Moderasi dalam Menyantap Makanan

World food day healthy eating, sumber dari vecteezy.com

Semua orang berharap hidup sehat. Namun tidak banyak yang benar-benar menerapkan hidup sehat. Setelah mengalami badai pandemi beberapa tahun belakangan ini, seluruh umat manusia semakin menghargai kesehatan.

Tak heran apabila Buddha menyebutkan “Kesehatan adalah keberuntungan terbesar”. Bukan deposito, bukan properti, bukan tabungan, bukan juga kripto. Ingat, kesehatan! Kehilangan kesehatan, berarti Anda kehilangan keberuntungan terbesar.

Informasi dan tips hidup sehat banyak ditemukan di dunia maya. Banyak orang yang sudah membacanya, namun seberapa banyak yang sudah melakukannya? Bagaimana dengan Anda? Syukurlah jika dibaca, tapi kadang-kala hanya baca judul saja, atau hanya membaca beberapa paragraf saja, lalu ditinggalkan.

Umat Buddha perlu Kembali membangkitkan keuletan dalam membaca, jangan hanya baca whatsapp saja. Bacalah agar bahan bacaan menjadi bagian dari modal untuk menjadikan diri lebih baik dan lebih sehat.

Ada percakapan antara Buddha dan Raja Pasenadi dari Kosala. Percakapan ini tercatat di Saṁyuktāgama 2.73 (別譯雜阿含經; 七三, Bié yì zá ā hán jīng; qīsān), judulnya 喘息 (Chuǎnxī) yang artinya Tersengal-sengal. Raja Pasenadi merupakan pecinta makanan, sebagai seorang raja tentu saja makanan tersedia berlimpah ruah.

Suatu hari, Raja Pasenadi ingin meminta nasihat dari Buddha, namun raja dalam kondisi kekenyangan, berjalan sempoyongan tanpa perhatian penuh. Ketika tiba di Jetavana, raja agak sempoyongan dan menabrak seorang biksu.

Entah itu sial atau berkah, biksu itu adalah Buddha sendiri. Seketika itu raja sadar lalu segera memohon maaf. Buddha hanya tersenyum kemudian mengajak Raja Pasenadi untuk mampir ke kuti Beliau.

Melihat tubuh raja semakin membesar, berjalan juga semakin sulit, bahkan bernapas saja sudah tersengal-sengal; Buddha menasihati raja dengan syair berikut ini:

夫人常當自憶念, (Fūrén cháng dāng zì yìniàn) Anda hendaknya sering mengingatkan diri,

若得飲食應知量, (Ruò dé yǐnshí yīng zhī liàng) mengambil makanan perlu mengetahui porsi pas,

身體輕便受苦少, (Shēntǐ qīngbiàn shòukǔ shǎo) badan menjadi ringan, derita berkurang,

正得消化護命長。(Zhèng dé xiāohuà hù mìng zhǎng) penceraan lancar sekaligus hidup sehat umur panjang.

Di baris pertama bisa ditemukan huruf 念 (Niàn) yang berarti berkesadaran penuh (mindfulness). Berlatih meditasi berarti mengembangkan energi berkesadaran penuh agar sering bisa mengingatkan diri. Jadi baris pertama berkaitan erat dengan latihan meditasi yang menjadi salah satu fondasi hidup sehat.

Baris kedua dapat ditemukan huruf 知量 (Zhī liàng) yang berarti mengetahui seberapa banyak porsi makanan yang cukup untuk diri sendiri. Bagaimana bisa mengetahui? Tentu saja dibantu oleh mindfulness dari baris pertama. Istilah yang cocok adalah “moderasi”, bukan hanya moderasi ber-agama saja, tapi juga perlu moderasi dalam menyantap makanan. Moderasi adalah jalan tengah (Majjhimāpaṭipadā, 中道, Zhōng dào).

Baris ketiga ada kata 苦少 (Kǔ shǎo) yang berarti penderitaan berkurang. Dalam hal ini Buddha merujuk pada penderitaan mental dan fisik. Raja Pasenadi sebagai contohnya, karena makan kekenyangan, berjalan serasa berat, bernapas juga tersengal-sengal, semua itu mendatangkan derita mental dan fisik. Jadi, Buddha selalu berpikir bagaimana membantu semua orang mengurangi penderitaan.

Baris terakhir ada 護命長 (Hù mìng zhǎng) artinya melindungi kehidupan agar bisa berlangsung sepanjang-panjangnya, tentu saja dalam kondisi sehat. Berusia Panjang adalah suatu berkah, lalu berusia panjang dibarengi dengan kesehatan menjadi berkah mulia.

Praktisi Zen secara khusus mengadopsi Lima Perenungan (五觀, Wǔ guān) sebelum menyantap makanan. Lima perenungan ini berasal dari Master Dao Xuan (道宣大師, Dàoxuān dàshī), seorang bhiksu ternama dari Dinasti Tang.

Pertama 計功多少,量彼來處 (Jì gōng duōshǎo, liàng bǐ lái chù) yang berarti seseorang merenungkan seberapa banyak kebajikan yang telah diri sendiri kumpulkan, seberapa banyak kebaikan yang telah dilakukan, renungkan dari mana asal-usul makanan ini.

Kedua 忖己德行,全缺應供 (Cǔn jǐ déxíng, quán quē yīng gōng) yang berarti melihat kembali tindak-tanduk diri sendiri apakah layak menerima persembahan makanan ini.

Ketiga 防心離過,貪等為宗 (Fáng xīn líguò, tān děng wèi zōng) yang berarti seseorang perlu mengingatkan diri agar jangan terhanyut dalam keserakahan karena makanan enak, atau menolak makanan tidak enak. Makanan yang sudah tersedia merupakan hasil kerja keras dari berbagai pihak.

Keempat 正事良藥,為療形枯 (Zhèngshì liángyào, wéi liáo xíng kū) yang berarti makanan adalah penyokong sekaligus obat bagi badan jasmani.

Kelima 為成道業,應受此食 (Wéi chéngdào yè, yīng shòu cǐ shí) yang berarti seorang praktisi menerima makanan ini agar dirinya bisa semakin tulus dalam melanjutkan latihan untuk mencapai kemajuan spiritual.

Master Zen Baizhang Huaihai (百丈怀海禅师, Bǎizhàng huái hǎi chánshī) bahkan bilang sehari tidak bekerja, maka sehari tidak makan (一日不作,一日不食, Yī rì bùzuò, yī rì bù shí). Hidup ada banyak kesulitan, jika diri sendiri tidak berusaha maka tidak akan ada makanan. Lalu, ironisnya masih banyak yang mensia-siakan makanan sementara banyak orang kelaparan.

Semoga Anda bisa menerapkan moderasi dalam menyantap makanan, sadhu, swaha!

Creative Commons LicenseArtikel ini boleh dikutip sebagian atau seluruhnya dengan tetap mencantumkan nama penulis dan url, tidak dimodifikasi dan non komersial. Karya ini dilindungi oleh lisensi Creative Commons License, kecuali yang tidak disebutkan demikian.

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.