India bisa dianggap negara unik apalagi kalau kita mengangkat pembicaraan tentang spiritualisme, negara yang juga disebut sebagai tanah para arya telah melahirkan banyak ahli filsafat dan tokoh spiritual ternama. Mereka yang menelaah dalam tentang sejarah akan menemukan sederet tokoh papan atas dari pemimpin spiritual spektakuler pada zaman India kuno, para tokoh yang memimpin Samkhya, Mahavira, Nirgrantha, Nigantha Nataputra, kemudian salah satu tokoh yang juga menjangkau seluruh pelosok India adalah Siddharta Gotama, seorang pangeran suku Sakya yang mengembara untuk menemukan makna hidup sejati.
Kepergian Siddharta merupakan bentuk respon terhadap apa yang terjadi pada zaman itu seperti diskriminasi kasta, terhanyut dalam kenikmatan foya-foya, perang, berebut jabatan, dengan demikian melahirkan berbagai kekhawatiran, putus asa, dan curiga, Siddharta merespon berbagai kejadian ini melalui latihan yang akhirnya menjadi tugas utama para pengikutnya yakni berlatih hidup sadar (eling).
Intisari Latihan
Siddharta berlatih hidup sadar sehingga mengapai keadaan sadar sepenuhnya setiap saat, dengan demikian beliau bisa merespon apa pun yang terjadi dalam pikiran dan perasaanya, beliau juga bisa merespon apa yang terjadi di dalam tubuhnya, kemudian beliau juga sanggup merespon apa yang sedang terjadi di lingkungannya.
Merespon dengan penuh kesadaran merupakan tugas penting bagi setiap orang, Siddharta berada dalam kondisi sadar agar bisa merespon tiga dimensi itu, dimensi pikiran beserta perasaan, dimensi badan jasmani, dan dimensi lingkungan dengan penuh kesadaran, beliau layak disebut Buddha karena Buddha lahir dari kesadaran penuh (skt. Smrti), kadang-kadang orang India menyebut beliau adalah manusia yang sudah bangun sepenuhnya, manusia yang sudah bangun tentu saja tidak lagi tertidur dalam pikiran masa lalu atau masa depan.
Sadar tentu saja sadar akan sesuatu objek, tentu saja bisa berupa sebuah kejadian, tempat, manusia, lingkungan dan sebagainya. Suatu hal yang mustahil apabila kita menyebutkan sadar namun tidak ada objeknya. Hal ini serupa dengan makan, seandainya engkau ingin makan, perlu ada sesuatu yang bisa di makan, tentu saja itu bisa berupa nasi goreng, sayur, kerupuk, cap cai, mie rebus, dan sebagainya.
Intisari latihan Buddhis terfokus pada bagaimana mengumpulkan kesadaran-kesadaran kecil menjadi kesadaran yang lebih besar lagi agar energi kebiasaan tidak bisa beraksi, kalimat petuah yang menyebutkan “sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit”, rasanya buddha memiliki bukit kesadaran sungguh besar! Memperbesar energi kesadaran merupakan tugas penting agar bisa berlayar dengan mudah dalam samudra penderitaan dan kebahagiaan.
Energi kebiasaan merupakan sebuah dorongan yang kuat, sulit dibendung, walaupun kita tahu marah itu merupakan sifat kurang baik, namun kita tetap marah, karena marah sudah menjadi kebiasaan kita, oleh karena itu kita perlu menghadirkan energi lain dengan cara latihan hidup sadar agar energi kesadaran menjadi semakin besar dan kuat, tidak memberikan kesempatan kepada energi kebisaan untuk merespon berbagai kejadian.
