan boleh nga? Daripada yang penjual bajunya nga laku dan kita juga jadinya fashionable😄?Trus baju yang lama dikasih ke orang yang lebih nga mampu dari kita?
Boleh saja. Tapi kalau setiap kali kasihan, em….perlu di pikir ulang.
Barangkali ada cara lain. Selamat berpikir.
Ya nga tiap kali bhante, liat liat sikon dan dompet juga. Misal pas ada baju bagus pas ada kasihan juga. ..Soalnya klo kasihan trus nti bisa bisa jadi modus buat beli baju buanyakkk yang berarti keserakahan…seperti itu kira-kira yah bhante…Sadhuuuu