Tiga Skenario Menghadapi Rasa Takut

Memasuki terowongan kegelapan

Hal apa yang membuat Anda takut? Mungkin banyak. Sejak dilahirkan sudah berhadapan dengan ketakutan. Anda takut karena belum tahu cara bernapas. Anda takut kelaparan. Anda juga takut apabila tidak ada yang melindungi.

Ketakutan tampaknya mengalami evolusi sejak lahir hingga saat ini. Bahkan sejak kehidupan-kehidupan sebelumnya. Ketakutan itu adalah energi yang bersarang dalam dirimu. Anda telah membopongnya hingga saat ini.

Ketakutan memiliki sifat membesar dan mengecil. Jika Anda secara rutin mensuplai bahan bakarnya, maka ketakutan akan terus membesar. Bahan bakarnya berasal dari program televisi, instagram, facebook, beserta media yang melibatkan panca indra.

Pemikiran manusia juga bisa menjadi pemasok, celakanya ini adalah pemasok utama yang kadang susah diberhentikan. Ada video lama dalam pikiran yang bertemakan ketakutan, video itulah yang terus ditayangkan. Ketakutan Anda akan tumbuh subur!

Kabur Lari

Waktu saya kecil, saya paling takut gelap. Jantung berdetak kencang seperti mau copot, kaki gemetaran ingin lari. Itu mekanisme alami untuk menyelamatkan diri, seolah-olah ada mara bahaya mengancam di dalam kegelapan.

Ketika sudah dewasa, saya masih mengalami gejala serupa. Terima kasih kepada meditasi, saya menemukan salah satu biang ketakutan. Ada satu film yang saya tonton saat kecil, film kuntilanak. Ada adegan kuntilanak masuk ke dalam kuburan lewat lubang kecil pada malam hari.

Setiap kali berada di tempat gelap, pikiran saya secara otomatis memanggil kembali adegan itu, padahal itu hanyalah memori lama. Saya tak berdaya, memori lama itu berulang kali menjadi pemasok bahan bakar ketakutan. Saya tak punya cara membendungnya, alih-alih melarikan diri alias kabur.

Ada yang kirim WA ke saya bilang, “Bhante saya cuti sebentar yah, mau lari dari kenyataan dulu”. Saya jawab, “Okay boleh, silakan lari, karena itu juga penting. Tapi ingat yah, jangan lari kejauhan, ntar tidak bisa melihat kenyataan”.

Melarikan diri itu saya andaikan sebagai teknik penguburan. Jika ada masalah maka Anda kubur dengan shopping, menonton, memakan, bermain game online. Sudah jelas itu bukan solusi bagus. Jika Anda terus melarikan diri, Anda justru kehilangan kesempatan untuk mengerti dan menyelesaikan masalah itu.

Non Reaksi

Menekuni meditasi sekian lama telah menumbuhkan kekuatan non reaksi. Melihat potongan kata “re” dan “aksi” berarti “aksi berulang” yang telah direkam sebelumnya. Aksi ini telah menjadi pola hidup manusia atau habit.

Setiap kali berhadapan dengan suatu gejolak batin, maka kekuatan non reaksi bisa mengintervensi. Menarik dan mengembuskan napas adalah faktor intervensi, itulah kekuatan non reaksi, dengan demikian respon saya tidak selalu didikte oleh habit.

Alkisah ada seorang petani bertemu dengan harimau. Reaksi pertamanya adalah kabur lari untuk menyelamatkan diri. Anda tidak mau mati konyol. Tentu saja kalau itu adalah harimau benaran, bukanlah harimau palsu atau harimau jadi-jadian.

Ada juga harimau ciptaan pikiran, ini juga bikin dia ingin kabur menyelamatkan diri. Entah mengapa harimau jenis ini justru menjadi pembunuh paling berbahaya saat ini, padahal itu harimau maya!

Meditasi melahirkan kekuatan non reaksi, non respon, resistansi agar jangan didikte oleh habit. Kekuatan kewawasan (念力) yang dilatih dalam meditasi akan bisa melihat dengan jelas bahwa itu hanyalah harimau maya, jangan mau dikelabuinya.