Napas
Latihan untuk memperkuat energi kesadaran tentu saja harus menjadi makanan sehari-hari, jangan biarkan mental kelaparan sementara obesitas badan jasmani sudah tidak bisa dibendung sama sekali. Memberi makan kepada mental sama pentingnya memberi makan kepada badan jasmani ini, kita memberi makanan sehat kepada mental melalui latihan konkret, dari sekian banyak latihan yang pernah diutarakan oleh Buddha, tampaknya latihan napas termasuk yang paling awal diajarkan ketika beliau mulai membabarkan dharma, hal ini bisa dilihat kembali ketika kita melirik Sutra tentang kesadaran penuh terhadap pernapasan atau disebut anapannasmrti sutra. Tampaknya memang napas sangat penting dalam tataran pemikiran india kuno, bahkan zaman modern sekarang ini juga menjadikan latihan napas sebagai energi utamanya.
Latihan napas diberikan juga karena simplisitasnya, dari sejak lahir manusia sudah bernapas, bahkan ketika sedang tidur juga manusia bernapas. Kita boleh saja tidak makan selama tiga hari, namun apabila tidak bernapas selama 3 menit saja, tampaknya sudah ada yang ngos-ngosan, kalau memang tidak percaya, silakan coba saja, kalau 3 menit tidak memberi efek berarti, coba saja 30 menit, barangkali engkau akan tahu betapa beruntungnya bisa terus bernapas keluar dan bernapas masuk, ketika saya ingat akan hal ini, seketika itu juga akan membuat saya sangat bahagia, minimal sekarang ini saya tidak pilek dan bisa bernapas keluar dan bernapas masuk cukup lancar.
Teringat kisah yang sering diceritakan oleh guru saya, Bhante Thich Nhat Hanh, beliau bilang, coba bayangkan orang yang sudah terbujur kaku alias mati, bahkan engkau bayar 500 juta untuk suruh dia bangun untuk bernapas, tentu saja suatu hal yang tidak mungkin lagi, jadi berbahagialah saat ini juga apabila menyadari napas keluar dan napas masuk masih memungkinkan.
Lagu
Di tempat saya berlatih, Plum Village, daerah selatan Perancis, kami bahkan menciptakan lagu yang judulnya “breathing in, breathing out”, lagu yang merupakan cerminan dari sutra anapannasmrti, bahkan banyak puisi guru saya yang akhirnya dijadikan lagu untuk dinyanyikan bersama.
Budaya India kuno juga sangat menyenangi nyanyian dan lagu, namun pada saat itu keterikatan terhadap lagu sangat besar apalagi kebanyakan lagu diciptakan lebih cenderung berkaitan dengan kisah-kisah romantis dan sebagian lagi berkaitan dengan dewa-dewi.
Transformasi terjadi ketika ajaran Buddha di bawa ke dunia barat oleh Bhante Thich Nhat Hanh, beliau dengan daya kreatifitasnya merubah lagu menjadi sebuah latihan yakni latihan hidup sadar, ternyata hal demikian membantu banyak orang.
Berbicara esensi latihan, tentu saja menyanyi dengan penuh kesadaran dengan lirik yang mencerminkan sutra, tentu saja memberikan nuansa berbeda, tak pelak lagi banyak orang yang merasa cocok dengan cara demikian, walaupun ada sebagian kecil yang merasa janggal karena diskriminasi pikiran yang muncul akibat berbagai faktor.
Lagu yang diciptakan oleh mereka yang berlatih kesadaran memberikan nuansa berbeda dari segi irama dan lirik, zaman sekarang juga banyak muncul lagu ‘buddhis’ yang melankolis-romantis dengan aroma pop, tentu saja kita perlu melirik lebih dalam atas lagu-lagu demikian, apakah membantu memperkuat energi kesadaran atau malahan sebaliknya membuat kita semakin terhanyut dalam buaian imaginasi? Kita perlu mencari tahu sebagai individu ataupun sebagai satu komunitas.
Aktivitas sehari-hari
Memperbanyak kuantitas latihan akan memberi pengaruh kepada kualitas, apalagi kita bisa menemukan cara kreatif untuk berlatih hidup sadar untuk memperkuat energi kesadaran agar bisa merespon 3 dimensi yakni dimensi pikiran, dimensi badan jasmani, dan dimensi lingkungan.
