Transformasi
Tujuan utama belajar Buddhadharma adalah untuk merubah aktivitas fisik, ucapan, dan pikiran menjadi positif, kemudian berusaha mengurangi perbuatan negatif, dan juga memperbesar kapasitas kita, intinya terletak pada transformasi sudut pandang menjadi positif. Banyak cara untuk melakukan transformasi, bagi saya, ajaran Buddha sangat membantu dalam hal ini.
Chandrakirti (Tib. zla ba grags pa) dalam Madhyamaka-avatara (Tib. dbu-ma la ‘jug pa) menyatakan bahwa pikiran merupakan faktor maha penting dalam mempraktikkan ajaran Buddha, transformasi cara pandang mulai dari pikiran, kemudian transformasi ini akan memberi pengaruh kepada ucapan dan badan jasmani.
Diantara tiga pintu, badan jasmani, ucapan, dan pikiran, faktor pengaruh sangat penting adalah mengetahui apa yang sedang terjadi dalam pikiran kita. Walaupun seberapa gigihnya kita berlatih dan apabila latihan ini tidak menjadi bagian dari sistem cara pandang atau cara berpikir kita maka, latihan itu hanya sekedar akting eksternal semata.
Apabila kita berhasil mentransformasi cara pandang kita, maka hasil ini akan memberikan efek kepada aktivitas lain, tindakan secara fisik maupun ucapan, dengan demikian kebahagiaan pun akan hadir, karena pikiran kita semakin terkendali dengan baik, semakin damai, inilah cikal bakal kebahagiaan, demikian pula kebahagiaan ini bisa memberi efek baik kepada orang yang berada di sekitar kita.
Sekarang, bagaimana seseorang mentransformasi cara pandangnya? Pertama adalah melalui pemahaman, cara pandang yang bagaimana, cara pandang apa saja yang bermanfaat dan mendukung, demikian juga sebaliknya; kemudian memahami tindakan-tindakan seperti apa saja yang dikategorikan positif atau negatif, ingat baik-baik dalam hatimu, inilah pentingnya memiliki kewaspadaan aktif, jadi kita berupaya untuk tetap memiliki kewaspadaan aktif untuk terus mengingatkan diri akan hal-hal yang positif.
Ornamen Perwujudan Realisasi (Tib. mngon par rtogs pa’i rgyan, Skt. Abhisamaya-lamkara), Maitreya menyebutkan tugas pertama adalah meredakan penderitaan, pastikan dulu bahwa kita tidak sedang mengalami penderitaan. Pertama-tama kita perlu melindungi diri dari penderitaan, kedua adalah tekad terbebas dari siklus kelahiran, yakni keluar dari siklus kelahiran (Tib. ‘Khor-ba, Skt. Saṃsāra), yang ketiga adalah berupaya untuk merampungkan tujuan tertinggi diri sendiri juga tujuan tertinggi makhluk lain, yaitu merampungkan seluruh potensi tertinggi kita, sehingga kita bisa memberi manfaat paling besar kepada semua makhluk, inilah tujuan yang perlu kita ciptakan ketika melakukan praktik spiritual.
Kesempatan Berharga
Hal yang perlu kita lakukan untuk memulai adalah dengan mengatasi semua keterikatan kita terhadap kenikmatan dalam kehidupan ini. Kita perlu ingat baik-baik bahwa kita punya modal sangat baik, yaitu kehidupan sebagai manusia, kondisi yang mana kita terbebas dari berbagai kondisi yang menyulitkan, pada saat bersamaan kita juga menikmati berbagai kondisi-kondisi baik.
Secara internal sudah sangat baik, kemudian secara eksternal juga sangat baik, kita memiliki kesempatan untuk kontak dengan guru spiritual yang berkualitas, guru spiritual tersebut juga telah memberikan penjelasan dharma secara detail kepada kita. Kita memahami apa yang perlu kita lakukan dan mengerti ajaran spiritual yang sesungguhnya seperti apa.
Kita tidak berasa dalam kondisi yang mana tidak bisa berlatih dharma, kita memiliki banyak kebebasan dan dukungan, jadi sesungguhnya kita memiliki kondisi yang sangat kondusif untuk berlatih, ini yang perlu kita renungkan, bahkan hanya merenungkan sebentar saja, maka ini menjadi begitu jelas bagi kita, inilah kenyataan yang ada, namun kondisi ini tidak stabil, bisa berubah kapan saja.
Gelembung
Kita punya minat belajar dharma, kita mencoba melakukan sesuatu yang positif dan menghindari perbuatan negatif, masalahnya adalah energi dan upaya kita terfokus pada kegiatan yang ‘kosong’ seperti gelembung, tidak murni, kita hanya ingin mendapat pujian, ketenaran, kehidupan yang serba berkecukupan, semua upaya kita terfokuskan pada kehidupan ini saja, semua energi kita dikerahkan untuk mendapatkan hal-hal ini saja.
