Dunia ini dinamis, terus bergerak dan berubah. Saya masih membimbing retret mindfulness hingga detik ini. Tak bisa dipungkiri bahwa membimbing retret sebetulnya saya juga dibimbing oleh para peserta. Garis pembatas pembimbing dan yang dibimbing kadang tipis.
Permintaan retret juga semakin hari semakin banyak. Teman saya pernah bilang, “Permintaan retret semakin hari semakin banyak itu merupakan gejala baik. Anggap saja suhu buka restoran, kalau makanannya enak, maka akan ada repeat order terus.”
Retret yang membawa kebahagiaan, kejernihan batin dan melahirkan kearifan akan di order terus menerus. Pencerahan itu tidak terbatas, oleh karena itulah Zen Master Thich Nhat Hanh pernah bilang, “We organizing retreat so we can retreat too.” Saya setuju sekali, karena saya juga perlu maju, bukan sekedar berjalan di tempat saja.
Masuk Arus
Barusan selesai retret bersama anak sekolah SMA Triratna, sekitar 104 orang siswa-siswi. Ada beberapa wajah yang sudah familiar, ada juga mereka yang baru. Mereka yang sudah kelas XI dan XII masih banyak yang saya kenal. Mereka yang kelas X masih baru karena pertama kali mengikuti retret.
Mereka yang telah pernah mengikuti retret dengan begitu mudah mengalir masuk arus. Praktik samatha dalam mendengarkan lonceng dan dentang jam dinding telah dipraktikkan dengan baik. Energi dari senior ternyata memberi efek besar bagi adik-adiknya yang baru. Saya bangga dan senang karena yang senior telah bisa menjadi panutan dalam latihan meditasi.
“We organizing retreat so we can retreat too. ~ Zen Master Thich Nhat Hanh”
Porsi Seimbang
Retret mindfulness tidak terlalu fokus pada duduk atau hening. Namun meditasi duduk juga terbagi rata dalam beberapa sesi dalam bentuk yang berbeda. Pagi hari sesi meditasi duduk formal sektar 20 menit disertai panduan, kemudian meditasi jalan pelan 1 langkah 1 napas, disusul oleh mendengarkan pembacaan sutra.
Meditasi duduk juga dipraktikkan ketika duduk hening dalam menyantap makanan. Semua yang hadir wajib duduk selama 15 menit dan menikmati makanan vegetarian. Semua orang wajib mengunyah makanan minimal 20x. Manfaatnya ternyata langsung mereka dapatkan, mereka menghabiskan semua makanan dan merasa lebih puas walaupun makannya sedikit. Kadang mata manusia yang makan lebih banyak, dan sering tidak sesuai dengan kapasitas lambung.
Selama 15 menit meditasi makan, semua peserta juga mempraktikkan noble silent (hening bening). Kids zaman now tak bisa diam barang 5 menit, bahkan mereka sering menyeletuk. Saya menerapkan prinsip tidak menggunakan kekerasan atau kemarahan, dan buktinya mereka bisa mengerti, 15 menit hening makan dan kunyah minimal 20x berhasil dilakukan dengan baik.
Praktik duduk juga dilakukan ketika dalam sesi mendengar secara mendalam dan berbicara dengan penuh kasih yang kadang disebut Dharma Sharing. Kita duduk melingkar dan saling berbagi pengalaman latihan, membahas sesuatu yang down to earth, bukan teori-teori yang berada di atas awan. Anak-anak tampaknya sangat menyukai sesi ini, karena kids zaman now mulai semakin aktif dan bisa mengungkapkan pengalaman pribadinya lewat komunikasi aktif.
Zaman Now
Sesi yang paling mereka tunggu-tunggu adalah meditasi baring, yang kadang mereka sebut meditasi tidur. Saya sering bilang, “Anak-anak, ini bukan meditasi tidur, tapi meditasi baring yah…. Jika tidak tertidur itu bagus, kalau tertidur yah…. Itu bonus.” Mereka akan tertawa ngakak. Apalagi ketika ada yang tertidur lalu memproduksi aneka suara-suara dengkur, kadang seperti suara musik orkestra, indah bukan?
Wejangan Dharma diberikan secukupnya, maksimal 1 jam, karena retensi anak-anak tidak bisa terlalu lama. Sedikit teori lalu banyak contoh dan cerita yang berkaitan dengan teori yang diberikan. Humor-humor yang kontekstual juga sering saya lemparkan, ketika saya bilang, “Kids zaman now memang begitu…” Lalu dari belakang ada yang menyeletuk, “Bhante zaman now juga begitu….” Langsung disambut ketawa lepas. Saya sambil elus-elus dada, lalu disambut satu anak dari pojok sana bilang, “Breathing in breathing out bhante…… jangan marah bhante, letting go lalu #MoveOn, bhante”. Saya ikut tertawa, awalnya sedikit kecut sambil mengeryitkan dahi, tapi sedetik itu juga sudah bisa ketawa lega.
Kita Membahas sesuatu yang down to earth, bukan teori-teori yang berada di atas awan
Anak-anak yang dibimbing selama beberapa tahun ini menujukkan perubahan kecil, namun sangatlah berarti. Saya minta mereka untuk menghargai perubahan kecil, karena dari situlah fondasi untuk terjadi perubahan selanjutnya. Saya bisa merasakan interaksi dengan anak-anak cair dan mengalir, walaupun posisi saya sebagai ketua yayasan. Saya tidak pernah membawa titel “ketua yayasan” itu, bahkan mereka hanyalah melihat saya sebagai bhante yang seperti apa adanya, karena kids zaman now butuh bhante zaman now, jika tidak demikian, mereka tidak bisa connect dengan Dharma.
Walaupun interaksi saya dengan anak-anak termasuk santai, saya bisa melihat ketika pada saat-saat tertentu mereka menunjukkan respek pada tempatnya. Suatu pagi saya berjalan melewati mereka, lalu mereka berhenti dan beranjali mengucapkan “Namo Buddhaya”. Anak-anak telah dibina oleh para guru sekolah Triratna plus dengan program retret hidup berkesadaran mulai memberikan hasil yang lebih real.
Bukan Sekadar Wow
Praktik zaman now juga perlu lebih “now” bukan sekedar “wow” saja. Bukan sekadar mengumpulkan banyak orang, mengadakan “show” dengan agenda “komersial”. Begitu juga acara “seremonial” untuk mengkultuskan “sosok” tertentu. Saya tidak bilang bahwa talk show atau seremoni itu kurang efektif, tapi kebablasan “mementahkan” ajaran Buddha yang perlu menjadi perhatian. Praktik zaman now perlu selalu tertuju pada inti meditasi yaitu berhenti, kemudian menatap mendalam agar bisa melahirkan pengertian mendalam (prajna).
Artikel ini boleh dikutip sebagian atau seluruhnya dengan tetap mencantumkan nama penulis dan url, tidak dimodifikasi dan non komersial. Karya ini dilindungi oleh lisensi Creative Commons License, kecuali yang tidak disebutkan demikian.