Berbagi, memberi, atau berdana merupakan sifat mulia. Lakukanlah ini dengan penuh keyakinan, penuh respek, tepat waktu, dengan hati ikhlas dan tulus tanpa berharap kembali. Dengan demikian kemakmuran, keharmonisan, kekayaan akan datang secara alami. Ia akan elok dipandang, tampan, menyenangkan, murni bagaikan bunga teratai.
Jika ia memiliki suami atau istri, pegawai, bawahannya akan mendengarkan kata-katanya dengan sabar dan patuh, serta melayani dengan sepenuh hati.
Praktik berbagi termasuk ucapan yang ramah, melakukan hal-hal yang baik dan menolong orang lain, tidak diskriminasi, sehingga tali persaudaraan menjadi semakin erat.
Ketika berdana materi, hendaknya materi tersebut berasal dari usaha sendiri atau materi yang dihimpun dengan cara yang benar.
Orang demikian berhati mulia dan umur panjang kemanapun dia pergi.
Kutipan gabungan dari berbagai Sutta: [Anggutara Nikaya, Samyutta Nikaya, Ittivutaka, dan Dhammapada]
Berbagi, memberi, berdana merupakan satu dari praktik penting dalam ajaran Buddha. Dalam Kitab Buddhavamsa disebutkan ada 10 praktik penyempurnaan, praktik berdana menempati urutan pertama. Berdana seperti pintu gerbang, kalau ingin masuk ke sebuah rumah, tentu Anda harus melewati pintu gerbang utama.
Intisari dari berdana adalah kerelaan dalam memberi atau praktik melepas. Melepas dengan dilandasi kebijaksanaan akan menjernihkan batin. Buah hasil dari berdana tentu saja banyak sekali, bisa berupa kelahiran sebagai manusia yang berkecukupan, dalam kondisi matang menunjang proses belajar dan berlatih Dharma.
Ajaran Buddha mementingkan bahwa kita membangkitkan ketulusan dalam berdana yaitu berdana tanpa berharap kembali, karena kita mengerti sesungguhnya hasil dari berdana akan kembali ke kita jua, kalau kita berharap kembali justru menurunkan kualitas praktik berdana. Kita perlu ingat dalam hati bahwa berdana bukanlah transaksi bisnis.
Betuk-bentuk Dana
Pada umumnya Dana bisa diberikan dalam bentuk materi seperti makanan, pakaian, obat-obatan, perlengkapan mandi, uang, dan sebagainya. Persembahan kepada Triratna berupa persembahan bunga, lilin, dupa, buah-buahan juga termasuk suatu latihan untuk mengikis kekikiran. Bunga mengingatkan kita akan ketidakabadian, lilin menjadi simbol penerangan bagi kita yang berada dalam kegelapan. Dupa merupakan simbol wangi reputasi kita, sedangkan buah-buahan dan makanan merupakan simbol dari hasil dari latihan yaitu terlahir ke alam lebih baik dan memperoleh kondisi yang menunjang.
Ada pula dana berupa non materi seperti memberikan nasihat, ketika memberi nasihat kita perlu menggunakan kata-kata yang penuh kasih dan sabar, karena pada umumnya orang tidak sudi mendengar bentakan, kata-kata yang bernada tinggi, walaupun kata-katanya sesuai dengan Dharma. Para Bhante yang membabarkan Dharma juga termasuk berdana nasihat.
Ada pula yang berdana non materi seperti energi dan waktu, yang mana dilakukan secara sukarela, menyediakan waktu untuk datang ke wihara untuk menjadi sukarelawan dalam kegiatan-kegiatan rutin atau kegiatan bersifat setahun sekali juga sangat bagus.
Sikap dan Respons
Sebagaimana dalam kutipan telah disarankan bahwa ketika memberi, maka kita perlu melihat dengan jelas materi maupun non materi yang kita berikan, lakukanlah dengan penuh hormat sebagai bentuk latihan mengikis egoisme.
Ketika kita lakukan dengan penuh keyakinan maka kebijaksanaan kita akan tumbuh secara perlahan-lahan, ingatlah bahwa keyakinan lahir dari pengertian akan manfaat dari aktivitas bajik yang lakukan.
Waktu juga perlu dipilih dengan tepat, tentu saja kita boleh proaktif dan tanggap dalam memberikan bantuan, namun ada kalanya kita perlu berlatih sunyi hening atau tidak melakukan apa pun, justru semakin membantu situasi akan bertambah kacau, jadi pilih waktu yang tepat. Kita boleh saling bertanya dan konfirmasi kepada beberapa teman-teman yang bertanggung jawab dan minta saran dari mereka yang sudah berpengalaman.
