Sewaktu masih kuliah, saya pernah melamar menjadi volunteer penyiar di salah satu stasiun radio mandarin di Bandung. Namanya juga coba-coba, akhirnya diterima, no introduction, no training, no–thing, maklum radio fresh from the oven, jadi masih serba serabutan. Namun asyik, karena masih banyak sekali ruang gerak dan improvisasi, penanggung jawab radio juga cukup terbuka.
Awalnya saya hanya lebih sering menjadi operator, zaman saya siaran masih pakai CD Audio, untung saja tidak pakai kaset. Syukurnya saya punya bekal bahasa mandarin, jadi bisa membaca judul-judul lagu, dan kadang ikut ngobrol santai di “udara”. Tidak lama kemudian, komputer pun hadir, dan semua menjadi lebih mudah, tinggal klik saja, beres! Saya juga bisa lihat historis lagu apa saja yang sudah diputar, jadi tidak memutar lagu yang sama pada hari itu.
Saya dipasangkan dengan beberapa partner, maklum saya kan masih “anak bawang”. Partner saya selalu bapak-bapak atau ibu-ibu yang, maaf, “paruh baya” ke atas usianya. Bahasa mandarin mereka lancar “cespleng” tapi kadang terdengar aneh, maklum masing-masing membawa logat sunda dalam intonasi cara bicaranya.
Semakin lama saya semakin eksis, dan saya juga sering main ke ruang sebelah yang juga stasiun radio beken di Bandung. Perlu diketahui bahwa radio mandarin ini merupakan “anak radio” dari radio yang sudah beken itu. Selesai siaran, saya suka nongkrong di ruang tamu di sana, kemudian ngobrol santai dengan penyiar-penyiar senior, yah inilah cara saya ‘belajar’ teknik-teknik siaran. Syukurnya para senior ini baik-baik dan suka sharing, mereka tidak pelit kalau soal jurus-jurus siaran.
Saya termasuk penyiar generasi pertama di sana, dan tercatat sebagai penyiar termuda saat itu. Perlu diketahui saya menyiar di sana dalam kapasitas sebagai volunteer, karena saya memang hobi, dan tidak digaji sekalipun saya tetap senang, asyik saja kalau bisa belajar dari para senior, juga sekaligus menikmati lagu-lagu klasik zaman baheula.
Pengalaman yang sungguh menyenangkan. Dari sinilah saya lebih mengerti teknik-teknik mengudara, memang setelah beberapa bulan, saya sudah berani siaran sendirian tanpa ditemani orang lain. Namun kesibukan kuliah semakin hari semakin memuncak, akhirnya setelah 1 tahun kurang saya minta izin untuk mengundurkan diri.
Berbicara di depan microphone dan membayangkan jutaan orang sedang mendengarkan Anda, bukan GR yah, tapi rasanya seru ajah, apalagi kalau ada interaksi dengan pendengar, saya merasa bertemu dengan banyak orang di udara.
Zaman sekarang mungkin ada gejala terjadinya “lack of communication”, entahlah apakah Anda merasa kemampuan komunikasi verbal semakin menurun? Saya hanya bisa menduga-duga bahwa sistem komunikasi kita sudah tergantikan oleh jari-jemari kita (Baca: Apakah Jempol Bisa?).
Apalagi kalau ada interaksi dengan pendengar, saya merasa bertemu dengan banyak orang di udara
Pernah melihat anak yang memilih sibuk dengan gadgetsnya daripada saling ngobrol dengan teman-temannya? Orang dewasa tampaknya juga demikian, lebih seru menatap layar touch screen ketimbang berbicara dengan teman yang sudah ada di depannya, cilakanya teman yang ada di depan juga melakukan hal yang sama. Sungguh paradoks zaman ini, bertemu tatap muka namun tidak saling menatap.
Manusia juga lebih sering mengudara, maksudnya bertemu di udara lewat WA, BBM, LINE dan sejenisnya, merasa bahwa media komunikasi itu sudah cukup untuk mengkomunikasikan segala sesuatu. Teknologi sungguh membantu, namun efek sampingnya adalah error dalam komunikasi juga sering terjadi. Perselisihan banyak lahir dari sini.
Saya rasa “kopi darat” sangatlah penting, kita bisa menangkap semua mimik, intonasi dari lawan bicara, ini yang tidak bisa digantikan oleh percakapan di “udara” itu. Ketika bertemu tatap muka, marilah kita singkirkan smartphone, dan hadir sepenuhnya untuk mereka yang sudah ada di hadapan kita, menikmati kebersamaan. Suatu hal yang ironis kalau bertemu untuk makan malam bersama namun setiap orang sibuk dengan gadgets-nya masing-masing.
Saya merasa ada sesuatu yang kurang karena kita sering bertemu di udara, serasa hampa. Walaupun banyak kerjaan bisa beres karena bantuan dari aplikasi dan media tersebut. Bertemulah di darat karena pertemuan ini mendatangkan satisfaction, menjalin hubungan erat antara sesama.
Artikel ini boleh dikutip sebagian atau seluruhnya dengan tetap mencantumkan nama penulis dan url, tidak dimodifikasi dan non komersial. Karya ini dilindungi oleh lisensi Creative Commons License, kecuali yang tidak disebutkan demikian.