Urusan benar atau salah itu kadang memang agak jelimet, bikin puyeng banyak orang. Kadang bisa bolak-balik, seperti hitam atau putih, bahkan bisa masuk ranah abu-abu alias galau tak menentu. Kadang mereka bisa juga tukar posisi, tak tahu jelas mana yang hitam dan mana yang putih. Jadi akhirnya terjadi chaos di sana-sini. Tak heran juga jika ada kawan tiba-tiba berubah menjadi lawan, ironis bukan?
Tomat Beracun
Saya ingat ada kisah lama tentang tomat di daratan Amerika. Ada beberapa orang yang memakan tomat lalu mengalami keracunan. Mulai saat itu tomat dianggap buah beracun. Sekian tahun tomat hanyalah tanaman hiasan, sementara banyak orang yang sakit karena kekurangan vitamin C.
Keracunan terjadi karena tomat terkontaminasi oleh wadahnya. Bertahun-tahun persepsi manusia terpatri pada bahwa tomat adalah buah beracun, sampai suatu ketika ada yang meneliti tentang kandungan vitamin dalam tomat, barulah manusia mulai mengonsumsi tomat lagi dan kesimpulan tentang tomat sebagai buah beracun juga berangsur-angsur hilang.
Seandainya saja tidak ada yang meneliti tentang tomat, maka akan masih banyak orang percaya bahwa tomat adalah buah beracun, mungkin saja hingga saat ini, tomat tetap menjadi tanaman hiasan. Sungguh sebuah ironi, buah yang memiliki kandungan vitamin C tinggi namun disia-siakan.
Prinsip Baru
Manusia juga mengalami hal serupa. Ada seorang teman baik yang menyampaikan informasi tentang orang lain. Anda langsung serta merta percaya bahwa itu adalah suatu kebenaran. Ini sangatlah berbahaya, ada baiknya menerapkan prinsip baru yaitu crosscheck, walaupun orang itu adalah orang yang paling Anda percayai sekalipun.
Tentu saja bukan berarti kita tidak mempercayai teman baik itu. Prinsip crosscheck sangatlah penting dan perlu, karena temanmu bisa saja mendapat informasi itu dari orang lain juga, bukan dari sumber pertama. Atau, bahkan ia salah persepsi ketika mendengar, sehingga menginterpretasikan sesuai dengan suasana hatinya.
Tak heran juga, ketika seseorang mendengar informasi dari orang lain, kemudian ingin membagikannya kepada orang lain juga. Tidak merasa cukup kepada satu atau dua orang, tapi ke seluruh penjuru dunia, bahkan memberikan pengumuman di media sosial. Jangan heran kalau pertengkaran akan semakin hebat. Ranah publik bukanlah tempat untuk menyebarkan informasi kejelekan orang lain, apalagi informasi yang belum Anda diketahui dengan pasti.
Dunia Anak
Dunia pemikiran anak batita dan orang dewasa sudah jelas sangat berbeda. Ada seorang teman saya mengisahkan cerita lucu tentang anaknya. Anak lelaki batita ini ternyata suka main air, jadi ketika mandi betah sekali, apalagi hobinya menepok-nepok air.
Ada suatu ketika ia membawa anaknya ke toilet untuk membantu si kecil untuk kencing, ternyata si kecil mencoba untuk menepok-nepok air kencingnya. Mamanya kontan langsung mencegahnya. Anak kecil batita tidak mepunyai konsep tentang air mandi dan air kencing. Dunia mereka melihat air untuk mandi dan air kencing itu sama saja, jadi tak heran air kencing juga mau ditepok-tepoknya, maklum suka main air.
Satu lagi kisah menarik. Ada seorang ibu sedang bermain bersama dua orang anaknya. Anak pertamanya putri sekitar umur 5 tahun, dan anak keduanya putra hampir 2 tahun. Mama dan putri main sembunyi-sembunyi di dalam selimut, dan anak putra mencoba untuk mencari mereka berdua. Terjadilah dialog ini:
Putri: “Mami jangan lama-lama ya, nanti gak bisa bernapas”.
Mami: “Emang kalau ga bernapas kenapa?”
Putri: “Sudah yah mami, aku sudah ngantuk” (berusaha menghindar dari pertanyaan)
Mami: “Jawab dulu kenapa?”
Putri: “Nanti kita gak bernapas bisa mati”
Mami: “Lalu?”
Putri: “Ya, Orang mati kan dikubur, aku ga suka, karena di kuburan ga ada mainan”.
Alam pikiran anak-anak merespon suatu pertanyaan memang menarik. Jika seorang dewasa menjawab pertanyaan seperti itu, bisa berbeda lagi. Apa pun jawaban Anda, tidak ada yang benar-benar salah atau benar-benar betul, namun itu mencerminkan kondisi batin Anda pada saat itu.
Dia yakin bahwa di kuburan tidak ada mainan, jadi membosankan. Ia sudah bisa merelasikan suatu kejadian dengan kejadian lain. Kesimpulan yang diberikan anak itu tidak pernah terpikirkan oleh saya. Jadi memang benar, anak-anak umur segitu memang isi pikirannya bermain dan mainan.
Air Laut Manis
Anak umur segitu percaya apa yang dia percayai. Nanti setelah dia semakin dewasa juga mengalami hal serupa. Anda percaya apa yang Anda lihat langsung, Anda percaya dengan apa yang didengar langsung. Padahal apa pun yang Anda lihat belum tentu adalah fakta sesungguhnya, karena ada fakta lain yang tidak tertampak. Anda perlu menyediakan waktu untuk selalu crosscheck.
Walaupun Anda mengklaim bahwa air laut itu manis, tentu saja boleh. Anda juga boleh memberikan pengumuman ke seantero dunia atas keyakinanmu itu. Menyebarkan kepada banyak orang dan mempropagandakan kepercayaanmu itu.
Klaim air laut itu manis ternyata tidak mengurangi keasinan air laut kok. Suatu hari nanti, klaim itu akan melemah, dan fakta-fakta lain akan mulai tersingkap. Manusia semakin hari semakin pintar, tapi masih banyak yang terkecoh oleh klaim tak berdasar, karena mereka malas crosscheck, bertanya balik, dan mencari tahu lebih dalam.
Artikel ini boleh dikutip sebagian atau seluruhnya dengan tetap mencantumkan nama penulis dan url, tidak dimodifikasi dan non komersial. Karya ini dilindungi oleh lisensi Creative Commons License, kecuali yang tidak disebutkan demikian.