Mendingan Muda atau Tua?

The paddy field and the blue sky

Plum Village Thailand, merupakan sentra praktik Plum Village terbesar di Asia pasifik saat ini. Di sini, para monastik berprinsip berbagi (sharing). Berbagi pengalaman latihan atau hasil praktik, berbagi makanan dan minuman, pakaian, kamar mandi, dan ruang tidur.

Makanan yang disajikan di meja atau di public space, boleh dinikmati bersama-sama. Ini sudah menjadi kesepakatan. Kecuali ada makanan khusus yang disimpan secara pribadi. Pakaian juga demikian, jika ada jubah yang masih layak pakai, maka boleh berbagi atau diserahkan ke petugas gudang jubah, siapa pun boleh mengambil dari sana.

Kamar mandi juga demikian. Para monastik menggunakan kamar kecil dan kamar mandi secara bergantian, bahkan hanger pakaian juga. Ada kamar khusus yang memiliki kamar mandi di dalamnya, hanya untuk monastik senior.

Kami berbagi ruang tidur. Para novis (sramanera) pada umumnya memiliki ruangan yang besar dan ramai. Para biksu pada umumnya kamar yang lebih kecil dan berbagi dengan 3 sampai 4 orang.

Saya berbagi kamar dengan dua orang biksu junior, mereka adalah Br. Nguyen Uoc (BNU), dan Br. Huong Thuong (BHT). Di Plum Village kita saling menyapa dengan istilah brother. BNU masih muda, sekitar 20an, lalu BHT sedikit lebih dewasa, sekitar 30an.

Tugas Maintenance

BHT memiliki meja besar, kursinya unik karena dia buat sendiri dari sisa papan bangunan. Di bawah mejanya ada banyak alat-alat sejenis tang, kunci inggris, obeng dan sebagainya. Loh untuk apa? Ternyata tugas dia adalah ‘maintenance‘.

Tugas maintenance itu bervariasi. Contoh, suatu ketika kipas angin saya rusak, dia bantu perbaiki. Saya pernah membeli meja knock down, BHT mengajak beberapa brother membantu saya merakitnya.

Ada suatu ketika kuti tidak ada air. Mengapa? Karena ada pipa yang bocor. Jadi BHT yang membereskannya. Serasa, BHT ini kok serba bisa ya? Saya menjadi minder. Saya membayangkan jika dia tidak menjadi monastik, berkemungkinan dia akan menjadi orang sukses dalam bidang proyek seperti itu.

Bendahara

Roommate satu lagi adalah BNU. Dia mengurus keuangan, membantu bendahara umum, jadi boleh saya sebut dia sebagai wakil bendahara. Dia mencatat uang masuk dan keluar. Umumnya adalah uang yang dibutuhkan untuk belanja dan dana dari orang lain.

BNU masih muda, menjadi novis pada usia 17 tahun. Saya ingat, pernah ngobrol dengannya, kenapa memilih menjadi monastik pada usia belia? Dia bilang bahwa mengikuti Thay adalah keinginan hatinya yang paling dalam.

Saat itu dia masih sekolah di tingkat SMA kelas 2 (atau kelas 11). Dia ikut retret dan membaca buku-buku Thay, dia merasa ada suatu dorongan sangat besar untuk menempuh jalur monastik. Keluarganya tidak ada yang setuju, karena semuanya berharap dia menyelesaikan sekolahnya terlebih dahulu.

Dia dalam posisi sulit, namun akhirnya dia ngotot tetap mau masuk menjadi monastik. Keluarganya mengalah, ini luar biasa. Dia merasa ada dorongan urgen dan merelakan sekolahnya. Bagi saya, dia adalah orang yang “berani”. Kondisi Indonesia kadang terbalik. .

Gurunya Youtube

Dia suka dengan elektronik. Ada suatu ketika, dia melihat seorang brother membuang speaker portable yang rusak. BNU memintanya, dia bilang mau mencoba memperbaikinya. Setelah seminggu lebih speaker itu berfungsi normal kembali, bahkan dia memodifikasi speakernya menjadi lebih bagus, ada bass, treble, jarak jangkauan bluetooth lebih jauh.

Saya hanya geleng-geleng kepala, kok anak yang bahkan tidak menyelesaikan SMA, bisa melakukan sejauh ini? BNU bilang dia cari-cari di youtube! Nah, ini bagian menarik, gurunya ternyata youtube. Saya pikir, inilah model keberhasilan pendidikan, yaitu menciptakan manusia pembelajar seumur hidup.

Ada satu lagi hasil karyanya. Dia ambil beberapa sisa papan, dia bentuk menjadi box untuk speaker. Dia beli chip dan beberapa komponen lainnya, pasang tombol volume, bass, treble, dan antena penguat bluetooth, akhirnya jadilah speaker canggih.

BNU juga sangat fasih dalam bahasa Thailand. Kadang ada kegiatan yang membutuhkan penerjemahan contoh dari bahasa Vietnam ke bahasa Thailand, dia yang menjadi penerjemah.

Br. Nguyen Uoc bersama speaker canggihnya

Jangan Menunda

Saya sangat mengagumi dua orang roommate itu. Mereka masih muda, namun berani meninggalkan semua mimpi-mimpi kesuksesan di luar sana. Mereka rela mendedikasikan diri untuk praktik transformasi diri dan membangun komunitas hidup berkewawasan.

Lalu bagaimana dengan saya? Tampaknya saya sedikit terlambat, saya memasuki monastik ketika berusia 28 tahun. Saya sering berpikir beruntung sekali mereka yang menemukan jalan hidup yang mereka inginkan, dan mereka berbahagia dalam jalan hidup itu.

Saya sudah mengalami berbagai pengalaman di dunia kerja, berhadapan dengan banyak orang, juga mengalamai pasang surut dalam relasi dan kisah romantis. Sedangkan sebagian besar mereka belum pernah mengalami itu. Jadi kelebihan sekalius kelemahan. Ada monastik muda yang terjerat dalam kisah romantisme yang akhirnya memilih untuk lepas jubah.

Masuk monastik sebaiknya muda atau tua? Saya tidak bisa jawab dengan persis. Plum Village memang ada kebijakan bahwa bagi mereka yang berusia di atas 50 tahun, maka akan ada observasi khusus, dan kemungkinan diterima juga kecil. Ini bukanlah bentuk diskriminasi, namun kebijakan yang diputuskan melalui berbagai pertimbangan. Ada beberapa keputusan unik yang menerima mereka yang berusia 50 tahun ke atas kok.

Mau masuk monastik? Jika Anda sudah yakin ingin menempuh jalan hidup ini, sebaiknya selagi Anda masih muda dan bertenaga, janganlah menunda lagi.

Creative Commons LicenseArtikel ini boleh dikutip sebagian atau seluruhnya dengan tetap mencantumkan nama penulis dan url, tidak dimodifikasi dan non komersial. Karya ini dilindungi oleh lisensi Creative Commons License, kecuali yang tidak disebutkan demikian.

One comment on “Mendingan Muda atau Tua?

  1. Daisy Jun 5, 2019 18:06

    Anumodana bhante atas sharingnya🙏🙏🙏…semoga senantiasa menjadi manfaat

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.