Menjadi Kurang Peduli Sekaligus Tambah Peduli

Biru, Putih, dan Hijau @Bali

Internet sudah merobohkan sekat dunia. Dalam waktu kedipan mata, berita sudah tiba di tangan. Beritanya juga sangat beragam. Setiap orang menjadi wartawan instan, ada yang amatiran, ada juga yang bagus. Bermodalkan gawai pintar, berita foto, audio, dan video bisa tersebar cepat.

Semua informasi dan pengetahuan bisa diakses dengan cepat. Hal ini membuat rasa ingin tahu manusia serasa tak berujung. Kapan berhenti penasaran? Tunggu saja sampai dia lelah meng-klik. Tapi, ada orang yang walaupun sudah lelah mata, jari, punggung, dan bahu, tetap saja berselancar.

Kekuatan Berhenti

Penasaran itu bagus. Perlu ingat bahwa tidak semua informasi itu bermanfaat. Seseorang perlu punya kekuatan berhenti apabila berhadapan dengan konten yang tidak bermanfaat. Hati-hati keracunan.

Kekuatan berhenti lahir dari mana? Belajar berhenti. Mata belajar dengan cepat, contoh lampu merah lalu lintas kan simbol berhenti. Setiap pengguna jalan raya tahu.

Mata bisa menerjemahkan lampu merah sebagai perintah berhenti. Pengendara mobil pun secara alamiah menginjak rem. Tapi ada saja orang yang bandel, dia malahah nge-gas!

Meditasi dimulai dari berhenti. Apa yang diberhentikan? Pikiran acak ke masa lalu dan masa depan, karena banyak pikiran yang tidak produktif di sana. Bukan berarti tidak boleh berpikir masa lalu dan masa depan loh, namun frekuensi dua masa itu sering berlebihan.

Teknik napas menjadi penyeimbang, karena mencurahkan perhatian pada napas secara alami membawa pikiran kembali ke sini dan saat ini. Samatha pun sudah terjadi, namun durasinya pendek. Jadi perlu sering-sering mengulang, sehingga nanti durasinya semakin panjang.

Kekuatan berhenti lewat bernapas sangat bermanfaat. Kekuatan ini tidak bisa diperoleh secara instan. Bayangkan mengisi baterai smartphone, Setidaknya sejam lebih kurang, walaupun itu fast charger.


Kurang Tambah

Menghadapi banjirnya informasi, hendaknya seseorang semakin mahir dalam teknik berhenti. Informasi apa yang tidak penting, maka segeralah berhenti. Susahnya adalah, kadang jempol terus meng-scroll tak henti-hentinya, apa yang dicari? Tidak jelas.

Anda perlu keputusan tegas. Informasi apa yang diperlukan. Lalu, informasi apa yang tidak diperlukan. Ada kejadian yang membutuhkan kepedulian, ada juga kejadian yang tidak perlu dipedulikan. Beda dengan tidak mau peduli.

Ada urusan yang saya sengaja kurang peduli, lalu ada urusan yang sengaja tambah peduli, jadi tergantung urusannya apa duluan.

Suatu waktu, ada sekelompok orang sedang ngobrol santai. Saya ikut nimbrung. Setelah duduk mendengar sebentar, saya merasa kurang nyaman, karena topiknya politik. Saya bukan anti politik loh, tapi cukup tahu saja, tidak perlu terlalu banyak. Saya dengan sadar memilih untuk kurang peduli.

Pada kesempatan lain saya ikut nimbrung suatu percakapan. Topiknya seru, tentang upaya apa yang bisa dilakukan agar orang bisa lebih mudah mengakses Dharma secara daring. Kalau ini saya tambah peduli.

Internet memudahkan akses Dharma, jadi ini bisa dimaksimalkan. Masalah dunia ini memang seabrek, tak perlu pesimis, namun berikan kontribusi sesuai kemampuan saja. Ini lebih realistis toh. Tak perlu memikul semua beban itu di bahumu.


Sengaja Memilih

Setelah mempraktikkan meditasi sekian tahun, saya menjadi lebih jernih ketika berhadapan dengan pilihan. Ada urusan yang saya sengaja kurang peduli, lalu ada urusan yang sengaja tambah peduli, jadi tergantung urusannya apa duluan.

Beberapa hari lalu ada yang mengirimkan tes kepribadian. Iseng, saya pun mencoba tes itu. Setelah mengisi beberapa pertanyaan, saya merasa digiring ke satu sisi yang tidak selalu mencerminkan saya. Akhirnya saya menyerah, tidak bisa melanjutkannya.

Contoh deh. Ini pertanyaan karangan saya sendiri. Anda lebih suka minum air hangat atau air dingin? Aaya tidak bisa menjawab. Karena, kalau lagi cuaca dingin, secangkir air hangat tampaknya pas. Kalau lagi cuaca panas, segelas air es tampaknya lebih seru.

Okelah, biar fair. Ini salah satu pertanyaan tes daring itu. “Lebih memilih berkomunikasi dengan menulis atau lebih memilih berkomunikasi dengan bicara” Anda pilih mana? Kalau saya tidak bisa jawab. Kalau urusannya sederhana, dan jaraknya jauh, lalu tulis lewat WA, selesai! Tapi, kalau urusannya jelimet, jaraknya jauh, maka lebih baik saya menelepon saja.

Saya merasa konflik karena tidak bisa ke kiri atau ke kanan. Tapi sebetulnya saya boleh ke kiri atau ke kanan, tidak ada masalah sama sekali. Entahlah, apakah ini namanya tidak konsisten? Tapi saya tidak konsisten dari awal hingga akhir dalam tes itu, berarti saya konsisten “tidak konsisten”. Nah, mungkin Anda mulai bingung.

Satu Paket

Kembali lagi pada topik kurang peduli dan tambah peduli. Ada hal yang memang perlu dikurangkan maka silakan, jika perlu ditambahkan maka silakan juga. Jangan dibolak-balik, ketika butuh dikurangkan malah ditambahkan. Ketika butuh ditambahkan malah dikurangkan. Kemampuan berhenti dan menatap lebih jernih akan membantu.

Berhenti (samatha) dan menatap lebih jernih (vipasyana) adalah berbarengan. Semakin hari semakin jelas terlihat, mereka adalah satu paket. Artikel yang satu lagi pernah saya tulis dengan judul “Memilih Satu Dapat Dua”, idenya serupa.

Kesimpulan saya, berlatih samatha pada saat bersamaan juga berlatih vipasyana. Meditasi menjadi kurang peduli juga sekaligus membuat seseorang tambah peduli, tapi lebih selektif sesuai dengan tingkat kejernihan masing-masing orang, namun bukan diskriminasi.

Creative Commons LicenseArtikel ini boleh dikutip sebagian atau seluruhnya dengan tetap mencantumkan nama penulis dan url, tidak dimodifikasi dan non komersial. Karya ini dilindungi oleh lisensi Creative Commons License, kecuali yang tidak disebutkan demikian.

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.