Sekelumit Kemarahan

Kemarahan muncul karena engkau tak punya kekuasaan,
dan kemarahan juga yang membuatmu berwajah buruk,
Mereka yang punya kekuasaan namun tak punya belas kasih sama sekali,
sesungguhnya mereka ini lebih buruk lagi.
(400 Stanza, 139;Aryadeva)

Kemarahan muncul karena kita tidak punya kekuasaan, wajah kita akan berubah menjadi hitam, lipatan kerut muncul di dahi, tampang kita sungguh buruk. Kita tidak bisa mengendalikan orang lain karena tanpa kekuasaan dan sama sekali tak berdaya, akhirnya kita membuat diri sendiri repot, kemarahan sudah memuncak membuat anda ingin melukai orang lain, bahkan kalau bisa menonjok orang yang menjadi sumber kemarahan kita. Keinginan kita untuk melukai orang lain menunjukkan bahwa kita tidak memiliki welas asih.

Kemarahan melukai diri sendiri juga orang lain, Chandrakirti dalam Madhyamika-avatara menyebutkan,

“Kemarahan membuatmu buruk rupa, menggiring anda menuju ketidakbajikan, amarah menghancurkan kewaspadaanmu sehingga pada saat itu anda tidak mampu membedakan mana yang bajik dan yang tidak, kemarahan menyebabkan intelektualmu berhenti berfungsi, semua tindakan berlandaskan kemarahan, ujung-ujungya akan membuatmu malu dikemudian hari, akhirnya kemarahan juga membuatmu menderita sekarang dan masa akan datang”

Kita seharusnya mengingat manfaat sabar, karena kesabaran membuat orang lain tertarik padamu, cantik secara alami. Ketika kemarahan sedang berkecamuk, pakain seindah apa pun, perhiasan semewah apa pun, tetap saja tidak akan membuatmu cantik, malah akan menjadi bahan tertawaan orang lain. Lain pula apabila seseorang yang sabar, berpakain sederhana, tanpa permata mahal; mereka tampak begitu cantik, anggun, dan menawan.

Berhati-hatilah dengan segala macam situasi yang memprovokasi, jagalah kewaspadaanmu! Kemarahan tidak menyelesaikan masalah apa pun, kemarahan hanya akan memperkuat kemarahan yang sudah ada dalam batinmu.

Bagaimana menerapkan obat penawar untuk kemarahan?

Respon
Ketika ada seseorang melontarkan kata-kata tidak menyenangkan, jangan segera bereaksi! Jangan terpancing oleh kata-kata itu, jika engkau jatuh ke dalam perangkap orang tersebut, maka anda baru saja menciptakan energi negatif. Ketika kata-kata tidak menyenangkan itu dilontarkan orang lain, walaupun kata-kata itu ditujukan kepada kita, sebenarnya kata-kata itu tidak melukai kita sama sekali, namun yang melukai kita sendiri adalah respon dari batin kita yang merasa tersinggung.

Sindiran sinis yang dilontarkan kepada kita merupakan akibat dari perbuatan kita sebelumnya, jika sekarang kita tidak memberi respon atas kata-kata yang menusuk batin itu, maka kita baru saja berhasil menghakhiri salah karma buruk. Kita tidak menanam bernih karma buruk yang baru yang nanti akan menuai akibat buruk juga, jadi berbahagialah! Karena orang tersebut telah membantu kita mengakhiri salah satu karma buruk, kita menerima kata-kata tidak menyenangkan itu, kita harus bertanggung jawab atas perbuatan kita pada kehidupan sebelumnya, orang itu telah menjadi katalis untuk mengurangi karma buruk kita.

Ketika kata-kata pujian berkumandang, itu juga berasal dari karma baik kita, kebahagiaan maupun penderitaan berasal dari baik atau buruknya perbuatan di masa lampau atau kehidupan lampau. Orang lain ikut bermain peran mengurangi karma buruk kita, tapi faktor paling utama adalah diri kita sendiri.

Orang lain melontarkan kata-kata tidak menyenangkan yang ditujukan kepada kita, sesungguhnya kata-kata itu sendiri tidak berbahaya, jika kata-kata itu berbahaya, maka seharusnya kata-kata itu juga bisa melukai orang yang melontarkannya, kemarahan muncul karena kita memberikan reaksi atas kata-kata sederhana itu, karena dalam hati kita berpikir, “Orang itu telah berbicara kasar atas diriku, aku terluka oleh kata-kata itu” luka muncul dari respon yang kita berikan, cara kita berpikir.

Pembenaran?
Jika kita tidak memiliki pandangan seperti itu, maka kata-kata seperti itu tidak akan melukai kita sama sekali. Ada sumber lain menyebutkan, sesungguhnya boleh saja marah terhadap orang tersebut, kalau tidak marah, mereka akan semakin melunjak dan mengail di air keruh. Aryadeva bilang, “Bukanlah demikian!”

Jika seseorang berkata kasar pada kita, apakah orang tersebut pantas kita hukum? Bagaimana menurut anda? Walaupun semua orang akan menjawab, Iya, dia layak di hukum, tapi jangan membenarkannya.

Memang demi menegakkan demokrasi, banyak tindakan yang harus dilakukan.

Tapi, kita seharusnya tidak menghukum orang lain dengan berlandaskan kemarahan, jika ada seseorang menunjukkan kesalahan kita di depan publik, apakah orang tersebut pantas di hukum?

Kritik
Jika ada orang yang mengkritik, menunjukkan kesalahan anda di depan umum, sesungguhnya itu adalah nasihat yang sangat membangun, marilah kita periksa apa yang dia katakan itu benar atau tidak, jika memang begitu adanya, perbaikilah diri kita sendiri, jika kritikan itu tidak benar, yah sudah, tidak apa-apa, lupakan saja. Intinya adalah, manfaatkanlah kesempatan sebagai sarana untuk memperbaiki diri, menghindarkan diri dari kemarahan.

Kita harus kembali lagi berbahagia, karena dia telah mengkritik kita, dia telah menunjukkan kesalahan kita, dia telah bertindak kasar pada kita, syukur saja mereka tidak menonjok kita.

Carilah semua metode yang ada untuk dijadikan sebagai alat untuk mencegah munculnya kemarahan.

Creative Commons LicenseArtikel ini boleh dikutip sebagian atau seluruhnya dengan tetap mencantumkan nama penulis dan url, tidak dimodifikasi dan non komersial. Karya ini dilindungi oleh lisensi Creative Commons License, kecuali yang tidak disebutkan demikian.

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.