Dalam Praktik Tujuh Bagian (Tib. yan lag bdun), ada satu syair yang intinya adalah memohon Buddha, pemenang, penakhluk berjaya di seluruh penjuru untuk menyalakan pelita ajaran dengan mengajarkan Dharma demi mengusir ketidaktahuan (Tib. ma rig pa, Skt. Avidyā), kegelapan dari delusi kedungguan (Tib. gti mug, Skt. Moha), yang merupakan sumber dari segala derita nestapa, semua tindakan kita dilandasi kebinggunan yang mengakar pada faktor mental pengganggu (Tib. nyon mongs, Skt. Kleśa), nyalakanlah pelita ajaran demi kebaikan semua makhluk.
Kematian terjadi perlahan-lahan dan kematian yang terjadi tidak pada waktunya juga merupakan akibat dari perbuatan kita yang telah disusupi oleh faktor mental pengganggu, bagaikan Raja Yama yang menggerus badan jasmani kita, kematian menghancurkan badan jasmani, dan faktor mental pengganggu menghancur-berantakan batin kita; untuk mengusir ketidaktahuan kita, maka perlu belajar, mendengarkan, merenungkan, kemudian menerapkan Dharma dalam meditasi dan kehidupan, dalam proses belajar, kita bisa berpaling kepada Manjushri (Tib. ‘jam dpal dbyang, Skt. Mañjuśhrīghoṣa) yang merupakan wujud dari kesempurnaan prajna (Tib. shes rab) dan pengertian mendalam, jadi kita bisa beraspirasi dalam bentuk doa (Ind. doa aspirasi, Tib. smon lam, Skt. Praṇidhāna) agar mendapat berkah dan dukungan.
Kita semua tahu secara persis bahwa, pemahaman yang tidak memadai mendatangkan banyak masalah bagi kita, oleh sebab itu banyak institusi pendidikan yang memberikan berbagai jenis pengetahuan dan pemahaman, semua tujuan ini bermuara pada kebahagiaan, jadi inilah tujuan utama dari pendidikan.
Tentu saja ada pengetahuan yang khusus dipergunakan untuk mengatasi ketidakpuasan (Tib. sdug bsngal, Skt. Duḥkhaḥ) dan menemukan kenyamanan rasa puas (Tib. bde ba, Skt. Sukha). Kita juga demikian, berusaha untuk mendapatkan pemahaman dan pengetahuan yaitu dengan melihat sumber penyebab akar dari ketidakpuasan dan derita, kita tidak akan bisa menghapus ketidakpuasan kecuali kita berbuat sesuatu terhadap akar penyebabnya.
Roda Dharma
Buddha memutar roda dharma demi mengusir kegelapan, ketidaktahuan, pelajaran dharma yang pertama bertema Empat Kebenaran Mulia (Tib. ‘phag pa’i bden pa bzhi, Skt. Catvāryaryasatya). Dalam sejarah dikisahkan bahwa Dewa Brahma tertinggi memohon kepada Buddha untuk mengajar, Buddha menerima permohonan itu dan kemudian memutar roda dharma.
Demikianlah asal-usulnya, oleh karena itu salah satu syair dalam puja tujuh bagian adalah memohon Buddha dan mereka yang sudah tercerahkan untuk mengajar dharma, apabila kita memohon dengan motivasi murni, ini merupakan kebajikan sangat luar biasa karena, bukan hanya kita saja memperoleh manfaat, namun semua makhluk memperoleh manfaat.
Motivasi Tepat
Jadi, sebelum mulai belajar, ada baiknya melafalkan permohonan kepada Manjushri (Tib. gang blo ma) untuk mendukung pemahaman kita, kemudian kita melafalkan syair berlindung dan membangkitkan batin pencerahan (Tib. byang chub kyi sems, Skt. Bodhicitta) yaitu suatu semangat yang menyertakan keinginan kuat untuk merealisasi pencerahan sepenuhnya demi kebaikan semua makhluk. Aktivitas berkaitan dengan Dharma sangat erat kaitannya dengan pikiran dan tentu saja berhubungan dengan kondisi batin kita; ketika kita melafalkan syair berlindung dan membangkitkan batin pencerahan, kita mencoba untuk meletakkan pikiran kita pada bingkai yang tepat, bingkai pikiran yang positif.
Semua aktifitas kita adalah berupaya untuk mengitegrasikan ajaran, menjadikan pikiran semakin positif maka, praktik kita akan membuahkan hasil yang bagus pula, relasi kita dengan ajaran dharma juga semakin dekat, namun apabila kita hanya sekedar mengetahui ajaran dharma dan tidak pernah mengintegrasikannya dengan tepat maka, relasi kita dengan dharma tidak akan membuahkan hasil yang diinginkan.
