Alamak, Kaos Kakiku Amblas!

Sepatu saya dari kiri atas nomor dua (warna hitam)

Pernah kehilangan barang? Tentu saja pernah dong. Sedih? Tergantung kehilangan apa duluan. Kalau kehilangan barang yang berharga pasti sedih. Kalau barang yang tidak terlalu penting, mungkin sedih sebentar, atau kadang biasa-biasa saja. Tapi ada loh orang kehilangan sesuatu justru bikin dia bahagia. Contoh kehilangan kemarahan, pasti merasa lega.

Sepatu Kets
Beberapa waktu lalu, ada umat yang berbaik hati mendanakan sepasang sepatu kets. Entah umat ini dapat info darimana, kok tahu saya butuh sepatu kets? Ini misteri. Di Indonesia saya jarang bisa olah raga, karena situasi dan kondisi yang kurang pas. Apalagi di Jakarta. Jadi sepatu kets itu masih dalam kotaknya rapi terbungkus.

Ketika saya balik ke Plum Village Thailand, maka olah raga itu wajib! Plum Village punya kebijakan bahwa meditasi itu untuk menjaga kesehatan mental. Makan yang sehat dan olah raga rutin untuk menjaga kesehatan fisik. Para monastik wajib sehat mental dan fisik.

Setiap sore saya jogging sekitar 45 menit. Hari pertama, paha dan betis saya terasa sangat sakit. Ini akibat sudah terlalu lama tidak olah raga. Hari ketiga dan seterusnya, sakitnya sudah berkurang. Bahkan setelah selesai jogging, saya masih sempat mampir ke lapangan basket untuk bermain sebentar, walaupun cuman sekedar shooting dan layup.

Balik lagi ke sepatu baru. Akhirnya sepatu baru itu bisa saya pakai. Warnanya hitam, bagian telapak kaki lembut, rasanya nyaman, dan cocok sekali di kaki. Saya juga bawa beberapa pasang kaos kaki. Agar nanti bisa ganti pakai kalau ada yang sedang dicuci.

Kaos Kakiku Amblas
Suatu pagi. Saat ingin pergi meditasi sarapan bersama-sama. Saya lihat rak sepatu, loh kok kaos kaki saya amblas? Alamak, ada orang yang menyabet kaos kakiku. Bukannya marah, tapi saya hanya tersenyum saja. Dalam hati saya bilang, kayaknya ada yang suka dengan kaos kaki saya, atau ada yang butuh. Dengan rela hati saya berikan kepada orang yang ambil itu.

Ada satu brother datang. Kami pun berjalan bersama menuju ruang makan. Saya cerita, hari ini saya kurang beruntung, karena kaos kaki saya amblas! Raut wajahnya normal merespon cerita saya. Lalu dia bilang: “Tenang saja, cobalah nanti ke tempat jemuran, pasti ada di situ”.

Saya heran. Loh kok bisa di sana? Brother itu bilang, ada satu brother yang suka mencuci kaos kaki, setelah dia cuci bersih, dia gantungkan di tempat jemuran. Kami di sini ramai, jadi tempat jemuran juga dapat jatah. Tempat jemuran ada stiker nama, masing-masing brothers dapat sekitar 50cm. Kita bisa gantung cucian di situ.

Koas kakiku ditemukan kembali

Respon Pikiran
Saya merasa beruntung. Saat kehilangan sesuatu, saya tidak berpikir buruk atau negatif. Setelah diberitahu bahwa kaos kaki saya tidak hilang, saya juga merasa lega. Kehilangan kaos kaki memang bukanlah hal yang sangat wah! Tapi respon pikiran kita-lah yang menjadi sesuatu yang wah.

Saya merasa luar biasa. Brother yang diam-diam mencucikan kaos kaki saya, juga kaos kaki brother yang lain. Sesuai dengan prinsip Zen, jika Anda berbuat suatu kebaikan, sebaiknya diam-diam saja. Tidak perlu diumumkan. Good things should be done with good intention, not for attention.

Saya juga sering berbuat suatu kebaikan dengan diam-diam. Yang penting tujuan saya sudah tercapai. Praktik kebaikan tidak perlu dipuji. Tapi, jika ketahuan dan dipuji, ya sudah, saya terima dengan hati damai dan tetap bersyukur. Lagipula tujuan saya berbuat baik adalah demi kebaikan dan kebahagiaan saya sendiri dan juga kebahagiaan orang lain.

Pengumuman Publik
Ada pembicaraa tentang berdana kepada suatu organisasi keagamaan. Apakah perlu diumumkan secara publik? Banyak orang yang merasa tidak nyaman, sehingga jika tetap diumumkan maka dia memilih untuk menggunakan nama NN (No Name).

Saya menemukan ini menarik, boleh menjadi renungan bersama. “When you want to feed the homeless, then do it. But the moment you put in on your social media, then you are feeding your ego”. Jadi sesuatu yang perlu kita lihat, walaupun ada orang berkilah, “Itu kan demi menginspirasi orang lain untuk berdana juga”. Ya silakan periksa hati masing-masing secara dalam, lalu silakan putuskan sendiri.

Korupsi memang menjadi salah satu faktornya. Ada organisasi keagamaan yang perlu bertindak secara transparan dan mengumumkan jumlah dana yang terkumpul. Tentu saja ini perlu dikomunikasikan sejak awal kepada yang memberikan dana.

Diam-diam Saja
Saya masih pada prinsip, jika berbuat baik, contoh berdana. Silakan lakukan dengan suka rela, bukan demi pujian. Diumumkan secara publik atau tidak, itu sudah tidak menjadi masalah. Jika demi transparansi publik, tentu harus ada persetujuan dari semua pihak yang memberikan dana. Atau Jika ada audit, maka perlu ada keterbukaan.

Lakukanlah kebaikan setiap hari. Saya usahakan tidak ketahuan orang lain, jika kelihatan orang lain, maka semoga saja mereka terinspirasi, tak usah repot-repot bikin pengumuman di media sosial. Akhirnya, saya juga akan membalas kebaikan dari brother yang diam-diam mencuci kaos kaki saya. Saya mau kasih dia kado, tentu saja secara diam-diam juga.

Creative Commons LicenseArtikel ini boleh dikutip sebagian atau seluruhnya dengan tetap mencantumkan nama penulis dan url, tidak dimodifikasi dan non komersial. Karya ini dilindungi oleh lisensi Creative Commons License, kecuali yang tidak disebutkan demikian.

2 comments on “Alamak, Kaos Kakiku Amblas!

  1. Daisy Aug 3, 2018 21:58

    Nice story bhante 🙏🙏🙏

  2. NN Aug 3, 2018 22:00

    Inspiring

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.