Memulai Lembaran Baru: “Merajut Kembali Hubungan yang telah Terkoyak”
“Memaafkan adalah cara terbaik untuk menyembuhkan rasa sakit di lubuk hati”
Ada peribahasa yang sudah lumrah, “Tak ada gading yang tak retak”. Peribahasa ini memiliki makna yang sangat dalam apabila menyentuh sampai ke hati, tidak hanya mendengungkan telinga saja. Kata-kata yang mampu menghadirkan pencerahan sesaat, mampu merobohkan harapan manusia akan kesempurnaan. Di dunia fana ini banyak manusia terjebak dalam hasrat yang serba mau sempurna dan obsesi berlebihan yang berujung derita nestapa.
Zaman dahulu manusia lebih dekat dengan alam, namun sekarang lebih dekat dengan gawai (perangkat teknologi). Kecenderungan baru kecanduan hasil mutasi tingkah laku zaman teknologi. Manusia semakin mengabaikan lingkungan sekitar, mereka hadir secara fisik tapi absen secara mental. Durasi connected lebih sering dan lama sementara itu ia totally disconnected dengan mereka yang ada persis di hadapannya.
Jarak antarmanusia hanya sejengkal, ironinya adalah koneksi mereka nihil. Hubungan manusia semakin hari semakin renggang, keretakan juga semakin hari semakin merebak. Sebagai praktisi buddhis, penting sekali untuk memanfaatkan ajaran Buddha untuk menyikapi prahara kekinian yaitu persepsi keliru.
Distorsi Pikiran
Energi penuh kesadaran yang dilatih lewat aktivitas sehari-hari akan membantu setiap insan untuk mengerti fenomena-fenomena duniawi. Ia bisa berhenti sejenak untuk melihat fakta-fakta lain yang luput dari pandangannya. Zen Master Thich Nhat Hanh selalu menantang murid-muridnya dengan koan Zen “Are you sure?”. Apakah informasi yang Anda peroleh itu sudah benar apa adanya?
Pernah lihat danau tenang yang mencerminkan gunung, pohon, dan langit biru dengan persis apa adanya? Jika engkau menguasai teknik menenangkan diri, maka cermin pikiranmu juga jernih dan lebih tepat. Pikiran manusia sering keruh, tidak bisa melihat dengan jernih. Sebagaimana pada ujung jalan setapak gelap, Anda melihat ada seekor ular. Kontan Anda langsung teriak ketakutan. Ketika engkau menyorotkan sinar senter pada ular itu, ternyata itu hanyalah seutas tali, inilah yang disebut pandangan keliru.
Manusia sering mendengarkan dengan pikiran keruh, kalau demikian cara kita mendengarkan, maka yang lahir adalah pikiran negatif, marah dan kesal. Anda perlu mempraktikkan napas berkesadaran agar bisa mengembalikan kewarasanmu, kemudian minta temanmu untuk mengulangi sekali lagi apa yang barusan disampaikannya. Cara demikian bisa menghindari jutaan masalah yang sebenarnya tidak perlu terjadi. Inilah yang disebut sebagai kekuatan pengertian, kekuatan keheningan, dan kejernihan pikiran.
Praktik Pertobatan
Sebagian besar perguruan Mahayana mempraktikkan pertobatan (懺 悔; Pinyin: Chànhuǐ ) dalam 佛 說 舍 利 弗 悔 過 經 (Pinyin: Fo shuō shèlì fo huǐguò jīng; T24n1492) menyebutkan berbagai praktik; dimulai dari mengakui perbuatan buruk melalui ucapan, perbuatan, dan pikiran, latihan bernamaskara atau menyentuh bumi, melaksanakan sila, melakukan perbuatan bajik, mendaras mantra dan sebagainya.
Pengakuan telah berbuat kekeliruan karena kurang terampil, pengakuan menjadi fondasi memaafkan diri sendiri. Latihan membangkitkan tekad agar tidak mengulanginya lagi juga sangat penting. Beberapa pendekatan itu akan memperteguh pikiran dalam praktik itu.
Perselisihan antara pribadi atau antara pribadi dengan kelompok selalu terjadi. Zaman teknologi ikut menyumbang kondisi ini menjadi semakin parah. Satu sisi teknologi membantu mempermudah komunikasi. Banyak sekali komunikasi yang terjadi di “udara” dan porsi “kopi darat” atau bertemu tatap muka semakin minim. Penyelesaian lewat tatap muka menjadi suatu yang sangat penting dalam konteks ini, dan lebih baik lagi jika difasilitasi oleh seseorang yang mumpuni.
