Bicara sertifikat, barangkali Anda sudah punya banyak kan? Sekarang malahan sertifikat sudah berbentuk elektronik. Kalau zaman dahulu tampaknya keren, bahkan menjadi koleksi kebanggaan, digantung di dinding atau sekadar dipajang di tembok rumah. Sekarang bagaimana? Di pajang di background laptop?
Semakin Banyak
Saya banyak mengisi program di sana-sini. Panitia juga memberikan apresiasi berupa sertifikat. Awalnya saya terima. Lama-lama, saya minta mereka tidak perlu kasih sertifikat lagi. Cinderamata juga tidak perlu. Panitia menjadi binggung, karena ini tata krama untuk mengapresiasi pembicara.
Jadi gimana dong? Ini pembicara kok agak aneh sih? Solusinya adalah tidak ada acara serah-serahan cinderamata lagi, skip saja! Bahkan, sekarang saya juga menolak sebagian besar acara-acara demikian. Biar pembicara lain saja yang mengisi acara-acara demikian. Saya mau fokus kegiatan lainnya.
Kegiatan lain apa dong? Saya fokus kegiatan mindfulness (kesadaran penuh) saja. Kegiatan ini juga bisa diterapkan untuk semua rentang usia, kecuali bayi yah (π). Contoh untuk anak-anak, remaja, dewasa, bahkan untuk keluarga, sekolah, perusahaan, organisasi sosial dan bidang lain juga bisa.
Saya membimbing beberapa sekolah untuk menerapkan mindfulness for school. Beberapa sekolah sudah mulai berjalan baik. Minimal hasilnya sudah mulai dirasakan oleh pihak yayasan, guru, juga murid. Perlu diketahui bahwa proyek demikian memang perjalan panjang yang bersifat kontinu. Sampai detik ini, mereka masih terus berevolusi, apalagi sekarang ada urusannya dengan kurikulum merdeka (π ).
Berlandaskan Pengalaman
Guru sekolah yang saya bimbing semakin hari semakin dalam pemahamannya, juga praktiknya juga semakin rutin. Subjek mindfulness memang berbeda dengan subjek seperti matematika, fisika, biologi di sekolah. Apalagi pendekatan mindfulness Zen tradisi Plum Village, benar-benar experience based, tidak terlalu knowledge based.
Ada guru yang selalu bertanya, apakah bisa memberikan buku panduan untuk mengerti mindfulness Plum Village? Saya bilang buku panduan sederhana sudah ada, tinggal pakai itu saja. Namun, ada pola pikir guru demikian; dia pikir lewat buku panduan itu (kitab pamungkas kali ya? π€) agar bisa sekaligus mengajarkan mindfulness secara tuntas kepada para murid.
Guru tersebut lupa bahwa, pengetahuan tentang mindfulness tidak selalu linear dengan pengalaman mindfulness. Guru juga perlu praktik, menjiwai, dan bersatu dalam latihan agar bisa mengajarkannya kepada murid. Sesuai toh dengan βing ngarso sung tolodoβ?
Mencari pengetahuan tentang mindfulness bisa lewat membaca. Itu baru kulit saja! Pemahaman dasar mindfulness memberikan fondasi bagi praktik. Nah, praktik inilah porsi paling besar dalam mindfulness. Jadi tidak terlalu tergantung pada buku panduan juga. Lewat praktik-lah untuk mendapatkan pengalaman dan pemahaman lebih mendalam.
Prinsip utama berkaitan dengan pengalaman adalah bahwa pengalaman bisa membantu seseorang dalam perjalanan mindfulness. Jangan pernah merasa pengalaman Anda-lah yang paling benar. Pengalaman tersebut perlu di croscheck secara personal, crosscheck oleh mentor, juga crosscheck oleh komunitas latihan. Orang yang sering riset langsung terbesit βTriangulationβ, benar ya?
Mengapa komunitas latihan? Karena Plum Village juga mengandalkan collective insight (wawasan kolektif) komunitas. Ini salah satu keunikan dari Zen Plum Village. Praktik bisa bersifat individual pada saat bersamaan juga bersifat kolektif, a.k.a interkoneksi!
Kapan Lulus
Ada seorang teman yang rajin ikut retret. Lalu dia diprotes oleh anaknya, βPapa ikut retret mulu, kapan lulusnya?β Pertanyaan polos yang jujur! Dia pikir retret mindfulness ada kelulusannya (baca: graduation). Atau mungkin papanya terlalu banyak ikut retret sehingga tidak ada waktu untuk menemani anaknya jalan-jalan?
Saran saya, mungkin papanya boleh mengajak anaknya untuk ikut retret juga agar dia mengerti, bahwa mindfulness itu tidak ada graduation, yang ada hanyalah continuation. Praktik mindfulness adalah sebuah perjalanan (journey), bukan sebuah destinasi (destination).
Ada beberapa institusi menyediakan sertifikat kelulusan mindfullness, boleh saja. Karena di dunia kerja, mereka merasa nyaman dan percaya bahwa seseorang sudah qualified dalam mengajar mindfulness.
Ada seorang guru bertanya kepada saya apakah dia juga perlu ambil sertifikasi mindfulness. Saya jawab tidak perlu untuk saat ini. Karena sertifikasi belum dibutuhkan. Sertifikat Anda yang sesungguhnya terletak pada kemampuan, pemahaman, dan pengalaman dalam latihan mindfulness.
Kemampuan mindfulness tidak bisa dibatasi oleh selembar sertifikat saja, sertifikat itu sejenis dead mindfulness. Sedangkan mindfulness itu bersifat hidup atau alive mindfulness. Praktik mindfulness akan terus berkembang jika Anda selipkan dalam kegiatan sehari-hari. Kualitas hidupmu yang lebih mindful, aura yang Anda pancarkan dari senyuman, tatapan mata kasih sayang, langkah kaki dengan penuh perhatian, cara berbicara penuh kasih, itulah sertifikat hidupmu.
Ada dan Tiada
Lalu, bagaimana jika tetap butuh sertifikat untuk menyakinkan parents bahwa seseorang qualified dalam mindfulness? Silakan saja. Tapi, deep inside, kita perlu tahu bahwa itu hanyalah upaya mahir saja, lebih penting adalah sertifikat itu juga kongruen dengan kualitas Anda. Selembar sertifikat hanya mengantarkan Anda sampai di suatu tempat saja, namun praktik mindfulness secara nyata akan membawa Anda berkeliling lebih jauh, lebih warna-warni sepanjang perjalanan latihan ini.
Jadi, semoga Anda terbebas dari keinginan untuk memiliki atau tidak memiliki sertifikat. Karena pada prinsipnya tidak perlu ditentang, juga tidak perlu didukung. Sesuaikan dengan kebutuhannya saja. Ada dan tiada sertifikat maka Anda tetap humble, tetap melanjutkan latihan dengan semangat, itu poin pentingnya.
Artikel ini boleh dikutip sebagian atau seluruhnya dengan tetap mencantumkan nama penulis dan url, tidak dimodifikasi dan non komersial. Karya ini dilindungi oleh lisensi Creative Commons License, kecuali yang tidak disebutkan demikian.