Mencari Kepala

Retret remaja @Palembang, foto dari Susi dan Juniarti.

Hidup itu sebuah perjalanan, bukan suatu titik destinasi. Tentu saja boleh menetapkan suatu titik destinasi, tapi itu bukanlah akhir dari perjalanan hidup. Nanti akan ada titik destinasi berikutnya. Ada destinasi berikutnya lagi, dan berputar terus. Hidup menjadi sebuah pencarian.

Apa yang dicari dalam hidup ini? Anak kecil senang manisan, maka dia mencari permen. ABG senang sensasi, maka dia mencari perhatian. Ada yang mencari kecantikan, mencari kekayaan, mencari ketenaran, mencari makanan enak, mencari kesehatan. Ada begitu begitu banyak pencarian.

Katakanlah sang anak kecil sudah mendapatkan permen, dia merasa senang, merasa bahagia. Lalu selanjutnya apa? Barangkali dia akan lanjut mencari lagi, atau mungkin berhenti mencari sementara waktu. Benar, sang anak merasa bahagia pada waktu itu, namun kebahagiaan itu begitu singkat, kebahagiaan itu begitu rapuh. Setelah itu, ada kemungkinan anak kecil itu akan merengek-rengek untuk meminta permen lagi.

Orangtua pasti pusing. Terpaksa memberikan permen agar anaknya diam. Orangtua merasa itu solusi baik, tapi perlu disadari bahwa itu hanyalah solusi sementara saja. Dia perlu mencari cara lain, inilah tantangannya. Jika tidak, orangtua akan berada dalam posisi sulit, antara memberi atau tidak memberi, antara membiarkan dia merengek-rengek menangis atau menghentikannya, antara kasihan atau tidak tahan karena rewelnya?

Jadi, memang benar, pencarian itu bagian dari hidup. Bagaimana dengan Anda? Apa yang Anda cari dalam hidup ini? Saat ini barangkali semua orang mencari kesehatan, karena banyak orang yang sedang sakit. Saat ini barangkali semua orang mencari oksigen, karena banyak orang kesulitan bernapas.

Ada begitu banyak hal yang dicari, beranikah Anda berhenti mencari? Kalau hidup tidak mencari sesuatu, barangkali hidup menjadi tidak bermakna. Kalau hidup ini membuat Anda terus mencari, terobsesi dengan pencarian, maka Anda perlu berhenti mencari sementara. Karena, obsesi pencarian itu telah menjadi sumber penderitaanmu.

Begitu banyak sumber kebahagiaan yang sudah tersedia. Sebut saja, napas yang lancar masuk dan keluar tanpa butuh bantuan tabung oksigen, itu adalah keajaiban luar biasa. Penyadaran ini menjadi begitu kontras ketika melihat begitu banyak orang kehilangan nyawa karena tidak bisa bernapas dengan baik, apalagi karena tidak mendapatkan tabung oksigen untuk bernapas.

Boddhidharma bilang, “Ya ampun, orang ini! Kenapa kamu mencari-cari kepala? Padahal kamu sudah punya“. Demikianlah juga dengan kebahagiaan. Kenapa kamu masih kasak-kusuk sibuk ke sana sini hanya untuk mencari kebahagiaan, padahal kamu sudah punya!

Selamat menemukan kebahagiaan di saat ini, tak perlu tergantung pada permen, tidak perlu tergantung pada kekayaan, tidak perlu tergantung pada ini dan itu, juga tak perlu menunggu sampai covid selesai. Barangkali Anda mau memulai menemukan kebahagiaanmu mulai dari napas masuk dan napas keluar.

Creative Commons LicenseArtikel ini boleh dikutip sebagian atau seluruhnya dengan tetap mencantumkan nama penulis dan url, tidak dimodifikasi dan non komersial. Karya ini dilindungi oleh lisensi Creative Commons License, kecuali yang tidak disebutkan demikian.

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.