Memulai Lembaran Baru
Terdapat sebuah praktik yang disebut “Memulai Lembaran Baru”. Bagaikan “kertas” kehidupan yang idealnya ditulis dengan penuh kesadaran agar dipenuhi dengan kata-kata bijak dan kasih. Manusia tidak selalu dalam kondisi terbaik sehingga ada saja tulisan yang kurang indah, alih-alih menyebabkan pihak lain terluka.
Kemampuan menggunakan bahasa kasih menjadi sangat krusial. Kemampuan pihak lain untuk mendengarkan dengan penuh perhatian tanpa menyela juga dibutuhkan. Kedua belah pihak berlatih dengan cara demikian agar perselisihan bisa diredakan. Sayangnya, organisasi sosial keagamaan kadang mengabaikan proses ini, sehingga melahirkan manusia yang sakit hati dan celakanya mereka tidak tahu cara untuk menyembuhkan dirinya.
Tahap pertama memulai lembaran baru yaitu mengapresiasi kebaikan pihak lain, mengakui bahwa semua manusia memiliki kualitas yang baik. Pujian seperti ini datang dari hati terdalam dan tulus. Amarah disiram oleh hujan bahasa kasih, kadang disebut menyirami bunga. Bunga merupakan simbol dari kualitas baik. Anda boleh melakukan “siram bunga” kapan saja tanpa harus menunggu ketika ada masalah muncul baru melakukannya.
Penghalang terbesar manusia adalah EGO, banyak relawan yang kadang terjebak dalam kondisi itu. Latihan-latihan seperti napas dan hening diri secara rutin sangatlah krusial bagi manusia era hectic (super sibuk). Napas sadar dan hening diri membantu setiap insan untuk menyadari bahwa dirinya sendiri juga ikut berperan dalam mengakibatkan kesulitan, kesalahpahaman, dan berbagai masalah akibat pandangan keliru.
Tahap kedua, mendorong diri sendiri untuk meminta maaf terlebih dahulu, bukan karena merasa bersalah, tapi justru menjunjung tinggi persahabatan. Seseorang hendaknya tidak mencari tahu siapa yang salah ataupun siapa yang benar, karena itu tiada ujungnya bahkan sering membuat situasi tambah keruh.
Tahap pertama “menyirami bunga” dilanjutkan dengan “mengakui kesalahan serta meminta maaf”, maka tahap ketiga yaitu menyampaikan dengan penuh kasih kepada pihak lain bahwa ada ucapan, tindakan dan perbuatannya yang membuat kita merasa kurang nyaman. Ini bukanlah kritikan, namun hasil observasi yang disampaikan dengan penuh kasih. Cara demikian akan membuka hati pihak lain. Orang Tiongkok punya obat godok pahit, walaupun pahit di mulut tapi manis di perut sehingga menyembuhkan banyak penyakit. Terimalah obat ini dan olah menjadi nektar penyembuhan.
Latihan Sepanjang Hayat
Informasi semakin cepat tersebar di era serba daring (online), Anda hendaknya jangan ikut menyebarkan berita yang belum diketahui dengan pasti. Janganlah tergesa-gesa percaya begitu saja apa yang diisukan oleh orang lain, hoax (tidak teruji kebenarannya) ada di mana-mana, janganlah tergesa-gesa menuduh orang lain, apakah melalui ucapan, melalui tatapan mata, melalui pesan elektronik seperti WhatsApp, LINE, BBM atau sejenisnya. Biasakan diri untuk selalu crosscheck (mengecek kebenaran).
Latihan melepaskan (letting go) merupakan latihan sepanjang hayat. Melalui melepaskan maka ada ruang kosong bagi energi positif agar bisa masuk ke sanubari kita. Mulailah memaafkan diri sendiri, kemudian menggunakan bahasa kasih dan tahap-tahap memulai lembaran baru untuk merajut kembali hubungan yang telah terkoyak. Kutipan inspirasi ini untuk Anda semua: “Apologizing doesn’t always mean you are wrong and the other person is right. It means you value your relationship more than your ego”.
“Meminta maaf bukan bearti dirimu salah, sementara orang lain benar. Justru kamu menjunjung tinggi hubungan baik itu daripada Ego-mu.”
Damai di hati diperoleh dengan cara memaafkan, kemudian dunia akan menjadi semakin damai. Selamat mencoba!
Cat: Pernah terbit di Warta Ekayana 2016
Artikel ini boleh dikutip sebagian atau seluruhnya dengan tetap mencantumkan nama penulis dan url, tidak dimodifikasi dan non komersial. Karya ini dilindungi oleh lisensi Creative Commons License, kecuali yang tidak disebutkan demikian.