Bhante Tidak Kebaktian?

Ritual tahun baru imlek (TET) Januari 2020 @Plum Village Thailand

Ada seorang teman bertanya, “Bhante tidak kebaktian?”. Sudah lama tidak ada orang yang bertanya demikian kepada saya. Dulu waktu saya masih upasaka, teman-teman suka bertanya, “Eluh ga ikut kebaktian?”. Maklum ABG kan begitu, apalagi hopeng, cara bertanya langsung saja, tak pakai mutar-mutar lagi.

Setelah masuk monastik, tak ada yang berani bertanya begitu, karena asumsi monastik kebaktian setiap hari. Terus terang, saya terperanjat mendapat pertanyaan itu. Saya bingung bagaimana mau menjawabnya. Reaksi pertama saya sih langsung melihat hari. Haiya, Ternyata hari Minggu!

Memang hari Minggu menjadi kebiasaan banyak orang untuk pergi ke wihara, mereka mengikuti ritual puja bakti atau yang lumrah disebut kebaktian. Wihara padat dengan mereka yang mau ikut kebaktian. Ada yang begitu khusyuk, ada yang hanya sekadar bertugas bantu-bantu wihara, ada juga yang hanya hangout dan kepo sana-sini.

Ritual ringkas

Lalu, saya harus jawab apa dong? Tergantung sikon sih, juga tergantung di wihara mana. Di Indonesia berbeda-beda, di Thailand juga berbeda. Contoh di pusat pelatihan Plum Village, kita hampir setiap hari kebaktian kok, pagi dan malam. Membaca doa singkat, lalu mendengarkan pembacaan sutra, kemudian ditutup dengan pelimpahan jasa.

Tradisi Zen memang demikian, ringkas, tidak terlalu banyak ritual. Kalaupun ada ritual, rata-rata singkat. Sutra yang didaraskan juga tidak terlalu banyak, alunan nada juga dibuat mirip dengan nuansa gospel. Plum Village berkembang di dunia barat, tak heran menyerap nuansa Kristiani, terutama gospel dalam pendarasannya.

Pendarasan mantra Awalokiteswara, @Plum Village Thailand, Des 2019

Sebelum kebaktian biasanya kita mempraktikkan meditasi duduk selama 30 menit. Rangkaian kegiatan itu umumnya pada hari Selasa, Rabu, Kamis, Sabtu, dan Minggu. Hari jumat meditasi di taman bersama-sama. Hari senin lazy day jadi tidak ada kebaktian sama sekali. Kalau mau kebaktian juga boleh, tapi silakan lakukan masing-masing.

Hadir utuh

Plum Village lebih dominan praktik meditasi dalam keseharian. Kebaktian juga termasuk ranah meditasi, yang artinya pikiran bersama dengan apa yang sedang kita kerjakan pada momen kekinian. Jika meditasi duduk maka atensi diarahkan pada badan jasmani dan napas. Jika kebaktian maka atensi diarahkan pada suara dan mendengarkan.

Bagaimana meditasi berjalan? Atensi diarahkan kepada langkah kaki. Ketika makan, maka atensi diarahkan kepada kunyah dan rasa makanan. Sehingga aktivitas sehari-hari menjadi meditasi. Plum Village tidak memberikan definisi terlalu jelimet tentang meditasi, cukup hadir utuh di saat ini dan di sini, relaksasi, dan atensi diarahkan kepada apa yang sedang dilakukan.

Semua kegiatan di pusat meditasi diterapkan dengan semangat hadir utuh di sini dan saat ini. Nanti, ketika seseorang keluar dari pusat meditasi, maka dia bisa terus melanjutkan semangat itu. Ada waktunya memang perlu bikin rencana, silakan saja. Tapi jangan menghabiskan waktu seharian bikin rencana terus, ada waktunya rehat juga.

Menyatakan kesetiaan

Semua kegiatan di dalam atau di luar pusat meditasi bisa menjadi kebaktian. Jadi, makna kebaktian menjadi lebih luas, bukan hanya terbatas pada hari Minggu saja, tidak hanya terbatas pada pembacaan doa, mantra, paritta, atau keng. Bakti itu kan artinya menyatakan kesetiaan, jadi kami setia kepada Buddha, Dharma, dan Sangha.