Maju Menghadapi

Semua orang ingin selamat. Heran, kok saya malah sering memanggil memori lama itu untuk membuat diriku merasa tidak aman? Solusi instan adalah kabur. Yes, selamat!

Kalau bertemu kuntilanak dalam pikiran, bagaimana kabur ya? Kalau bertemu harimau dalam pikiran bagaimana kabur ya? Semakin keras berlari kok semakin lengket dalam pikiran.

Kuntilanak maya, harimau maya, buaya maya dan lain-lain, semua itu produksi pikiran, ironisnya justru menjadi bulan-bulanan banyak orang. Berputar-putar di situ dan tak bisa keluar. Aku tidak berdaya, aku lemah, aku lumpuh, aku tak punya kekuatan kewawasan (mindfulness), kewaspadaan (awareness), kewaskitaan* (concentration) secukupnya untuk menghadapi mereka.

Kekuatan ketenangan yang lahir dari meditasi menjadi keberanian untuk mengkonfrontasi produksi pikiran. Harimau yang membuat saya takut itu saya dekati, saya hadapi, dan saya rangkul, harimau itu berubah menjadi energi kedamaian dan kasih, energi itu yang menyembuhkan luka batin.

Memanggil Kewawasan

Setiap kali rasa takut muncul, saya sering melarikan diri. Sekali-kali saya mencoba untuk bertahan dengan cara non reaksi. Kultivasi energi kewawasan dari meditasi memberikan saya kekuatan untuk maju menghadapinya.

Saya sudah sering pakai kekuatan non reaksi dikombinasikan dengan maju menghadapinya. Sekarang, setiap kali bertemu dengan kuntilanak produk pikiran, saya sudah tidak takut lagi. Sekarang malah sudah menjadi sahabat baik, dia sering datang menyapa, bercakap-cakap, lalu pergi. Dia sudah tidak bikin kekacauan lagi.

Produk pikiran seperti ketakutan, kemarahan, kegalauan, kekhawatiran, mereka sering berkolaborasi dengan pancaindra. Kolaborasi awal lebih sering merusak suasana hati, sekarang kolaborasi itu masih terjadi namun kerusakkannya sudah mengecil.

Sekali-kali, ketika saya kurang wawas, mereka bisa ‘mengamuk‘ lagi. Walaupun mereka masih bikin kericuhan namun durasinya sudah lebih singkat, karena kewawasan sudah selalu siap dipanggil untuk bernegosiasi, lalu perdamaian dunia pun tercipta.

*kewaskitaan: ketajaman penglihatan

Creative Commons LicenseArtikel ini boleh dikutip sebagian atau seluruhnya dengan tetap mencantumkan nama penulis dan url, tidak dimodifikasi dan non komersial. Karya ini dilindungi oleh lisensi Creative Commons License, kecuali yang tidak disebutkan demikian.

2 comments on “Tiga Skenario Menghadapi Rasa Takut

  1. Karolina Jun 19, 2019 15:19

    Bhante,

    Bagaimana cara menghadapi rasa takut akan kematian? Saya tahu kalau kematian itu pasti, tapi ketakutan itu kadang muncul berkaitan dg proses dan cara mati. Juga, rasa takut akan ditinggal mati, meskipun saya tahu juga kalau segala sesuatu itu impermanen.

    Terima kasih 🙏

    • nyanabhadra Jun 19, 2019 18:31

      Rasa takut selalu memiliki karakteristik yang serupa, yaitu pikiran masa lalu (mungkin ada cerita2 tentang kematian). Kemudian pikiran masa depan (pikiran mengarang cerita2 kematian di masa depan).
      Kematian adalah topik baik buat meditasi, tapi bukanlah topik yang baik untuk dipikirkan terus. Mengingat bahwa kita pasti mati, namun kapan waktunya tidak pasti. Itu saja sudah cukup. Dengan demikian motivasi untuk berlatih dan berbuat baik akan semakin besar. Begini lebih bagus cara pandangnya.
      Hargailah kehidupan saat ini, bahwa napas masih lancar, masih ada makanan, syukurilah itu semua sehingga ketika mati tiba, Anda tidak menyesal, karena Anda hidup penuh makna di momen ini.

Leave a Reply to KarolinaCancel reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.