Proses pikiran manusia itu unik. Sesuatu yang menarik untuk diamati. Saya banyak meluangkan waktu untuk mengamati proses pikiran agar mengerti sistem kerjanya. Ada proses yang sering diulang-ulang terus, terutama sesuatu yang kurang bermanfaat bahkan yang negatif sekalipun. Saya menemukan ada beberapa polanya. Entah sejak kapan sudah demikian.
Tiba-tiba saya tersentak, kok saya punya pola pikiran negatif demikian? Setiap sesi meditasi duduk, saya bisa melihat dengan jelas. Awalnya, saya lelah karena mengekorin pikiran yang hobinya jalan-jalan terus. Serasa ada program tur ke masa lalu. Anehnya lagi, lebih sering tur ke masa lalu yang sedih, seperti ada suatu kekuatan besar menyedot saya ke sana.
Korban Masa Lalu
Sejak menekuni meditasi, saya mulai akrab dengan napas. Semua praktisi Zen Plum Village menjadikan napas sebagai objek sentral. Napas sebagai jangkar, napas sebagai kekuatan baru. Kami membangun sebuah kekuatan baru yaitu “Kekuatan kembali ke napas”.
Kenapa kembali ke napas? Karena napas itu selalu berada di masa kini (present moment). Inilah momen ketika saya ditarik balik. Setiap kali pikiran berkunjung ke masa lalu, terutama memori yang tidak nyaman, sedih, kelam, saya selalu menjadi korban masa lalu.
Saya heran, mengapa saya terus mengizinkan masa lalu melukai saya berulang kali? Ada suatu kekuatan besar yang menarik saya ke masa lalu. Pada saat bersamaan saya tidak punya kekuatan yang mengantarkan saya balik ke masa kini. Sekarang saya sudah menemukan, napas adalah penyelamat saya. Saya tidak lagi menjadi korban masa lalu.
Kita Bersatu
Saya kadang berpikir apakah pikiran bisa berfungsi sebagaimana mestinya jika tanpa badan? Ini pertanyaan filosofis. Saya malah menemukan bagaimana koneksi pikiran dan badan, koneksi pikiran dan perasaan. Barangkali perlu waktu lebih banyak untuk mengamatinya lagi.
Jaringan koneksi pikiran ternyata begitu luas, barangkali bisa seluas angkasa. Praktik meditasi selalu mulai dari menyadari badan jasmani. Sekian lama memperhatikan badan jasmani, saya melihat ada koneksi badan ini dengan orang tua.
Suatu masa kita semua pernah berada dalam kandungan. Tidak tanggung-tanggung, waktunya lama, sekitar 8 atau 9 bulan lebih kurang. Suatu masa yang unik, karena kita seolah-olah tertidur, seolah-olah terjaga, saat bersamaan hidup. Kita juga merasa aman dalam proteksi ibu.
Saat itu kita bersatu dengan ibu. Saya yakin semua orang memiliki pengalaman itu. Namun tidak banyak yang bisa ingat. Ada sebuah “tali” yang menyambungkan kita dengan mama, secara pikiran dan perasaan. Kadang mama ingin makan lontong, kadang anak ingin makan gado-gado. Kadang setelah makan lontong lanjut makan gado-gado.
Berbadan Dua
Bahasa Indonesia memiliki kiasan yang tepat, berbadan dua! Semua ibu yang pernah melahirkan pasti tahu apa rasanya. Kalau berbicara “menginap” di kandungan ibu, maka semua orang pernah merasakannya.
Tak heran, banyak orang merasa ada koneksi erat dengan ibu. Bahkan ada lagu khusus dibuat untuk para ibu, “Kasih Ibu”, bukan berarti diskriminasi terhadap ayah loh. Lagipula, maaf, ayah tidak pernah merasakan berbadan dua (hamil).
Walaupun kita pernah bersatu dengan ibu sekian lama akhirnya kita harus berpisah. Karena kita pernah bersatu maka nanti juga akan berpisah, bukan berdua, kecuali lahir kembar atau lebih. Sejak itulah anak berpisah dengan orang tuanya, ibu kembali berbadan satu.
Ibu dan anak sudah berpisah, ini berpisah secara fisik. Namun saya tidak tahu apakah pikiran dan perasaan benar-benar sudah berpisah? Dulu mereka dihubungkan oleh plasenta. Saat ini plasenta sudah dipotong, namun masih ada “plasenta” maya yang tidak akan pernah bisa dipotong.
Ada suatu ketika. Seorang teman bertengkar dengan mamanya, dia merasa kesal bahkan muak. Rasanya ingin menjauhkan diri dari mamanya, bila perlu putus hubungan sekaligus. Dia merasa ibunya sangat melekat dan mendikte hidupnya. Saya hanya jawab singkat, “Boleh, silakan memutuskan hubungan dengan mama, tapi di dunia ini tidak pernah ada mantan mama.”
Setiap kali bertengkar dengan mama, ingatlah bahwa mama pernah bersamamu berbulan-bulan. Kembalilah ke dalam dirimu untuk menemukan mama. Karena mama banyak meninggalkan jejak dalam pikiranmu, di dalam hatimu. Jangan biarkan hanya satu kejadian buruk lalu kamu membungkus mama dengan sifat jelek itu. Masih ada banyak sifat baik mama, kamu kemanakan semua itu?
Hari Berkelanjutan
Akhirnya, saya harus bilang bahwa kita semua pernah ditemani mama dalam kandungannya. Sebelum kita dilahirkan, disitulah mama mempersiapkan kita lewat nutrisi, kemudian saling bertukar pikiran dan bertukar perasaan.
Buddhis percaya ketika kamu dilahirkan, itu adalah kelahiran kembali. Jadi Anda boleh mengucapkan “Selamat hari kelahiran kembali” sebagai alternatif “Selamat ulang tahun”. Terasa aneh memang karena saya belum pernah mendengar ucapan demikian, ini pertama kali saya menuliskannya di sini.
Di Plum Village kita menggucapkan “Selamat hari berkelanjutan”, karena kelahiran kembali adalah kelanjutan dari kehidupanmu sebelumnya. Hari lahir dan hari kelahiran kembali, mereka seolah-olah berbeda tapi sesungguhnya adalah realita yang sama. Jadi Anda juga boleh mengucapkan “Selamat Hari Berkelanjutan”.
Artikel ini boleh dikutip sebagian atau seluruhnya dengan tetap mencantumkan nama penulis dan url, tidak dimodifikasi dan non komersial. Karya ini dilindungi oleh lisensi Creative Commons License, kecuali yang tidak disebutkan demikian.