Makan untuk menciptakan kedamaian –
Seni dan cara mengonsumsi dengan penuh kesadaran
oleh Bhante Thich Nhat Hanh
Segala sesuatu membutuhkan makanan agar bisa bertahan hidup kemudian tumbuh berkembang, begitu juga dengan cinta kasih maupun kebencian dalam manusia. Cinta kasih merupakan energi yang hidup, kebencian juga. Apabila engkau tidak memberikan nutrisi kepada cinta kasihmu, maka ia akan mati! Apabila engkau memotong sumber nutrisi kekerasan, maka kekerasan dalam dirimu juga akan mati. Oleh sebab itu Buddha mengajarkan pedoman konsumsi berkesadaran.
Buddha menceritakan ulang kisah berikut ini 1, ada sepasang suami istri yang ingin menyeberangi belantara gurun pasir menuju kota seberang sana untuk mendapatkan nafkah yang lebih baik. Mereka membawa serta anak kandungnya dan sejumlah bekal seperti makanan dan air minum. Namun, mereka tidak menghitung dengan tepat, oleh karena itu dipertengahan jalan ketika mereka tiba di tengah-tengah gurun pasir, makanan dan minuman sudah habis semua, mereka sadar bahwa kematian sudah dekat. Setelah melalui berbagai gejolak kesedihan dan perdebatan mereka memutuskan untuk memakan daging anak kandungnya sendiri sedikit demi sedikit untuk tetap mempertahankan hidupnya agar bisa tiba di kota seberang, itulah yang mereka lakukan. Setiap kali mereka memakan potongan daging anak kandungnya, mereka menangis.
Buddha kemudian bertanya kepada para bhante, “Sahabatku: Menurutmu, apakah suami istri itu bisa menikmati memakan daging anak kandungnya sendiri?” Buddha kemudian melanjutkan, “Sungguh tidak mungkin mereka bisa menikmati memakan daging anak kandungnya sendiri. Apabila engkau tidak makan dengan penuh kesadaran, engkau seperti memakan daging anak kandungmu sendiri, dan engkau memakan daging orang tuamu.”
Seandainya kita melihat secara mendalam, kita menyadari bahwa menyantap makanan juga bisa menjadi aktivitas yang sangat mengerikan. UNESCO memberitakan bahwa setiap hari terdapat sekitar 29.000 anak di dunia ini mati karena kurang makanan dan kurang nutrisi2.
Setiap hari sekitar 29.000 anak, jumlah ini sama dengan jumlah biji-bijian yang ditanam di negara barat dan umumnya biji-bijian itu merupakan makanan untuk ternak. Berdasarkan laporan yang barusan kami terima, sebanyak 87% pertanian di Amerika digunakan untuk makanan ternak, total itu memakai sekitar 45% lahan tanah di Amerika.
Seluruh air yang dikomsumsi oleh warga Amerika, lebih dari separuh konsumsi itu diperuntukkan kepada binatang. Konsumsi itu membutuhkan 2.500 galon air untuk menghasilkan 1 pon daging potong, namun hanya membutuhkan 25 galon air untuk menghasilkan gandum. Seorang yang hidup dengan cara bervegetarian membutuhkan 300 galon air setiap hari, kemudian seseorang yang memakan daging membutuhkan 4.000 galon air setiap hari3.
Berternak untuk menghasilkan daging telah menciptakan polusi air, keadaan ini lebih parah daripada industri lain yang ada di Amerika, hal ini terjadi karena berternak dengan cara seperti itu menghasilkan buangan kotoran 130x lebih banyak daripada buangan kotoran manusia dari seluruh populasi yang ada. Dengan demikian, terjadi pembuangan kotoran sebanyak 87.000 pon setiap detik. Sebagian besar buangan kotoran dari peternakan dan rumah potong itu mengalir ke sungai, dan mencemari sumber-sumber air.
Setiap orang yang hidup bervegetarian bisa menyelamatkan 1 akre (4000 meter persegi ~ 0.4 Hektar) pohon setiap tahun. Lebih dari 150an juta hektar hutan di Amerika telah dibabat untuk bercocok tanam bahan makanan yang dibutuhkan untuk peternakan daging potong. Kemudian, setiap hektar hutan hilang dalam hitungan detik. Banyak hutan tropik yang dibabat untuk dijadikan sebagai tempat makan rumput para ternaknya.
Di Amerika Serikat, makanan yang dibutuhkan oleh ternak lebih dari 80% jagung yang ditanam, dan lebih dari 95% gandum. Kita sedang memakan negara kita sendiri, kita memakan bumi ini, kita memakan daging anak-anak kita sendiri. Saya menerima informasi bahwa lebih dari separuh populasi di Amerika berlebihan makan.
Makan dengan penuh kesadaran membantu kita mempertahankan welas asih dalam hati kita, Tanpa welas asih, seseorang tidak bisa bahagia, tidak bisa menciptakan hubungan dengan manusia lain dan begitu juga tidak bisa menciptakan hubungan dengan makhluk lain. Kita sedang memakan daging anak kandung kita sendiri, inilah yang sedang terjadi di dunia ini, kejadian ini terjadi karena kita tidak berlatih makan dengan penuh kesadaran.