Latihan berkelanjutan yang memungkinkan adalah membaurkan latihan itu ke dalam aktivitas sehari-hari seperti makan, duduk, jalan, kerja dan sebagainya, para guru Zen menyebutnya “the practice of non practice”, menjadikan latihan bukanlah sebuah latihan formal, tetapi tetap mengandung unsur latihan, berlatih tanpa harus menyebutnya sebagai sebuah aktivitas berlatih.
Zaman modern ini banyak orang yang tidak berani melihat dirinya sendiri, mereka takut melihat wajahnya sendiri, wajah penuh frustasi, putus asa, dan stress, oleh karena itulah mereka melarikan diri melalui cara makan sebanyak-banyaknya, menonton, belanja, dan menjadi penguna narkoba, bahkan bunuh diri, ketika kita tidak punya cukup energi kesadaran, ketika kita tidak punya sahabat seperjalanan untuk membantu, tidak ada tempat dan sanggha untuk berlindung, maka generasi muda akan habis disapu oleh bencana zaman sekarang ini.
Sebagai monastik atau biksu, saya merasa punya banyak waktu luang untuk melakukannya, ketika jalan maka saya bisa berlatih meditasi jalan, saya bisa menikmati berjalan tenang dan lambat tanpa harus terburu-buru, saya fokuskan perhatian pada langkah kaki, inilah disebut latihan sadar terhadap langkah kaki. Saya tidak perlu pergi pusat latihan meditasi untuk berlatih meditasi jalan, engkau bisa melakukannya ketika suasana memungkinkan, tentu saja jangan coba-coba berlatih meditasi jalan di kota besar seperti Jakarta, karena engkau sedang mempertaruhkan nyawamu!
Meditasi duduk juga demikian, kita bisa duduk di dalam bus kota menuju kampus, tempat kerja, atau pulang ke rumah, atau kita bisa duduk dalam mobil sambil bernapas masuk dan bernapas keluar menikmati kemacetan di luar sana tanpa harus merasa kesal? Seharusnya dengan cara demikian akan membuat hidup lebih bermakna karena tidak ada rasa jengkel dan kesal yang hadir, berarti kita sedang terbebas dari jengkel dan kesal, dengan demikian saya boleh bilang bahwa napas membantu kita lepas bebas dari kejengkelan dan kekesalan, inilah yang disebut Buddha bahwa latihan membantu kita menjadi orang bebas yakni bebas dari emosi negatif, seperti orang yang terbebas dari penjara, dia sangat bahagia!
Makan juga bisa menjadi sebuah meditasi yang sangat bermanfaat, asal engkau mau cari tahu bagaimana membangkitkan energi sadar ketika sedang makan, tentu saja makan dengan ritme lebih lambat memberikan kesempatan untuk menyadarinya, tentu saja boleh makan berkesadaran dengan ritme lebih cepat, namun tentu saja cukup sulit, jadi nikmati saja makan dengan santai ketika waktu memungkinkan dan lakukanlah seperti engkau tidak sedang latihan sehingga tidak menimbulkan suasana kagok pada saat itu.
Komunitas
Masih banyak latihan bisa diterapkan asal kita mau mencobanya, contohnya di Perancis banyak gereja, setiap sekian jam lonceng di gereja akan berdentang, Bhante Thich Nhat Hanh meminta semua muridnya untuk berhenti berbicara, berhenti berjalan kemudian berlatih bernapas dengan penuh kesadaran.
Semangat serupa juga bisa diterapkan di Indonesia ketika kita mendengarkan Azan dari Masjid atau bahkan klakson mobil, apalagi latihan seperti ini bisa terapkan bersama-sama dalam satu kelompok latihan yang setuju melakukannya. Melakukannya sendiri tentu saja sangat menarik apalagi bisa melakukannya bersama-sama komunitas akan menjadi latihan yang asyik sekali.
