Postur Meditasi Vairocana

Ada tujuh postur meditasi yang disebut postur meditasi Buddha Vairocana (Tib. rnam par snang mdzad), yaitu posisi teratai (lotus) penuh (Tib. rdo rje skyil krung), atau setengah teratai. Untuk memulai dengan posisi ini memang sulit, namun pelan-pelan kita akan terbiasa dengan posisi seperti itu, dan tubuh kita juga menjadi semakin lentur, dan memberi efek lentur kepada pikiran juga.

Posisi itu sangat ideal, ketika seseorang sudah mulai terbiasa dengan postur itu dalam kurun waktu lama, maka ini akan memberi dukungan kepada pikiran. Duduk dalam postur teratai penuh maupun setengah teratai memberikan posisi duduk stabil, postur ini juga yang praktikkan oleh para Arahat dan Buddha, merupakan posisi yang sempurna.

Jadi itu postur pertama, yaitu duduk dalam postur teratai penuh atau setengah teratai, dalam tradisi tibetan disebut sebagai postur vajra, kemudian postur kedua meletakkan tangan kanan di atas telapak tangan kiri, mempertemukan dua ibu jari membentuk segitiga dan diletakkan tepat di pusar. Jadi segitiga itu berada di chakra pusar untuk mengumpulkan semua energi dari saluran pinggir kiri dan kanan, juga semua saluran dari badan jasmani, mengumpulkan semua energi ke bagian sentral itu.

Aktivitas mental seperti seorang joki, dan energi bagaikan kuda, semua pikiran kita dibawa oleh saluran pinggir, apabila mengumpulkan energi dari pinggir menuju sentral, maka batin kita bisa menjadi stabil, sehingga energi itu bisa ditransformasi menjadi energi panas yang bisa menjadi kebahagiaan.

Ketika kita menanamkan benih, kita belum bisa melihat secara langsung hasil tumbuhannya apalagi panennya, namun ketika kita menanamkan benih, kita sudah bisa memikirkan tentang panen yang akan datang.

Postur ketiga adalah mempertahankan tulang belakang tetap tegak, bayangkan koin yang ditumpukkan, postur keempat adalah posisi mulut dan lidah, mulut jangan terbuka lebar atau tertutup rapat, jadi mulut tertutup rilek dan ujung lidah menyentuh langit-langit tepat pada bagian belakang barisan gigi depan (gigi seri) dengan demikian bisa mencegah kehausan, jadi kalau meditasi dalam kurun waktu lama maka perlu menjaga agar jangan kehausan.

Jika seseorang bisa bertahan dalam meditasi konsentrasi dalam kurun waktu lama, namun mulut terbuka lebar, bisa saja ada binatang yang terbang dan masuk ke dalam mulut, atau juga cepat merasa haus. Postur kelima adalah kepala sedikit menunduk dan dagu sedikit masuk ke dalam, namun posisi kepala tetap tegak.

Postur keenam adalah tentang mata, jangan terbuka lebar atau tertutup rapat, menurut vinaya, mata sebaiknya jangan dibiarkan melihat ke semua tempat dengan sekehendak hati, oleh karena itu mata tidak tertutup rapat untuk menghindari ngantuk, dan juga tidak terbuka lebar untuk menghindari melihat lingkungan sekitar sehingga memunculkan gangguan eksternal. walaupun pada awalnya cukup sulit meletakkan mata rilek dengan membiarkan terbuka sedikit, namun perlu waktu untuk membiasakan diri.

Pada permulaan meditasi, banyak orang merasa lebih gampang tutup mata sepenuhnya, namun mata tertutup sepenuhnya mendukung kemalasan dan kekaburan mental. Apabila seseorang sudah sanggup konsentrasi pada objek mental, maka membuka mata sudah tidak menjadi penghalang eksternal.

Postur ketujuh adalah lengan terbuka dan sedikit menjauh dari badan sehingga memberikan rongga kepada udara untuk mengalir bebas, jadi seperti ventilasi udara untuk mencegah rasa kantuk dan malas. Jadi tujuh posisi ini disebutkan sebagai posisi atau postur duduk Buddha Vairocana.

Lima Keluarga Buddha
Jadi, kita memiliki lima skandha (Tib. phung po lnga), fisik, perasaan, kemampuan membeda-bedakan, faktor komposisi, dan enam jenis kesadaran. Ketika semua ini sudah dipurifikasi, maka kita menjadi Buddha Vairocana, kita menjadi wujud nyata dari Lima Keluarga Buddha, karena setiap satu keluarga Buddha itu mewakili dari purifikasi dari setiap skandha kita.

Kita semua memiliki sifat Buddha, kita memiliki potensi dan landasan untuk merealisasi Buddha, demikian juga kita memiliki potensi dan landasan untuk mempurifikasikan diri dan merealisasi Lima Keluarga Buddha.

Lihatlah ke dalam batinmu
Kita memiliki elemen tanah yaitu segala sesuatu yang solid, elemen panas, air, udara, ketika elemen-elemen sudah dipurifikasi, apa yang akan terjadi? Ini yang perlu kita investigasi.

Kita orang berpendidikan, kita memiliki kemampuan untuk mencari tahu, inilah tugas kita untuk mencari tahu. Ketika postur meditasi kita tepat, energi mengalir dengan lancar, membantu meletakkan batin kita dalam kondisi damai, stabil, dan jernih; oleh karena itu, penting untuk memperhatikan postur meditasi.

Tentu saja duduk dalam postur yang tepat saja tidak cukup, selanjutnya kita perlu melihat ke dalam batin kita, dan tanyakan pada dirimu sendiri, Apa yang sedang aku lakukan di sini? Apa yang aku lakukan saat ini? Mengapa saya duduk di sini? Mengapa saya meditasi? Kita perlu melihat dan memeriksa apa yang sedang terjadi dalam batin kita, motivasi kita apa, dengan modal inilah kita melakukan meditasi. Jadi kita perlu melihat lebih dekat koneksi antara badan jasmani dengan batin.

Creative Commons LicenseArtikel ini boleh dikutip sebagian atau seluruhnya dengan tetap mencantumkan nama penulis dan url, tidak dimodifikasi dan non komersial. Karya ini dilindungi oleh lisensi Creative Commons License, kecuali yang tidak disebutkan demikian.

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.