Buddha menjelaskan bahwa ada dua jenis makanan yang kita konsumsi setiap hari, makanan berupa jejak impresi yang kita serap melalui mata, telinga, lidah, badan jasmani, dan batin. Ketika kita membaca majalah, engkau sedang mengonsumsi. Ketika engkau menonton televisi, engkau sedang mengonsumsi. Ketika engkau sedang mendengarkan sebuah dialog, engkau juga sedang mengonsumsi. Semua jenis makanan itu bisa saja mengandung racun yang sangat mematikan. Banyak sekali racun, seperti pornografi, kekerasan, kemarahan, kegalauan, putus asa. Kita membiarkan racun-racun itu masuk ke badan kita melalui makanan, kita juga membiarkan anak-anak kita mengonsumsi racun karena produk-produk itu.
Oleh karena itu, penting sekali bagi kita untuk melihat secara mendalam pada hubungan saling bergantunga (interbeing) yang berkaitan dengan manusia, melihat secara mendalam sifat dasar hubungan saling memunculkan, demi mengetahui yang mana merupakan sumber nutrisi yang perlu kita bawa ke dalam diri kita sendiri dan ke dalam masyarakat.
Buddha menyatakan demikian: “Apa pun yang telah muncul, apabila engkau tahu bagaimana melihat secara mendalam sifat dasar dan identitas sesungguhnya dari sumber-sumber nutrisi itu, engkau sudah siap menuju pembebasan”.
Hal apa yang menjadi penyebab penyakit, keadaan tidak puas, penderitaan, kekerasan, kegalauan, dan putus asa? Apabila engkau meditasi maka bisa mengetahui secara jelas identitas sesungguhnya dari sumber nutrisi itu, sumber makanan yang datang kepada kita.
Oleh karena itu, sebuah negara perlu berlatih melihat secara mendalam ke dalam sifat dasar dari makanan yang kita konsumsi setiap hari, dan konsumsilah dengan penuh kesadaran merupakan satu-satunya cara untuk melindungi negara, diri sendiri, dan masyarakat. Kita perlu belajar bagaimana untuk mengonsumsi dengan penuh kesadaran sebagai keluarga, sebagai kota, dan sebagai negara. Kita perlu belajar menentukan hal apa yang tidak boleh kita produksikan, hal apa yang perlu kita produksi demi menyediakan barang-barang yang hanya mendatangkan nutrisi dan penyembuhan bagi masyarakat. Kita perlu menghindarkan diri untuk memproduksi hal-hal yang membawa aura perang, kekecewaan ke dalam badan jasmani, kesadaran, dan kepada setiap orang dan kesadaran kelompok, negara, dan masyarakat.
Para anggota parlemen juga perlu berlatih dengan cara demikian. Kita memilih para anggota parlemen, kita berharap mereka juga berlatih secara mendalam, mendengar penderitaan masyarakat, mendengarkan sumber sesungguhnya dari penderitaan, dan menetapkan peraturan yang melindungi kita semua dari kehancuran. Amerika merupakan sebuah negara yang sangat besar, saya yakin bahwa Amerika mampu melakukan hal demikian, Amerika mampu membantu dunia ini. Amerika juga bisa memberikan kebijaksanaanya, perhatian penuh kesadaran dan welas asihnya.
Zaman ini, saya sangat menikmati tempat-tempat tanpa asap rokok. Tersedia pesawat terbang bebas asap rokok yang bisa kita tumpangi sekarang ini. Dua puluh tahun lalu tidak ada pesawat bebas asap rokok, dan kotak rokok yang beredar di Amerika tertulis pesan: “Berhati-hatilah: merokok dapat mendatangkan malapetaka dan merusak kesehatanmu”. Pesan itu seperti lonceng kesadaran. Inilah yang disebut sebagai latihan untuk mengonsumsi dengan penuh kesadaran. Engkau tidak perlu “menproklamasikan” bahwa kamu sedang berlatih perhatian penuh kesadaran, namun engkau berlatih secara langsung. Kesadaran penuh perhatian atas rokok mengizinkan kita untuk melihat secara mendalam bahwa merokok itu merusak kesehatan.
Di Amerika, banyak orang yang semakin sadar dengan makanan yang mereka santap. Mereka ingin bungkusan makanan yang memiliki label jelas sehinga mereka tahu isi makanan itu. Mereka tidak ingin menyantap makanan yang membawa racun ke dalam badan jasmani mereka. Inilah yang disebut sebagai latihan memakan dengan penuh perhatian.
Namun kita bisa maju lebih jauh, kita bisa melakukannya lebih baik lagi sebagai orang tua, sebagai guru, sebagai artis, dan politikus.
Apabila profesimu adalah seorang guru, engkau bisa ikut berkontribusi untuk menyadarkan banyak orang agar memakan dengan penuh perhatian, karena inilah cara untuk ikut serta dalam emansipasi. Apabila engkau seorang jurnalis, engkau punya kesempatan untuk ikut mengedukasi banyak orang, menyadarkan banyak orang sehingga mereka menyadari sifat sesungguhnya dari situasi yang muncul pada saat itu. Setiap orang memiliki kemampuan untuk bertransformasi diri menjadi bodhisattwa kemudian bekerja demi menyadarkan semua orang.
Karena kesadaranlah yang bisa membantu kita supaya berhenti melakukan tindakan menghancurkan. Kemudian, dengan demikian kita tahu harus berjalan ke arah yang mana demi menjadikan dunia ini aman bagi diri sendiri, bagi anak-anak, dan juga bagi cucu kita nanti.
Artikel ini boleh dikutip sebagian atau seluruhnya dengan tetap mencantumkan nama penulis dan url, tidak dimodifikasi dan non komersial. Karya ini dilindungi oleh lisensi Creative Commons License, kecuali yang tidak disebutkan demikian.