Ada seorang anak kecil bertanya kepada Bhante Thich Nhat Hanh, yang akrab disapa Thay, “Thay, mengapa para monastik pria dan wanita tidak boleh saling jatuh cinta?”
Thay menjawab, “Saya rasa, mereka sedang jatuh cinta kok!”
“Jatuh cinta berarti senang kepada seseorang atau sesuatu, mereka senang dengan kehidupan monastik, senang dengan latihan, mereka juga senang dengan transformasi penderitaan menjadi kebahagiaan dan kebebasan sehingga mereka bisa membantu banyak orang.”
“Mereka mencintai Buddha, guru, dan mereka juga mencintai kakak dan adik dalam monastik, mereka belajar bagaimana untuk mencintai dengan sedemikian rupa sehingga cinta itu membawa kebahagiaan, bukan sebaliknya yakni penderitaan.”
“Saya rasa, kakak adik dalam monastik saling menyanyangi, namun mereka tidak menikah, karena sebagai monastik mereka hidup sedemikian rupa sehingga punya banyak waktu untuk belajar dan berlatih kemudian membantu melakukan tugas Dharma.”
“Apabila engkau menikah maka, Engkau memiliki tanggung jawab baru yaitu memberikan nafkah kepada keluarga, engkau tidak punya waktu terlalu banyak untuk melakukan tugas seperti para monastik.”
“Apakah engkau pernah jatuh cinta?”
Anak itu mengeleng-geleng kepala, sambil tersenyum malu.
Thay melanjutkan “Tanya lagi pertanyaan itu ketika engkau sudah dewasa, oke?”
“Apakah engkau mengerti istilah selibat?”
“Mereka yang menjadi anggota monastik, umumnya disebut sebagai biksu atau biksuni, mereka senang dengan latihan selibat, namun selibat tidak berarti engkau tidak boleh jatuh cinta, namun engkau belajar mencintai dengan sedemikian rupa caranya sehingga tidak mendatangkan penderitaan.
Artikel ini boleh dikutip sebagian atau seluruhnya dengan tetap mencantumkan nama penulis dan url, tidak dimodifikasi dan non komersial. Karya ini dilindungi oleh lisensi Creative Commons License, kecuali yang tidak disebutkan demikian.