Pindah Tiga Masa

trikala-lebar

Bagi saya, pikiran seperti sebuah hutan belantara, begitu banyak pohon, daun berwarna-warni, tumbuhan merambat hingga berduri, dari serangga kecil hingga penguasa hutan. Masuk ke hutan seperti masuk ke dalam alam pikiran, kita bisa menemukan banyak hal-hal yang belum pernah kita jumpai sebelumnya, namun hal-hal itu sudah ada di dalam pikiran kita, selama ini kita sibuk dan tak pernah punya waktu untuk betul-betul menyaksikannya.

Saya sering menyediakan waktu untuk menjelajahi semua sudut alam pikiran, serasa tidak pernah berakhir eksplorasi ini, bahkan saya mengunjungi tempat yang sama, saya selalu menemukan hal baru.

Pikiran melompat dari satu tempat ke tempat lain, meluncur ke masa lalu untuk sekedar membuat diri sendiri kecewa akan hal-hal yang belum dilakukan, secepat kilat ia menyambar masa depan untuk mengkhayal hal-hal yang belum tentu terjadi, sekali-kali ia mampir ke masa kini untuk melihat apa yang terjadi di depan mata, namun ia tidak betah di masa kini, ia mudah merasa membosankan sehingga kembali lagi melanglangbuana ke masa lalu dan masa depan.

Buddha mengibaratkan pikiran bak monyet liar, ada sebuah dorongan dalam diri sang monyet untuk terus melompat, ia tidak tahu kapan harus berhenti. Demikian juga pikiran kita, ia tidak tahu kapan berhenti dan yang ada hanyalah kelelahan dan keletihan, dampak lelah pikiran adalah lelah fisik, jadi tak heran kalau ada orang yang kerjanya berpikir seharian mengeluh fisiknya tak berenergi, dalam kondisi demikian satu-satunya tempat pelariannya adalah mengonsumsi, mengonsumsi makanan, musik, film, novel, maupun majalah.

orientasi kita time is money, tapi kita lupa bahwa time is life

Kita merasa perlu melakukan sesuatu untuk membantu pikiran dan badan jasmani relaks, oleh karena itu kita merencanakan untuk berakhir pekan di luar kota, namun yang terjadi malah sebaliknya, kita terjebak macet, kita kesal karena tidak mendapat tempat menginap, ternyata semua orang melakukan hal yang sama, mereka menyetir 4 atau 5 jam ke luar kota untuk menikmati suasana pegunungan, menikmati udara segar, tapi ternyata di sana juga ramai, berisik, dan tak ada kedamaian juga, kemudian kita pulang dengan pikiran dan fisik lebih lelah lagi.

Manusia zaman sekarang cenderung berpikir untuk menggunakan kesempatan sebaik-baiknya untuk menikmati hidup, caranya adalah dengan mengunjungi tempat ini, pergi ke sana, makan di restoran itu, belanja di mal itu, kita lupa bahwa untuk berhenti berencana, kita lupa untuk sekedar duduk dan tidak melakukan apa pun. Orang merasa duduk santai tidak produktif karena tidak melakukan apa pun, orientasi kita time is money, tapi kita lupa bahwa time is life, kita hidup tapi seluruh waktu kita gunakan untuk mengejar money sehingga kita tidak tahu bagaimana enjoy life.

Untuk bisa enjoy life, kita perlu tahu cara berhenti, berhenti berencana, berhenti berlarilewat cara kembali ke masa kini, kembalilah ke masa kini, ketahuilah bahwa badan jasmani ini masih utuh, paru-paru masih berfungsi dengan baik, napas masih bisa masuk dan keluar dengan normal, semua ini bisa sadari ketika kembali ke masa kini.

Masa lalu telah pergi dan masa depan belum juga tiba, satu-satunya masa yang kita miliki adalah masa kini, apabila engkau mengabaikan masa kini, maka engkau sudah mengabaikan hidup, engkau hidup tapi seolah-olah sudah mati. Anda seperti orang siuman yang terjebak dalam mimpi.

