Kualitas Kesadaran: Tidur, Siesta, Istirahat dan Relaksasi

Semenjak menekuni Pintu Dharma Zen Plum Village, saya mulai terbiasa dengan praktik relaksasi total. Anda yang sudah pernah mengikuti retret hidup berkesadaran, atau retret Plum Village tentu sudah tahu betapa uniknya latihan ini. Di manapun saya berada, relaksasi total menjadi suatu kebutuhan bagi saya saat ini.

Relaksasi total merupakan praktik meditasi dengan posisi baring. Teknik yang digunakan adalah berpusat pada napas dengan dibarengi dengan pemindaian tubuh (body scanning). Hasil akhirnya tentu saja bukan ketiduran, tapi kesadaran. Tunggu dulu, kok setiap kali saya memimpin relaksasi total, ada saja mereka yang ketiduran, bahkan mengeluarkan suara-suara alami bak orkestra di siang bolong.

Meditasi Tidur
Tertidur atau terjaga bukanlah masalah lagi. Karena intinya adalah membangkitkan kesadaran dalam proses relaksasi. Ketika badan bisa relaks, maka secara alami tertidur. Namun ada juga orang yang badannya relaks tetap bisa terjaga. Kualitas kesadaran dan relaksasi hadir dalam kondisi itu.

Ada teman yang berkelakar, itu meditasi tidur bhante! Saya jawab, “Benar, tapi cuman setengah. Kalau tidak tertidur itu bagus! Kalau tertidur itu namanya bonus!”. Walaupun tertidur, ternyata telinga kita masih berfungsi mendengarkan. Kekuatan kesadaran penuh yang dibangkitkan masih ber-gema dalam kurun waktu tertentu.

Tak heran jika kesadaran terhadap napas dan badan jasmani membawa pada ketenangan dan tampaknya jarang terjadinya mimpi, terutama mimpi-mimpi yang negatif. Namun kondisi ini bisa berbeda-beda pada setiap orang.

Siesta Siang
Beberapa penelitian juga menyebutkan manfaat tidur siang. Beberapa masyarakat Jepang, sekolah di Tiong Kok walaupun tidak semuanya. Tahun 2017 saya berkunjung ke Ho Chi Minh City, sempat berkunjung ke sebuah sekolah internasional, ternyata mereka menerapkan hal sama. Ada sebuah sekolah internasional di Medan juga menerapkannya.

Bagi mereka yang sudah pernah menetap lama di perancis pasti tahu. Ada toko-toko yang tutup setelah jam makan siang, karena memang ada budaya tidur siang. Ada seorang teman saya dari Belanda juga mempraktikkan total relaksasi, mereka menyebutnya “siesta”.

Pernah ada anak muda protes, “Bhante, abis makan lalu tidur, nanti perut buncit”. Ini tampaknya mitos! Setelah makan siang, justru perlu kasih kesempatan bagi perut untuk bekerja. Kelopak mata juga serasa ada gantungan yang beratnya mencapai beberapa ton (lebay).

Jika tidak percaya, Anda periksa sendiri yah. Memang ada orang yang terbiasa tidak tidur siang, jadi mereka terus bekerja. Menurut saya, ada baiknya mereka diberikan waktu untuk istirahat sebentar, janganlah forsir badan. Tak heran jika ada orang yang harus minum kopi beberapa saat setelah makan siang, agar kafein bisa menstimulasi jantung untuk memompa darah ke kepala.

Istirahatkan Badan
Durasi relaksasi total tentu bervariasi. Saya sendiri butuh sekitar 30menit, dan kadang 1 jam. Kadang bablas 1,5 jam. Retret Plum Village biasanya sekitar 45 menit s.d. 1 jam. Tekniknya yaitu menggunakan napas sebagai jangkar utama untuk pemindaian tubuh. Bayangkan saja sebuah proses bercakap-cakap dengan tubuh. Mengirimkan energi metta dan karuna ke bagian-bagian badan, mengirimkan energi penyembuhan. Mengajak semua sel, syaraf, dan otot untuk istirahat dan kendorkan.

Saat ini saya sedang menempuh studi di Mahachulalongkornrajavidyala University (MCU). Kelas hanya pada hari jumat sampai hari sabtu. Dari pagi pukul 09:00 s.d. 11:30, lalu makan siang. Kelas selanjutnya pada pukul 13:00 s.d. 15:30. Saya kembali menjadi mahasiswa lagi.

Setelah makan siang saja sudah pukul 12:00an, tidak banyak waktu untuk istirahat. Bukan hanya tidak cukup waktu, juga tidak ada tempat buat saya berbaring. Nah kalau begitu, harus pakai kreativitas, cari tempat yang nyaman dan kira-kira tidak banyak orang lalu lalang, lalu menikmati siesta siang.

Kursi panjang terbuat dari semen, lantai dasar IBSC – MCU – Thailand

Begitu Lelahnya
Hari itu, terik matahari ditemani angin sepoi-sepoi. Di lantai bawah IBSC (International Buddhist Studies College) dari MCU, saya bersama satu brother ngampar di kursi panjang yang terbuat dari semen untuk relaksasi siang. Ketika menutup mata, saya tarik napas dan hembuskan napas, melihat gelap, dan curahkan perhatian pada kelopak mata.

Sejenak kemudian saya merasakan begitu lelahnya kelopak mata saya. Pagi bangun pukul 05:00an, dan setelah melewati 7 jam, ternyata kelopak mata menjadi begitu lelah. Saya istirahatkan kelopak mata, syaraf, dan otot seluruh mata. Tak lupa bagian pipi dan dahi. Saya memberikan senyum kecil untuk diri sendiri. Saya tertidur dengan bahagia.

…………..(tertidur)

Kualitas Kesadaran
Masih dalam dunia gelap. Tiba-tiba ada suara alarm dari brother berbunyi. Ternyata begitu cepat berlalu 30menit. Saya pelan-pelan membuka mata, namun masih tetap dalam posisi baring. Mata sudah bangun, tapi badan masih belum bangun. Saya menggerak-gerakkan beberapa bagian tubuh kemudian barulah bangkit duduk.

Saya ke kamar kecil untuk cuci muka. Ambil barang-barang lalu ke ruang kelas. Baru saja saya duduk, profesornya sudah masuk ke dalam kelas. Sebelum kelas dimulai, kami wajib meditasi hening selama 15menit. Kondisi habis relaksasi total ternyata menghasilkan kualitas kesadaran yang sangat tinggi. Saya merasa 15 menit meditasi duduk dengan hening sangatlah bagus dan terjaga.

Creative Commons LicenseArtikel ini boleh dikutip sebagian atau seluruhnya dengan tetap mencantumkan nama penulis dan url, tidak dimodifikasi dan non komersial. Karya ini dilindungi oleh lisensi Creative Commons License, kecuali yang tidak disebutkan demikian.

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.