Pagi itu, saya terbangun, membuka mata, melihat langit-langit. Oh saya masih hidup, saya masih bisa melihat, dan saya masih bisa bernapas. Senyum kecil juga terbit seketika itu. Adegan itu seperti sebuah film yang sudah berputar ratusan kali, bahkan ribuan kali? Saya sering membacakan syair ini dalam hati setiap pagi
Bangun di pagi hari, aku tersenyum
24 jam sudah tersedia untukku
aku bertekad hidup berkesadaran
dalam setiap momen
dan menatap semua makhluk
dengan mata welas asih
Bersyukur hari ini saya masih hidup, saya ingin menghaturkan terima kasih kepada hari kemarin, kepada hari ini, dan hari esok. Banyak orang hidup, tapi sering lupa bahwa dirinya masih hidup dan sehat.
Dari waktu ke waktu, monastik perlu menghadiri seremoni. Hari itu ada pembacaan doa pertobatan, hanya dihadiri oleh beberapa monastik, tidak ada umat yang hadir secara fisik, juga tidak ada yang hadir secara daring. Memang itu acara luring.
Ada bagian doa pertobatan itu berbunyi demikian
“Semua perbuatan buruk yang telah kulakukan pada masa lalu.
Terdorong oleh ketidaktahuan, kebencian, dan ketamakan.
Perbuatan yang dilakukan melalui pikiran, ucapan, dan tubuh.
Aku menyesali semua itu dan menyatakan pertobatan pada hari ini”.
Dalam pikiran saya membalas, “lakukanlah sebaik-baiknya pertobatan ini. Aku tahu dalam perjalanan ada begitu banyak pelanggaran, namun pintu pertobatan selalu terbuka untuk memulai lembaran baru.”
Dialog pikiran itu membuat saya menjadi lebih bersemangat untuk terus berusaha. Entah darimana dialog itu muncul, seolah-olah saya berdialog dengan diri sendiri. Minimal saya tahu dan sadar bahwa itu adalah dialog berkesadaran yang positif, ternyata ada manfaat dari berdialog dengan diri sendiri.
Tiba-tiba saya menyadari, sesungguhnya ada benih kearifan dalam hati setiap manusia. Begitu juga, barangkali saya sedang berdialog dengan benih kearifan saya sendiri. Ternyata benih itu bisa merespon, seolah-olah itu adalah cahaya penuntun dari dalam hati.
Saya ingat bahwa setiap manusia punya benih Buddha, barangkali itulah benih Buddha yang sedang memancarkan cahaya, memberikan petunjuk untuk terus melanjutkan transformasi diri. Sungguh suatu dialog yang menyejukkan hati.
Apakah Anda punya waktu untuk berdialog dengan diri? Apakah Anda punya waktu berdialog dengan benih kearifan dalam dirimu? Apakah Anda punya waktu untuk berdialog dengan Buddha dalam dirimu?
Semoga Buddha di dalam dirimu selalu memberi tuntunan, barangkali ini yang disebut berlindungan kepada Buddha dalam diriku. Buddha ada di luar sana, lalu Buddha juga ada di dalam sini.
Artikel ini boleh dikutip sebagian atau seluruhnya dengan tetap mencantumkan nama penulis dan url, tidak dimodifikasi dan non komersial. Karya ini dilindungi oleh lisensi Creative Commons License, kecuali yang tidak disebutkan demikian.