Suatu ketika, Guru saya bertanya, “My dear, do you know why we organize retreat?” Saya tidak tahu harus jawab apa, karena ini pertanyaan bukan sembarang pertanyaan. Dalam keraguan saya hanya tersenyum kecil saja. Beliau menjawab, “We organize retreat so we can retreat too”.
Sejak itu kemana-mana saya pergi selalu retret, jadi otomasti saya lebih sering menolak permintaan untuk memberikan sharing Dharma dari Keluarga Mahasiswa Buddhis, dari Wihara, atau dari organisasi buddhis lainnya, bukan jual mahal loh!
Barusan saya ke Rantau Prapat untuk membimbing retret untuk guru dari perguruan Buddhajayanti. Perjalanan dari Jakarta menuju Medan kemudian dilanjutkan perjalanan darat, total menghabiskan sekitar 10 jam, cukup melelahkan.
Umumnya, suatu tempat ingin mengadakan retret, maka panitianya harus pernah mengikuti retret terlebih dahulu, karena memang lebih baik demikian agar panitia dan pembimbing retret bisa sejalan. Rantau Prapat ini termasuk pertama kali dan diantara panitia juga semuanya belum pernah ikut retret. Saya meminta 2 orang sukarelawan dari Medan untuk datang ikut membantu, namun last minute 1 orang batal, jadi hanya 1 orang yang bisa ikut membantu, terima kasih Sri!
Saya ingat, sewaktu dihubungi untuk membimbing retret di Rantau Prapat, saya selalu menolak, dengan alasan panitia belum pernah ikut retret, tapi entahlah, kok akhirnya saya loloskan permintaan itu. Ketika menempuh perjalan lebih dari 10 jam, saya masih binggung kenapa alam bawah sadar saya menjawab IYA, aneh bin ajaib.
Urusan persiapan memang cukup banyak, namun dua srikandi: Erni dan Laoshi Ani sangatlah gesit, yang saya sebut sebagai superwoman! Semua persiapan dilakukan dengan baik, bahkan ketika saya minta bambu, mereka juga sanggup menyediakannya. Sadar atau tidak sadar, semua persiapan itu juga demi semua guru yang akan menjadi peserta nantinya.
Retret berjalan lancar, apalagi ada Sri yang membantu sana-sini, bahkan dia juga sekaligus jadi fotografer, luar biasa, another superwoman! Tidak hanya superwoman, ada juga super headmaster, dia adalah 1 dan hanya 1-nya peserta pria, namanya Pak Johan. Saya ingat sehari sebelum retret dimulai, saya bertanya komposisi pria dan wanita, dia menjawab, “Semua wanita, bhante, kecuali saya sendiri pria.” Saya terkejut dan amsiong mendengarnya, ini retret pertama kali dengan kombinasi yang unik sekali, pengalaman luar biasa bukan?
Venue retret di Wihara Kuantekbio, sepanjang mata melihat ke depan mendapat pemandangan bukit barisan, indah sekali! Suasana sejuk di pagi hari dan sore ikut mewarnai retret itu. Siang hari memang cukup panas dan bikin gerah. Di dalam kompleks wihara juga ada taman dan pohon-pohon rindang, ada kolam ikan juga. Sekali-kali ada umat yang datang berdoa.
Para guru sangat antusias dan sangat senang meditasi, apalagi setelah saya mengajarkan meditasi duduk di kursi. Selama ini mereka hanya tahu postur duduk di lantai, itu pun mereka harus berjibaku dengan kaki yang pegal. Meditasi kali ini, mereka bisa duduk di kursi. Tentu saja saya mengajarkan dua postur, dan bagaimana memperoleh hasil maksimum dengan duduk di lantai maupun di kursi. Saya berkelakar, meditasi duduk itu bukan latihan kungfu kaki loh, kalau mau latihan kungfu kaki, pergi saja ke biara shaolin di Tiongkok sana, mereka ketawa ngakak.
Meditasi duduk outdoor memberikan efek yang bagus buat mereka, dan saya juga ikutan meditasi di luar. Dalam meditasi pagi, saya merenung kembali kenapa saya setuju untuk membimbing retret di Rantau Prapat? Rasanya ini Koan yang harus saya jawab, tapi semakin saya gali, semakin ingin saya cari jawabannya, semakin kabur dan tidak jelas pikiran saya.
Meditasi hari ketiga, saya meletakkan koan saya, dan tidak bertanya-tanya lagi, ternyata…… Tetap saya tidak menemukan jawabannya. Ya sudahlah, kali ini saya lepaskan total! Padahal saya masih penasaran.
Setiap hari kita bersama-sama menghabiskan waktu 15 menit untuk makan dengan hening. Pada hari terakhir kita makan ala piknik, tidak ada bell, dan kita boleh ngobrol-ngobrol santai. Saya juga ikut menikmati suasan kekeluargaan, makan bersama di pendopo yang dikelilingi oleh kolam ikan, hanya sekedar santai makan nasi soto vegetarian.
Saya duduk relaks dan sambil menikmati soto, tiba-tiba pikiran menjadi jernih dan jawaban atas Koan saya muncul sendiri. Saya tersenyum saja, saya membatin, ketika dikejar-kejar kamu tidak muncul, ketika saya lepaskan, kamu juga tidak muncul, ketika saya santai makan soto, eh kamu malah nongol!
Saya ingat, waktu saya masih di Perancis, Guru saya, Zen Master Thich Nhat Hanh bertanya tentang mengapa kita mengadakan retret, jawabannya ada di paragraf pertama dari artikel ini, silakan baca lagi. Lalu saya juga ingat petuah beliau, “Bantulah para guru, agar nanti semakin byk anak-anak didik kita bisa memperoleh kesempatan kedua untuk mendapatkan penyembuhan, yg kadang tidak didapatkan di keluarganya”.
Membantu guru berarti membantu semua murid di perguruan buddhis Buddhajayanti. Saya sendiri tidak sanggup membantu semua siswa-siswi di perguruan itu, tapi apabila saya membantu gurunya, berarti saya membantu semua siswa-siswinya. Petuah itu ditanam oleh guruku dalam gudang kesaaran saya, dan petuah itu matang pada waktunya, itulah jawaban koan saya.
Saya berjumpa kembali dengan guruku dalam gudang kesadaranku, walaupun secara fisik kita berjauhan, tapi saya sering bertemu beliau di dalam diriku. Guru sejati merupakan dia yang membantumu menemukan guru di dalam dirimu. Terima kasih Guru!
Artikel ini boleh dikutip sebagian atau seluruhnya dengan tetap mencantumkan nama penulis dan url, tidak dimodifikasi dan non komersial. Karya ini dilindungi oleh lisensi Creative Commons License, kecuali yang tidak disebutkan demikian.
Selamat hari Asadha _/\_
Selamat Asadha, semoga bahagia _/\_
Ketika kita mengucapkan semoga bahagia maka tindakan lanjutan yang perlu dilakukan adalah :
1. menjaga komunikasi
Komunikasi yang baik otomatis menimbulkan suatu perasaan bahagia
2. menjaga dan meneruskan apa yang baik yang telah dilakukan.
Ketika kita berhenti melakukan kebiasaan baik secara tidak langsung kita menghentikan harapan semoga berbahagia. Perbuatan baik akan membawa kebahagiaan bagi pelaku kebajikan seperti bayangan yang selalu mengikuti.