Pilih, Pilih Lagi, Pilih Terus, Pilih Sendiri

Pameran buku dan kaligrafi Master Zen Thich Nhat Hanh @Bangkok

Pertanyaan: “Mana yang lebih baik, hidup berkelok-kelok atau lurus-lurus saja?

Hidup saya identik dengan retret. Kadang pembatas antara retret dan non retret semakin tipis. Dalam retret selalu ada sesi tanya jawab. Ini sesi yang ditunggu-tunggu, juga sekaligus kesempatan saya untuk mengklarifikasi hal-hal yang masih abu-abu.

Akhir tahun 2018, saya memimpin retret hidup berkewawasan (mindfulness) untuk mahasiswa. Seorang mahasiswa melontarkan pertanyaan di atas. Cara berpikir manusia memang susah ditebak, apalagi mahasiswa. Namun cara berpikir mereka selalu menarik untuk disimak.

Satu dari sekian ciri khas mahasiswa adalah kritis! Ada fenomena aneh, sang mahasiswa akan menilik dari berbagai sudut, bahkan dia tak segan-segan untuk membolak-balik bahkan sampai jungkir balik. Semua itu dilakukan demi untuk memahami, mengerti lebih dalam tentang fenomena itu.

Pilih

Sang penanya tampaknya sedang galau. Ada pilihan yang dia sendiri belum bisa menjatuhkan pilihannya. Atau dia sedang mengukur pengetahuan saya? Terserah intensi dia apa pun, saya tidak perlu menghiraukannya.

Pertanyaanya di atas ingin mencari tahu mana yang lebih baik. Jadi, sudah jelas ada yang lebih buruk dong. Ini tergolong pertanyaan jebakan nih. Serius! Saya jawab ini lebih baik, salah! Saya jawab itu lebih baik, salah juga. Apa pun jawaban saya tetap saja salah.

Mari saya ajak Anda untuk periksa benakmu yang paling dalam. Jawab dengan jujur, jika diminta pilih baik dan buruk, hayo pilih mana? saya yakin kamu akan pilih yang baik toh. Jarang sekali ada yang mau pilih yang buruk. Tapi dunia ini tidak ada yang benar-benar pasti kok.

Kadang seseorang sudah menjatuhkan pilihannya pada yang dianggap baik, kok akhirnya buruk ya? Ada yang pilihannya keliru, tapi kok alih-alih bersyukur ya? Jadi mana yang baik? Mana yang buruk? Tampaknya pilih satu dapat dua, itu kesimpulan saya.

Banyak manusia ingin gampang, pakai jalan pintas, jadi pergi saja ke tukang ramal. Tapi saya kok malah tertarik sama nasibnya tukang ramal, kok hidup dia gitu-gitu saja yah? Kok dia tidak meramal dirinya? Kayaknya kesimpulan tukang ramal untuk dirinya sendiri adalah terus jadi tukang ramal, karena banyak yang butuh jasanya.

Pilih Lagi

Potongan pertanyaan di atas berlanjut pada pilihan lagi, berkelok-kelok atau lurus-lurus saja? Wah, ini sih polanya sama dengan baik dan buruk. Walaupun barusan saya sudah bilang bahwa manusia itu cenderung memilih dengan menggunakan intuisi, hasil analisa, konsultasi dengan ahli, atau bahkan menyerahkannya kepada tukang ramal, tentu saja ingin memilih yang baik namun dapat bonus yang buruk juga.

Lalu, mau berkelok-kelok atau lurus-lurus saja? Menurut saya, lihat situasi saja. Jika saatnya berkelok-kelok, maka berkelok-keloklah. Jika saatnya lurus-lurus, maka lurus-luruslah. Jangan pada saat harus berkelok-kelok Anda lurus-lurus, atau pada saat harus lurus-lurus malah Anda berkelok-kelok. Nah mulai keseleo membaca kelok dan lurus kan? Intinya lihat mana yang cocok, agak sulit kalau bicara benar atau salah.

Serasa seperti membaca sutra hati dalam versi yang berbeda yah? Terus terang, apa pun pilihan Anda, walaupun itu dianggap baik, maka bonus buruk juga akan mengikuti. Walaupun Anda merasa sudah tepat memilih berkelok-kelok tapi nanti juga perlu lurus-lurus kok, karena sampai saat ini, saya masih menganut paham bahwa baik dan buruk itu sepaket. Kelok dan lurus itu juga sepaket.

Pilih Terus

Sampai sini, belum ada keputusan final. Namun Anda pasti ingin memulai dari pilihan yang dianggap baik. Sementara urusan kelok atau lurus bisa lebih fleksibel, lagipula hidup itu tidak mungkin selamanya kelok-kelok terus, juga tidak mungkin lurus-lurus terus. Jadi sesuaikan situasi saja. Kadang saya merasa sudah terlalu lurus, jadi kelok sedikit. Kadang merasa terlalu berkelok-kelok maka saya lurus sedikit.

Ada juga manusia yang suka banting setir! Maksudnya, mengambil suatu tindakan atau keputusan yang cukup radikal. Tapi apakah benar itu banting setir? Saya sih tidak yakin, karena benih dan niatnya sudah ada, tapi belum kuat. Ketika mendapat pemicu internal atau eksternal secukupnya maka dia mengambil suatu tindakan yang dia anggap radikal, atau orang lain menganggap itu radikal.

Pilih Sendiri

Mumpung tahun baru imlek. Jadi selalu pilihlah yang baik, saya setuju dan mendukung. Tapi jangan lupa bahwa yang baik punya potensi buruk. Namun Anda tak perlu risau, karena mereka memang sepaket kok. Jalan hidup Anda juga demikian, silakan geser antar berkelok-kelok dan lurus-lurus.

Ada satu lagi saran. Jika ada sesuatu yang sederhana, tetapi bikin Anda pusing, maka boleh pakai cara tos koin! Benar tos koin. Seru juga membiarkan koin menentukan pilihan Anda. Tapi kalau urusan pernikahan, urusan bisnis, atau urusan yang besar, jangan coba-coba pakai tos koin yah. Jika Anda bandel, tetap boleh kok, konsekuensinya tanggung sendiri, atau Anda terima sepenuhnya.

Semoga tahun baru imlek membawa semangat baru untuk bermeditasi. Semoga Anda semakin damai, tenang, agar batin semakin hari semakin jernih, dengan demikian bisa memudahkan Anda dalam memilih jalan, apakah itu berkelok-kelok atau lurus-lurus saja. Pilihan itu saya kembalikan ke tangan Anda, selamat memilih!

Creative Commons LicenseArtikel ini boleh dikutip sebagian atau seluruhnya dengan tetap mencantumkan nama penulis dan url, tidak dimodifikasi dan non komersial. Karya ini dilindungi oleh lisensi Creative Commons License, kecuali yang tidak disebutkan demikian.

4 comments on “Pilih, Pilih Lagi, Pilih Terus, Pilih Sendiri

  1. Daisy Feb 5, 2019 21:59

    Xin nian kuai le bhante
    Semoga apapun yang kita pilih membawa kemajuan dan bermanfaat bagi diri kita maupun semua mahluk
    🙏🙏🙏

    • nyanabhadra Feb 7, 2019 16:32

      Xin Nian Khuai Le…
      Semoga bahagia, sadhu

  2. Indi Y. W Feb 7, 2019 10:38

    terima kasih bhante, atas pencerahan2nya

    • nyanabhadra Feb 7, 2019 16:32

      selamat tahun baru imlek. Semoga bermanfaat, sadhu _/_

Leave a Reply to nyanabhadraCancel reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.