Masa kini tidak punya alamat tetap, ia terus mengalir dan berubah, demikian juga dengan pikiran manusia yang senantiasa bergerak. Masa kini, masa lalu, dan masa depan saling terajut dalam sebuah jaringan besar, mereka berinteraksi, mereka saling mengisi, mereka saling berganti peran, ini yang Bhante Thich Nhat Hanh sebut sebagai interbeing.

Masa lalu terbentuk dari masa kini, masa kini terbentuk dari masa depan, dan masa depan tergentuk dari masa lalu, tiga masa ini seperti sebuah lingkaran penuh, sebuah siklus yang tiada awal dan tiada ujung. Mencermati masa lalu membantu kita menyadari bahwa masa lalu menjadi elemen pembentuk masa depan yang siap mengalir kembali ke masa kini.

Masa kini tidak punya alamat tetap, ia terus mengalir dan berubah

Masa depan selalu menjadi sebuah misteri, jika kita ingin tahu masa depan seperti apa yang akan datang ke masa kini, maka kita perlu lihat apa yang sedang terjadi dalam pikiran kita pada masa kini dan sekarang ini, masa kini memberi petunjuk cukup jelas, kita tidak perlu pergi ke ahli nujum atau tukang ramal.

Mari hidup di masa kini dengan sepenuh hati, agar suatu saat nanti ketika masa depan mulai bergeser ke masa kini maka ia akan menjadi sebuah masa yang menakjubkan, karena hidup sepenuh hati berarti melihat dengan jelas apa yang sedang berlangsung di depan mata, dengan demikian kita punya kesempatan untuk merespon dengan penuh kesabaran dan kasih, pada saat bersamaan kita sedang menciptakan masa lalu yang indah pula.

Ambil contoh, ketika pagi ini saya bangun tidur dan senyum, saya menghadirkan elemen positif dalam pikiran dan wajah. Berdiri di titik tadi pagi, maka paruh waktu siang saya sebut sebagai masa depan, saat siang menjelang, saya masih mendapatkan efek senyum tadi pagi. Senyum tadi pagi yang sudah sirna sekali lagi kembali, karena senyum tadi pagi sudah bersiap-siap di masa depan untuk datang kembali, walaupun kedua senyum itu tidak sama persis namun juga tidak berbeda sama sekali, karena dua senyum itu saling berkaitan, karena kedua senyum itu interbeing.

Demikian juga perbuatan yang kita gores lewat ucapan, aksi, dan pikiran, semua yang kita gores itu akan menjadi masa lalu, namun masa lalu itu menjadi bahan cadangan masa depan yang akan kembali hadir di masa kini.

Contoh konkret, apabila saya berlatih berucap dengan penuh kasih dan mendengar dengan seksama, maka yang hadir dalam diri saya adalah sebuah pengertian mendalam, lawan bicara juga merasa nyaman dan damai. Percakapan itu pun berlalu dan tersimpan di dalam memori saya, percakapan itu telah berubah menjadi masa lalu, walaupun percakapan itu sudah berlalu namun efeknya tidak berhenti disitu saja, percakapan itu terus memberi efek untuk masa kini, kemudian ketika saya berbicara dengan orang yang sama lagi, maka percakapan dahulu (masa lalu) sudah siap di masa depan untuk mengalir ke masa kini lagi.

Menjaga masa kini dengan sepenuh hati sehingga menciptakan masa lalu yang indah, jangan khawatir karena masa lalu itu tidak hilang begitu saja, namun pada saat bersamaan dia juga siap sedia di masa depan untuk hadir kembali lagi di masa kini.

Creative Commons LicenseArtikel ini boleh dikutip sebagian atau seluruhnya dengan tetap mencantumkan nama penulis dan url, tidak dimodifikasi dan non komersial. Karya ini dilindungi oleh lisensi Creative Commons License, kecuali yang tidak disebutkan demikian.

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.