Ayam atau telur duluan? Ini misteri sepanjang masa. Walaupun demikian, tampaknya tak banyak orang peduli lagi, karena sudah dianggap kurang relevan. Ada satu cara menjawabnya, periksa KBBI. Akhirnya misteri itu terjawab, ayam duluan. Barangkali karena ayam sudah bisa berlari, sedangkan telur belum.
Kalau Anda kekeuh mau menjawab telur duluan, boleh kok. Perlu Anda ketahui bahwa jawaban saya mengandung kebenaran, tapi bukan kebenaran sepenuhnya. Lagipula bukan tujuan saya mau mencari siapa yang paling benar, atau apa yang paling benar.
Saya tertarik untuk mengerti cara berpikir orang lain. Ini melampaui “siapa” dan “apa” yang benar. Ada urusan tertentu kita tidak butuh pemenang, namun kita bisa mencapai kesepakatan bersama, sehingga siapa pun yang menang sudah bukan masalah lagi.
Stabilisasi Napas
Praktik mewawas napas membuat saya semakin mengerti sifatnya: keluar masuk, panjang pendek, kasar halus, pelan dan cepat. Fenomena napas itu membantu saya melihat dengan jernih apa yang terjadi di momen ini. Demikian juga dengan relasi unik antara napas dan emosi.
Pasang surut emosi berkaitan dengan berbagai jenis napas. Ada emosi konstruktif, ada juga emosi destruktif. Emosi destruktif contohnya marah, napas menjadi pendek dan cepat, dada merasa agak sesak. Emosi konstruktif gembira juga merubah ritme napas seseorang.
Otak memaksa jantung bekerja lebih cepat demi memenuhi suplai oksigen. Cemas juga demikian, ternyata mekanisme kerjanya mirip. Jantung berdetak cepat untuk memompa darah, bahkan kadang keringat di tangan.
Meditasi bisa membangun kekuatan agar seseorang mampu kembali mewawas napas dalam pasang surut emosi. Jika pasang maka bisa tetap stabil, ketika surut juga bisa stabil. Napas bisa menjadi faktor stabilisasi emosi. Semakin sering seseorang mewawas napas maka emosinya juga semakin stabil.
Misteri Napas
Sejak lama saya mencari tahu. Namun belum menemukan. Misteri napas masuk dan keluar. Momen pertama manusia dilahirkan, apakah dia bernapas masuk atau keluar duluan? Pilihannya hanya ada dua, Anda memilih yang mana? Atau Anda tidak bisa memilih sama sekali? Atau karena itu mekanisme natural?
Dari retret ke retret, saya mengajarkan teknik mewawas napas (mindful breathing). Hinggat saat ini belum ada yang bisa menjawab misteri napas pertama saat lahir. Saya sengaja melemparkan pertanyaan itu kepada peserta, kadang sekadar membangkitkan rasa ingin tahu mereka.
Saya belajar teknik menghitung napas. Hitung pada setiap napas keluar. Napas masuk tidak dihitung. Hitungan sampai delapan lalu kembali ke satu lagi. Jika Anda lupa hitungan atau salah hitung, maka kembali ke hitungan satu lagi.
Ada sebuah sumber (sudah tidak ingat di mana) menyebutkan momen pertama lahir, bayi harus berupaya mendorong napasnya keluar agar cairan di saluran hidung bisa keluar. Dokter atau bidan kadang membantu dengan mengusap punggung sang bayi.
Merasa Lega
Istilah mandarin untuk bernapas adalah 呼吸 (Pinyin: Hūxī). Karakter pertama 呼 yang berarti mengembuskan. Karakter kedua 吸 berarti menghirup. Kok mengembuskan duluan yah? Tulisan mandarin (Hanzi) menggunakan prinsip piktografik (huruf gambar) yang karakternya memiliki makna filosofis.
Jika 呼吸 disusun sedemikian rupa, tampaknya ada dugaan kuat bahwa napas keluar bisa menjadi jawabannya. Sistem 氣功 (Qìgōng) atau meditasi 氣 (Qì) kesehatan juga mengumpulkan napas keluar ke bagian 丹田 (Pinyin: Dāntián), posisinya sedikit di bawah pusar.
Ketika retret keluarga di Berastagi, saya kembali melontarkan pertanyaan, “Saat lahir, Anda napas masuk atau napas keluar duluan?” Ada satu anak remaja menyeletuk “Napas keluar duluan”. Saya tanya mengapa? Dia bilang “Karena lega!” Pencerahan baru bagi saya!
Pembimbing retret harus siap dibimbing oleh peserta juga. Saya bersama beberapa monastik Plum Village Thailand bertugas membimbing retret keluarga di Berastagi, namun kami juga mendapat bimbingan dari peserta. Kami saling membimbing.
Belum Berakhir
Sudah sekian lama mencari, pencarian saya belum juga berakhir. Sudah sekian lama mempraktikkan mewawas napas, praktik itu belum juga usai. Kalau usai napas berarti almarhum!
Saya jarang pasang target dalam praktik meditasi. Kalaupun ada target, saya tidak terobsesi, bukan berarti saya tidak berkomitmen loh. Semangatnya adalah berusaha sebaik-baiknya, jangan smapai target itu justru menjadi batu sandung.
Janganlah membatasi Anda dengan target-target tidak realistis. Hati-hati, target seperti itu kadang seperti serigala berbulu domba. Ada orang yang bolak-balik bertanya tentang nimitta. Saya hanya jawab singkat. Tidak tahu!
Ada satu kisah menarik di zaman Buddha. Seorang biksu yang memorinya sangat lemah. Dia bahkan diusir dari komunitas sangha monastik. Buddha menemukannya dan mengajarkan meditasi menyapu.
Akhirnya dia merealisasi Arahat terlebih dahulu tanpa ada pengetahuan apa pun tentang Jhana. Konon kakak kandungnya yang juga murid Buddha, sangat jenius itu malahan butuh waktu lama untuk mencapai Arahat, padahal dia menguasai banyak teori dengan baik.
Memang masing-masing orang memiliki kapasitas berbeda-beda dan modal dari kehidupan sebelumnya. Semoga meditasi membantu Anda pelan-pelan melihat dengan jernih kapasitas dirimu. Bagi saya, kewawasan pernapasan tetap sebagai pintu Dharma utama meditasi.
Artikel ini boleh dikutip sebagian atau seluruhnya dengan tetap mencantumkan nama penulis dan url, tidak dimodifikasi dan non komersial. Karya ini dilindungi oleh lisensi Creative Commons License, kecuali yang tidak disebutkan demikian.