Energi kebersamaan tentu saja akan memberikan efek sangat besar, ketika kita melakukannya sendiri, kadang kita akan patah semangat, ketika berlatih ramai-ramai, walaupun kadang ada rasa malas, tapi ketika melihat teman dalam komunitas latihan melakukan latihan, maka kita juga akan terinspirasi dan terdorong untuk melakukannya.
Latihan bersama-sama dalam komunitas tentu saja akan menuai banyak kesulitan juga selain banyak kemudahan, oleh karena itu perlu ada media dan latihan lain untuk membantu komunitas agar tetap bisa hidup bersama secara harmonis, beberapa latihan seperti ‘happiness meeting’ dan ‘beginning anew’ merupakan cara indah untuk menjaga keharmonisan antar anggota dalam komunitas, kita tahu bahwa ketika kaki kita sakit maka bisa memberi efek kepada pikiran, demikian pula sebaliknya, ketika ada satu sel dalam tubuh sakit maka akan memberi efek ke sel yang lain, masing-masing anggota adalah sel dalam badan jasmani.
Sebuah KMB (Keluarga Mahasiswa Buddhis) juga bisa menjadi sebuah komunitas untuk berlatih hidup sadar, KMB tidak hanya semata-mata untuk berkumpul bersama untuk menyelesaikan suatu tugas, jika antara anggota KMB tidak bisa menghadirkan latihan hidup sadar dan harmonisasi, maka tidak ada gunanya punya KMB, karena KMB hanya melahirkan manusia yang hatinya kerdil, egonya besar, dan menjadi mesin pencetak manusia sakit hati dalam organisasi sosial, barangkali ini menjadi hal yang perlu dipikirkan oleh semua KMB yang ada di Indonesia, bagaimana menghadirkan KMB dalam atmosfir bahagia, ceria, ringan, yang tentu saja dalam nuansa kekeluargaan bukan sistem partai!
Sejak 2600 tahun yang lalu, Buddha sudah memulai membangun komunitas harmonis atau yang disebut sebagai sanggha, setelah merealisasi pencerahan beliau teringat 5 orang sahabatnya yang dikemudian hari menjadi sanggha pertama, setelah sekian bulan anggota sanggha tumbuh sangat cepat, pada saat itu anggota sanggha sudah mencapai ribuan orang, tentu saja tidak hanya sanggha monastik yang bekembang cepat, namun sanggha awam seperti para raja dan pengusaha juga berkembang pesat, Ananthapindika merupakan salah satu sanggha awam yang cukup sukses membawa teman-teman pengusahanya bertemu dengan Buddha sehingga Buddha berkesempatan untuk memberikan ceramah dharma yang sesuai untuk mereka.
Engaged Buddhism
Latihan esensial hidup sadar menjadi hal yang berperan dalam mengupayakan transformasi internal yang nantinya akan membawa transformasi eksternal, latihan yang bisa disatupadukan dalam aktivitas sehari-hari, latihan yang berkelanjutan, dan latihan bersama-sama dalam komunitas yang harmonis, sehingga membantu kita untuk merespon apa yang sedang terjadi dalam pikiran, apakah engkau sedang sedih, apakah engkau sedang kesal, apakah engkau sedang kecewa dan sebagainya.
Latihan sadar hendaknya bisa merespon cuaca mental seperti ini dengan penuh metta dan karuna, inilah praktik nyata bagi pikiran dan perasaan, jangan membiarkan pikiran berubah menjadi medan perang antara baik dan buruk, namun sang energi sadar akan menjadi agen perdamaian non partisan dan non diskriminasi.
Energi sadar membantu menyadari kehadiran emosi dalam pikiran dan perasaan, analogi dalam kisah buddhis yang masih sangat jelas dan relevan adalah merubah panah racun menjadi hujan bunga, dalam kisah klasik Buddha juga digambarkan demikian, ketika para energi emosi ‘mara’ menembakkan panah api dan panah racun, ketika panah-panah itu hadir di depan Siddharta seketika itu juga semuanya menjadi hujan bunga warna-warni.
