Kelahiran sebagai manusia bisa diperoleh dengan melakukan kebajikan dan perbuatan baik sesuai dengan sila dan karma beserta efeknya, jika kita melakukan kebajikan dengan pandangan sempit dan dengan hati ingin sekali mendapatkan hasil yang baik, maka buah kebajikan itu akan habis bahkan akan cepat aus, mengapa? Karena sifat alami dari sebuah tindakan memang begitu, oleh karena itu jangan melekat pada kebahagiaan yang sangat terbatas dalam samsara.
Jika anda mengharapkan kelahiran akan datang sebagai manusia demi mencapai pembebasan dan pencerahan, maka semua kehidupanmu akan banyak berubah, karena orientasimu adalah orientasi terbaik, niat terbaik, motivasi terbaik.
Aryadeva bilang, kita adalah anak-anak yang naif, cara kita memahami sesuatu sangat bias, jika kita bisa melihat apa yang dilihat oleh para bodhisatwa sejati, maka kita akan langsung pingsan dan patah hati, kita tidak pernah merasakan betapa mengerikan samsara ini karena kita tidak melihat penderitaan di dalamnya, memang cukup ‘berat’ bagi kita untuk melihat dengan kaca mata demikian.
Bagi mereka yang beraspirasi untuk mencapai pembebasan, maka semua objek sensual adalah penghalang yang memunculkan banyak masalah, mengapa? Karena kita cenderung untuk menikmati perasaan enak, kemudian kemelekatan muncul, dan dari kemelekatan inilah munculnya semua perasaan enak, maka disitulah letaknya masalah ketika kita merespon atau menanggapi semua perasaan enak itu. Semua perasaan enak yang muncul tidak stabil, bahkan objek yang muncul dalam batin kita juga demikian, bau harum, tampang elok, keangkuhan juga demikian.
Cara buddhis bukanlah dengan menghalangi diri untuk menikmatinya, tapi respon dan tanggapan kita ketika menikmati perasaan enak itu, jika kita bisa mengendalikan respon dan tanggapan kita terhadap semua jenis perasaan enak maupun tidak enak, maka tidak ada masalah yang muncul, maka tidak ada masalah apapun ketika menikmati perasaan-perasaan itu, karena kita berada dalam keadaan terkendalikan, sesungguhnya respon dan tanggapan yang memunculkan nafsu dan kemelekatan.
Kita perlu jujur dalam hal ini, kita tidak perlu mengikuti orang lain untuk menikmati kesenangan-kesenangan tertentu, ketika sedang menikmati kesenangan-kesenangan, jangan merespon, karena ketika kita memberikan respon dengan bilang, wah betapa enaknya, sungguh mengasyikkan, ini sungguh luar biasa enaknya, maka nafsu dan kemelekatan menyambar kita saat itu juga.
Masih ingin menikmati berbagai kesenangan duniawi? Aryadeva kembali mengusik kita, ia bilang, “Jika engkau tak mampu berhenti memberikan respon atas kenikmatan-kenikmatan itu, lebih baik berhenti menikmatinya!” Jangan terjebak dalam kenikmatan-kenikmatan itu, lebih baik engkau fokuskan pada kehidupanmu.
Bagaimana memfokuskan diri pada kehidupan? Apabila kita berlatih dana paramita demi untuk mendapatkan ucapan terima kasih, demi kepentingan diri sendiri, maka engkau tak bedanya dengan seorang yang melakukan transaksi bisnis, idealnya lakukanlah dana paramita tanpa ada embel-embel apapun, lakukanlah semurni-murninya yang engkau bisa, hanya dengan berlandaskan niat untuk membantu demi kebahagiaan orang lain. Aryadeva bilang, semua kebajikan yang dilakukan dengan alasan apapun dengan dalil untuk diri sendiri, semoga bisa membuahkan karma baik di masa akan datang, itu sama saja anda membela kelemahan diri anda sendiri, merusak kebajikan diri sendiri, karena melakukan perbuatan kebajikan dengan berharap-harap penuh cemas akan ada hasil baik adalah tidak tepat.
Semua tindakan yang dilakukan demi memperoleh otoritas (hak untuk bertindak), kekuasaan, nama baik, kehormatan dan sebagainya, semua itu tidak layak engkau kejar. Kita tak perlu berharap-harap perbuatan baik akan mendatangkan apapun, tapi tenanglah, karena semua akan datang secara alami dan spontan ketika anda telah melakukan kebajikan dengan semurni-murninya, bahkan tanpa perlu mengharapkan apa pun, semua kebaikan akan datang padamu.
Banyak orang yang ingin memperoleh otoritas dan kekuasaan, tapi dua hal itu sungguh tidak bermanfaat, para praktisi yang telah terlatih mentalnya—melihat otoritas dan kekuasan sebagai sesuatu yang tidak stabil, tidak ada gunanya menggapai otoritas dan kekuasaan yang bersifat sementara itu, oleh karena itu mereka berjuang gigih untuk menggapai kekuatan spiritual dan pengendalian mental.
Jika engkau berbuat segala jenis kebajikan hanya untuk memperoleh otoritas agar bisa menitah orang lain, maka engkau sungguh dunggu! Otoritasmu akan menimbulkan korupsi, menciptakan semakin banyak masalah, kondisi berbahaya, tentu saja otoritas dan kekuasaan layak diperoleh apabila digunakan dengan cara baik dan konstruktif, demi kebaikan rakyat dan banyak makhluk, demi melakukan berbagai kebajikan, tapi seberapa banyak orang yang bisa demikian? Seberapa banyak yang bisa engkau lihat di dunia ini? Semua orang sangat cenderung untuk menyalah-gunakan otoritas dan kekuasaan.
Mereka yang memiliki otoritas dan kekuasaan berkesempatan untuk melakukan berbagai perbuatan kebajikan begitu juga sebaliknya, sangat sedikit orang yang berada pada posisi itu, orang yang memiliki otoritas dan kekuasaan bisa melakukan banyak hal-hal baik.
Artikel ini boleh dikutip sebagian atau seluruhnya dengan tetap mencantumkan nama penulis dan url, tidak dimodifikasi dan non komersial. Karya ini dilindungi oleh lisensi Creative Commons License, kecuali yang tidak disebutkan demikian.