Demikian juga, kita belajar dan berlatih dharma demi mendapatkan hal-hal demikian, jadi segala praktik spiritual kita hanya diarahkan untuk mendapatkan kenikmatan di kehidupan ini saja. Tentu saja praktik spiritual kita bisa membawa hal demikian, tentu saja bisa, namun perspektif seperti ini sangat sempit sekali, disebutkan sempit karena hanya terfokus pada kehidupan ini saja, dan kita tidak pernah mempersiapkan kehidupan akan datang.
Kebajikan yang dihasilkan dari praktik spiritual seperti ini sangat-lah lemah, walaupun kita bisa menikmati semua kondisi baik itu, kita hanya menghasilkan kebajikan yang lemah karena perspektif kita sangat terbatas dan kecil, ini juga menjadi salah satu masalah karena kebajikan yang tercipta sangat lemah, namun ketika kita melihat sendiri perbuatan negatif kita yang muncul begitu alami, kita lakukannya setiap hari, melakukannya dengan begitu mahir, kita betul-betul sangat piawai dalam melakukan perbuatan negatif; karena kita melakukan perbuatan negatif setiap waktu, kita begitu mantap dalam melakukannya maka, akibatnya juga menjadi begitu besar, jadi lihatlah, kita yang bermodalkan kebajikan lemah sementara demikian banyak dan besar akibat perbuatan negatif, kita seperti bergantung di ranting lapuk.
Kondisi kita demikian betul-betul sangat berbahaya, kemudian ditambah lagi bahwa kehidupan kita begitu rentan bagaikan gelembung di atas air, tidak ada orang yang bisa menjamin kita tidak akan mati pada sore ini, setelah mengetahui kondisi kita demikian, apa yang perlu kita lakukan? Purifikasikan-lah semua ketidakbajikan itu dengan menerapkan empat metode penawar yaitu menyesal, bertekad untuk tidak mengulang perbuatan negatif itu lagi, berlindung kepada Triratna, kemudian membangkitkan bodhicitta; kemudian melakukan perbuatan positif untuk mencegah munculnya perbuatan negatif; salah satu sisi kita bertindak demikian dan satu sisi lagi kita juga perlu memastikan bahwa kita melakukan segala aktivitas jangan terbatasi oleh perspektif sempit yaitu hanya mencari kesenangan dan kebahagiaan di kehidupan ini saja.
Genting
Satukanlah batinmu dengan ajaran dharma, pertemukanlah batinmu dengan Dharma, mengapa kita perlu berupaya? mengapa itu berbahaya? Karena apabila kita membiarkan perbuatan negatif terus membesar dan bertambah banyak, seandainya kita mati mendadak, maka situasi bisa memburuk, kita sudah sangat familiar dengan perbuatan negatif dan kondisi ini membawa kita bereaksi otomatis dan menjadi kecenderungan negatif.
Supaya kita tidak berada pada posisi yang berbahaya itu, maka sudah jelas kita perlu berupaya keras untuk memberhentikan perbuatan negatif secara fisik, ucapan, dan pikiran; kemudian melakukan sesuatu yang positif, atau minimal kita perlu mempertahankan sila dengan baik. Sila merupakan fondasi paling pertama dan fondasi bagi hal-hal yang lain, apakah anda seorang umat biasa maupun monastik, sama-sama membutuhkan sila.
Acarya Aryadeva menyebutkan terdapat 7 perbuatan yang secara langsung mencederakan orang lain yaitu, membunuh, mencuri, perbuatan asusila, yang dilakukan melalui badan jasmani; kemudian terdapat empat yang dilakukan melalui ucapan yaitu, berbohong, kata-kata kasar, Ucapan yang memecah belah, dan ucapan tidak bermakna; jadi tujuan perbuatan ini secara langsung mencederakan orang lain, kemudian terdapat 3 lagi yang berkaitan dengan pikiran yaitu pemikiran untuk melukai, nafsu keinginan berupa tamak, pandangan keliru, tiga yang berkaitan dengan pikiran ini merupakan sumber terciptanya kekerasan. kita perlu menghindari dari 10 perbuatan negatif ini, dengan demikian kita berlatih untuk hal sebaliknya yaitu non-kekerasan, jadi secara aktif untuk mencegah diri untuk melakukan sepuluh perbuatan negatif yang disebut praktik non-kekerasan.
Artikel ini boleh dikutip sebagian atau seluruhnya dengan tetap mencantumkan nama penulis dan url, tidak dimodifikasi dan non komersial. Karya ini dilindungi oleh lisensi Creative Commons License, kecuali yang tidak disebutkan demikian.