Ketika kami setia kepada Buddha, maka kami ingin meraih Kebuddhaan, kualitas kewawasan sepenuhnya (full enlightenment). Kami setia kepada Dharma, oleh karena itu kami menggunakan metode napas untuk memperpanjang durasi frekuensi kewawasan (mindfulness). Kami setia kepada Sangha, oleh karena itu kami bersama-sama komunitas saling mendukung dalam mempraktikkan Dharma secara harmonis.

Kebaktian kepada Buddha, kebaktian kepada Dharma, dan kebaktian kepada Sangha. Boleh juga di-interpretasikan menjadi sebagai kewawasan terhadap Buddha (念佛, Buddhanussati), kewawasan terhadap Dharma (念法, Dhammanussati), dan kewawasan terhadap Sangha (念僧, Sanghanussati). Tiga komponen penting dalam agama Buddha.

Kebaktian seperti ini bisa terjadi dalam setiap tarikan napas, setiap senyuman, setiap derap langkah meditasi, setiap kunyahan ketika meditasi makan, setiap doa yang kami panjatkan. Ini disebut kebaktian terapan, kebaktian yang bisa dilakukan di mana saja, dan kapan saja. Kebaktian demikian memiliki makna lebih luas.

Kebaktian setiap hari

Jadi, saya kebaktian hampir setiap hari, dan caranya sangat bervariasi. Jadi, Anda juga boleh mengikuti kebaktian seperti itu. Apabila Anda ingin kebaktian pada hari Minggu, silakan. Alangkah bagusnya jika kebaktian hari Minggu diperpanjang menjadi kebaktian terapan dari hari Senin sampai Sabtu.

Ada kebaktian pribadi, Anda bisa melakukannya secara individual. Ada kebaktian bersama, Anda bisa melakukannya bersama banyak orang. Kebaktian pribadi memang lebih fleksibel, kapan pun bisa dilakukan. Kebaktian bersama sedikit butuh upaya, karena harus ada janjian waktu, dan format kebaktian seperti apa yang diinginkan.

Jangan karena kebaktian bersama butuh upaya, lalu Anda menyerah dan merasa itu rempong. Maunya kebaktian pribadi saja. Ini malah menjadi pikiran sempit dan tidak berimbang. Kita butuh kebaktian pribadi dan kebaktian bersama. Dua komponen itu saling melengkapi dan saling membutuhkan. Mereka itu sepaket sebetulnya. Selamat kebaktian untuk Anda semua. Adios!

Creative Commons LicenseArtikel ini boleh dikutip sebagian atau seluruhnya dengan tetap mencantumkan nama penulis dan url, tidak dimodifikasi dan non komersial. Karya ini dilindungi oleh lisensi Creative Commons License, kecuali yang tidak disebutkan demikian.

4 comments on “Bhante Tidak Kebaktian?

  1. d35Ol Feb 29, 2020 22:22

    Terima kasih atas sharingnya, bhante.

    Jadi kalau kita ketemu orang yang kepo or orang yang usil or orang yang tidak menyenangkan? Apakah kita harus menghindari, tidak membalasnya or bahkan memblokirnya di wa?
    Semoga sehat bahagia, bhante…sekali lagi terima kasih🙏

    • nyanabhadra Mar 5, 2020 19:07

      Desol yang baik,
      Kalo kepo, usil, dan tidak menyenangkan…. tampaknya normal…..yang tidak baik tuh berlebihan. Bagaimana bisa tahu berlebihan? Jika dia ngulang-ngulang terus, maka itu berlebihan. Caranya gimana? Jaga jarak saja dengan orang tersebut.
      Yang penting jangan membenci, itu sudah bagus.
      Kalau rempong sih yah diamkan saja, jangan terlalu dihiraukan……….

      Semoga berhasil yah….

      • d35Ol Mar 6, 2020 09:06

        Terima kasih bhante atas petunjuknya 🙏🙏🙏

Leave a Reply to d35OlCancel reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.