Energi sadar membantu menyadari kehadiran perih dan pedih dalam badan jasmani sehingga kita juga bisa merespon dengan metta dan karuna, inilah praktik nyata bagi badan jasmani, jangan membiarkan perih dan pedih badan jasmani menyebabkan tindakan kekerasan baru, ada orang yang menyiksa dirinya karena tidak sembuh dari penyakit kanker, hatinya penuh dengan penderitaan, tidak ada energi sadar yang hadir di sana, tidak ada teman di sana, dia tidak tahu bagaimana merespon sehingga satu-satunya cara adalah dia merespon secara otomatis lewat kekerasan, ini yang disebut ‘menambahkan penderitaan di atas penderitaan’, energi sadar seharusnya menjadi agen pembawa perdamaian, sadar akan penderitaan yang semakin berlipat ganda, maka seseorang hendaknya tidak melakukan hal-hal bodoh untuk melukai dirinya.
Energi sadar membantu menyadari kehadiran penderitaan bumi ini sehingga bisa merespon dengan metta karuna, inilah praktik nyata bagi lingkungan dan bumi, jangan biarkan pemanasan global, sampah plastik, ketidakadilan sosial, penindasan, dan sebagainya menjadi ancaman bagi kehidupan diri sendiri dan semua makhluk.
Bhante Thich Nhat Hanh mencetuskan istilah Engaged Buddhism sebagai upaya reformasi bahwa ajaran Buddha sudah kuno dan tidak bisa merespon kejadian internal dan eksternal, namun melalui latihan hidup sadar yang merupakan esensi ajaran Buddha, beliau merasa perlu mereformasi pendekatan ajaran Buddha namun tetap berpegang teguh pada latihan hidup sadar (smrti) agar memunculkan konsentrasi (samadhi) kemudian dengan kekuatan smrti dan samadhi untuk menembus banyak fenomena untuk melahirkan pengertian mendalam (prajna).
Engaged Buddhism menjadikan esensi latihan utama yakni latihan hidup sadar sebagai gerbang utama menuju pantai kedamaian, tentu saja melalui energi kesadaran untuk merespon pikiran, perasaan, dan badan jasmani individu, jadi Engaged Buddhism bukanlah pergi demo, berteriak atas ketidak-adilan sosial, bukanlah menulis surat kecaman atas ketimpangan, namun Engaged Buddhism mulai dari berlatih diri melalui hidup sadar melalui aktivitas sehari-hari, sehingga ketika pergi demo kita bisa merespon dengan metta karuna, ketika menulis surat protes maka kata-kata yang keluar adalah kata-kata penuh cinta kasih.
Tiada Awal Tiada Akhir
Engaged Buddhism hanyalah ajaran Buddha itu sendiri, esensi latihan hidup sadar membuka tabir kehidupan, janganlah terjebak pada istilah dan bentuk, seperti para sesepuh zen yang sering mengingatkan kita bahwa jari penunjuk bulan bukanlah bulan itu sendiri, karena kita bisa menuai salah persepsi bahwa jari telunjuk sebagai bulan, jari membantu kita menemukan bulan! Demikian juga bahwa dharma bukanlah kebenaran, namun dharma membantu kita menemukan kebenaran!
Setelah Engaged Buddhism, Bhante Thich Nhat Hanh melahirkan istilah baru yakni Applied Buddhism, bahkan sebuah institut telah berdiri sejak beberapa tahun lalu bernama European Institute of Applied Buddhism (EIAB). Ajaran Buddha yang bisa diaplikasikan untuk membebaskan kita dari penderitaan, ketika engkau mengaplikasikan latihan hidup sadar maka engkau bisa mengecap rasa yang sama antara Engaged Buddhism maupun Applied Buddhism yang hanya punya satu rasa yakni rasa pembebasan!
Artikel ini boleh dikutip sebagian atau seluruhnya dengan tetap mencantumkan nama penulis dan url, tidak dimodifikasi dan non komersial. Karya ini dilindungi oleh lisensi Creative Commons License, kecuali yang tidak disebutkan demikian.