Meditasi Melipat Pakaian

melipat-pakaian-dll

Inilah hasil meditasi lipat pakaian

Zaman sekarang apakah Anda masih mencuci pakaian pakai baskom dan mengucek pakaian pakai tangan? Tampaknya sudah jarang bukan? Sekarang zaman serba praktis, tinggal masukkan semua pakaian ke dalam mesin cuci, masukkan deterjen dan softener, lalu tinggal pencet tombol ini dan itu, tunggu 30 menit atau sejam kemudian semuanya beres.

Kehidupan monastik tampaknya juga terimbas teknologi maju, saya tidak bermaksud bilang teknologi ini memberi efek bagus atau buruk, karena bagus dan buruk selalu berbarengan. Anda boleh masing-masing punya dalil, saya tidak akan menyentuh point itu.

washing-board

Sumber: ETSYSTATIC

Saya ingat waktu di India dari tahun 2006 hingga 2008, saat itu saya masih tinggal di Dharamsala, di daerah India Utara. Anda barangkali tidak familiar dengan daerah itu, atau ada diantara Anda yang sudah pernah ke sana? Kalau penasaran boleh coba tanya sama Om Google, siapa tahu ada sesuatu yang menarik. Jadi, saya tinggal di tempat yang agak terpencil untuk belajar filsafat Mahayana. Saya masih ingat sistem cuci pakaian, jubah, dll dengan menggunakan cara tradisional, saya beli ember, beli deterjen, dan softener, pakai kucek tangan, saya juga beli papan yang bergerigi.

Semuanya dilakukan manual. Tangan serasa lincah dan kuat karena harus memeras semua satu persatu pakaian yang dicuci itu. Kemudian harus gotong ke loteng bagian atas untuk dijemur. Syukur kalau lagi matahari terik maka pakaian bisa kering dengan cepat, kalau nasib lagi kurang mujur, pakaian yang dicuci tidak kering selama berhari-hari apalagi waktu musim dingin, kadang menyentuh air saja tidak sanggup. Pernah tidak memasak air panas untuk mencuci pakaian? Saya pernah harus memasak air panas pakai kettle, kemudian dicampurkan ke air untuk mencuci pakaian. mewah bukan?

Lain cerita kalau musim monsoon, cuaca sangat tidak bisa ditebak, kadang terik matahari, kadang hujan tak menentu. Jadi, pakaian yang sudah hampir kering tiba-tiba disiram oleh hujan mendadak, demikianlah nasib cucian saya.

Hal yang paling bahagia adalah melihat pakaian pada kering, ini yang membuat semangat untuk mengangkat pakaian. Perlu diketahui di India kita pakai tali untuk menjemur pakaian, walau saya beli hanger, tapi tetap saja lebih gampang langsung jemur di tali. Kalau pakaian sudah kering, tugas selanjutnya adalah melipatnya.

Dulu waktu saya masih SMP, tidak ada yang menyeterika pakaian seragam sekolah, jadi saya belajar sendiri menyeterika. Saya belajar dari melihat bagaimana kakak menyeterika kemudian meniru cara-cara dia menyeterika. Kakak saya belajar menjahit pakaian dan setelah pakaian selesai dijahit, maka dia juga menyeterikanya.

Jadi pakaian yang sudah kering akan saya lipat dengan rapi, cuman ada satu yang membuat hati masih ada ganjalan, tahu apa itu? Di tengah-tengah kaos yang saya jemur di tali pasti ada cap tali jadi kelihatan agak aneh. Jadi akhirnya saya pergi ke toko beli seterika, jadi setiap beberapa hari sekali saya menyeterika pakaian. Kadang kalau lagi malas saya tidak menyeterika, tapi kadang pakaian setengah basah saya seterika biar tidak bau apek.

Setiap kali saya menyeterika pakaian saya ingat masa kecil waktu itu saya harus belajar mandiri, belajar mencuci pakaian sendiri, menjemur, menyeterika, dan melipat pakaian. Ini pengalaman sangat berharga yang tidak akan pernah saya lupakan. Kalau memang ada waktu saya selalu mencari kesempatan untuk mencuci pakaian pakai cara tradisional, mengucek pakai tangan, dan direndam dalam ember, mau mencoba?

Saya juga menemukan suatu hal yang menarik dalam melipat pakaian. Saya melakukan dengan santai, relaks seolah-olah saya sedang melipat pakain seseorang yang penting, jadi saya ingin melipatnya dengan rapi namun pada saat bersamaan saya ingin menikmati melipat pakaian.

Saya ambil setiap pakaian dan rapikan kemudian melipat dengan penuh kebahagiaan. Tidak perlu kebut karena tidak ada yang sedang mengejar-ngejar saya, saya menggunakan seluruh waktu untuk melipat pakaian sambil relaks dan senyum. Melihat tumpukan pakaian yang berserakan akhirnya sudah tertata rapi kemudian dimasukkan ke dalam lemari pakaian, hati pun riang dan gembira.

Ternyata hati bisa bahagia lewat kegiatan simpel seperti itu, lipat pakaian! Saya sebut ini meditasi lipat pakaian, hasilnya adalah kepuasan dan kebahagiaan!

Mau coba? Silakan melakukannya setiap kali Anda melipat pakaian dan temukan kebahagiaan di situ.

Creative Commons LicenseArtikel ini boleh dikutip sebagian atau seluruhnya dengan tetap mencantumkan nama penulis dan url, tidak dimodifikasi dan non komersial. Karya ini dilindungi oleh lisensi Creative Commons License, kecuali yang tidak disebutkan demikian.

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.