Sikap ikhlas dan tulus bisa membantu kita tetap riang gembira, kita berdana waktu dan tenanga dengan suka rela, tidak ada embel-embel apakah nanti akan dipuji, kalaupun di puji kita boleh beranjali dan menyampaikan “Saya bahagia bisa ikut membantu”. Kalaupun nanti karena satu dan lain hal kita kena “semprot” maka kita boleh berlatih meminta maaf dengan menyampaikan “Mohon maaf, saya tadi kurang perhatian sehingga membuat kesalahan”, kemudian kita boleh melemparkan senyum tulus agar suasana bisa mencair kembali.
Praktik Bersama
Dalam praktik berdana energi dan waktu perlu kita lakukan bersama-sama, ketika kita datang bersama saling bahu membahu, berinteraksi. Kita akan menemukan banyak orang yang ternyata memiliki semangat melayani sangat besar, semangat mereka memberikan dukungan besar. Kita hendaknya melihat semua sukarelawan sebagai satu keluarga, tidak ada saling bersaing untuk mengumpulkan kebajikan, justru ini sikap kurang tepat.
Keharmonisan tetap menjadi aturan nomor satu, ada beberapa aturan sederhana yang perlu disampaikan agar semua bisa berjalan dengan lebih rapi dan teratur, tugas-tugas yang diberikan juga disesuaikan dengan kemampuan masing-masing. Pastikan bahwa semua tugas tidak memberatkan dan pastikan semua orang selalu punya kesempatan untuk relaks, tersenyum dalam semua kegiatan.
Kita perlu selalu ingat bahwa kita datang untuk berbagi tenaga dan waktu, tapi kadang justru yang hadir adalah kekesalan dan kemarahan. Dalam kondisi demikian kita perlu berlatih bernapas sadar-penuh untuk membantu badan jasmani dan pikiran kita untuk tenang kembali, barangkali membutuhkan 10 atau 15 menit, praktik demikian mengurangi resiko pertengkaran.
Sungguh sayang sekali ketika dalam kegiatan-kegiatan ada orang yang tersinggung dan akhirnya hilang total dari wihara, semoga kita bisa menjadi orang yang berhati seluas samudra lewat berbagai kegiatan rutin maupun tahunan sehingga kita tidak ikut dalam barisan sakit hati.
Jika beberapa hal di atas kita perhatikan dengan baik, tampaknya kita akan semakin maju dalam belajar dan praktik ajaran Buddha, kemudian kita dengan sukses berdana sehingga kebahagiaan secara alami datang dan berlimpah pada saat itu, kita tidak perlu menunggu karma baik datang, dan teguhkan di hati bahwa berbuat akan mendatangkan kebaikan dan kemakmuran, tidak perlu berharap juga tidak perlu mendambakan.
Dedikasi
Di awal kita telah membangkitkan sebuah hati kerelaan dalam berdana, melakukan dengan penuh semangat, diwaktu yang tepat, cinta kasih, dan harmonis, kemudian kita perlu mengakhiri aktivitas kita dengan melimpahkan jasa kebajikan kepada semua makhluk, agar semua makhluk juga ikut mengecap kebaikan tersebut. Ini merupakan praktik penutup yang bisa kita lakukan secara bersama-sama atau pun personal.
Sungguh menyenangkan bisa melakukan semua aktivitas ini, kita perlu selalu ingat dalam hati bahwa kebaikan selalu mendatangkan kebaikan. Tentu saja kebaikan juga ada waktunya matang, seperti kita menanam jagung, tidak bisa dalam sekejap muncul tunas jagung.
Walaupun tunas jagung belum muncul, kita sudah bisa berbahagia di saat ini karena kita sudah menanamkan kebajikan dan kebaikan, kemudian tugas kita untuk merawatnya sehingga bisa mendatangkan hasil sebagaimana mestinya.
Selamat belajar, berlatih, bermain, dan bermeditasi sepanjang waktu dari kegiatan di wihara.
Artikel ini boleh dikutip sebagian atau seluruhnya dengan tetap mencantumkan nama penulis dan url, tidak dimodifikasi dan non komersial. Karya ini dilindungi oleh lisensi Creative Commons License, kecuali yang tidak disebutkan demikian.