Metode yang sepatutnya dilaksanakan dalam mendengarkan, belajar, merenungkan, meditasi tentang dharma, mencoba untuk menerapkannya melalui berbagai cara maka, kita menciptakan suatu motivasi baik, kemudian ketika ada masalah kehidupan yang menyerang, kita bisa menggunakan motivasi baik itu sebagai penawarnya, dengan demikian aktivitas kita mendengarkan dan mempelajari dharma menjadi praktik spiritual yang sesungguhnya dari meditasi yaitu menjadikan pikiran familiar dengan ajaran dharma.
Hampir semua guru spiritual selalu menyatakan betapa pentingnya untuk membangkitkan suatu motivasi dan niat yang tepat, sehingga kita tidak memboroskan waktu dalam aktivitas spiritual, jadi kita ingin mendapatkan hasil maksimal ketika belajar dan mendengarkan ajaran dharma.
Rangkuman
Jadi sebagai rangkumannya, pertama memohon dukungan dari Manjushri, membangkitkan sikap yang tepat dalam menerima ajaran dharma, menyingkirkan penghalang agar praktik dharma memberikan buah yang sebagaimana mestinya, menciptakan energi-energi positif, purifikasi tindakan-tindakan tidak bajik, semua ini terkandung dalam Praktik Tujuh Bagian.
Persiapan Pendahuluan
Sama persis seperti kita ingin berkebun, perlu untuk membersihkan lahan dari batu, tumbuhan tidak bermanfaat, atau apa saja yang bisa menganggu atau mematikan tanaman yang akan kita tanamankan nantinya, kemudian kita perlu menyediakan kondisi yang kondusif untuk tananam itu tumbuh dan bekembang, sama persis dengan praktik spiritual. Kita perlu mempersiapkan lahan supaya benih yang berupa motivasi dan niat bisa tumbuh dan berkembang.
Inilah beberapa persiapan meditasi yang penting untuk diperhatikan, melafalkan praktik tujuh bagian, mempersembahkan mandala, melafalkan matra Buddha Sakyamuni, Avalokitesvara, Manjushri, Vajrapani, dan Arya Tara, kita membayangkan semua ini tak terpisahkan dengan guru spiritual kita untuk menerima berkah, berangkat dari sinilah kita memulai berbagai metode meditasi, jadi semua ini merupakan persiapan esensial yang sangat perlu diperhatikan.
Shakyamuni, Avalokitesvara, Manjushri, Vajrapani, dan Tara
Semua ajaran dharma pada zaman ini berasal dari Buddha Shakyamuni, oleh karena itu pertama-tama kita melafalkan mantra Buddha Shakyamuni (Tib. sh’akya thub pa), kemudian kita membutuhkan sebuah hati yang baik dan welas asih oleh karena itu kita melafalkan mantra Avalokitesvara (Tib. spyan ras-gzigs), setelah itu kita juga membutuhkan intelegensia dan pemahaman dalam oleh karena itu kita melafalkan mantra Manjushri, kita juga membutuhkan kekuatan besar untuk menyelesaikan semua aktivitas kebajikan yang sedang kita lakukan oleh karena itu kita melafalkan mantra Vajrapani (Tib. pyag na rdo rje), dan kita juga membutuhkan kemampuan untuk bertindak secara cepat dan mulus maka, Arya Tara (Tib. sgrol ma) merupakan perwujudan dari aktivitas pencerahan. Kita membutuhkan semua ini.
Kita membutuhkan semua ini, terlepas apakah anda seorang yang menganut ajaran Buddha atau bukan, kita membutuhkan hati yang baik, intelegensia dan pemahaman mendalam, kekuatan untuk merampungkan aktivitas, dan menyelesaikan aktivitas dengan cepat dan mulus, semua ini menjadi kombinasi yang baik.
Tidak cukup hanya hati yang baik, kita perlu mempelajarinya, menerapkannya, mencari tahu bagaimana menjadikan hati semakin baik dan murni, penuh welas asih, dan sebagainya; kita perlu terus berusaha mengupayakannya, hanya berharap saja tidak akan menjadikannya menjadi nyata.
Penjelasan barusan berkaitan dengan persiapan pendahuluan, kemudian meditasi, dan penutupan; kita tidak bisa mengatakan bahwa salah satunya lebih penting daripada yang lain, hati yang murni dan baik, motivasi yang tepat merupakan modal awal bagi meditasi hingga penutupan, setiap bagian setara pentingnya.
Melafalkan Syair
Ketika melafalkan syair-syair itu, kita bersikap anjali, jadi mulai dari aktivitas badan jasmani positif, kemudian kita melafalkan syair-syair itu yang menjadi aktivitas ucapan positif, dan kita merenungkan makna dari syair yang sedang kita lafalkan yang menjadi motivasi dan batin positif, jadi tiga pintu berada dalam aktivitas positif.
Ketika melafalkan syair-syair itu, badan jasmani, ucapan, dan batin positif, dalam kehidupan sehari-hari seberapa banyak waktu kita lalui dengan demikian? Sebagai manusia, kita memiliki kemampuan untuk melakukannya, kita punya kemampuan untuk mengetahui dan sadar akan apa yang sedang kita lakukan, dan tentu saja kita punya kemampuan untuk melakukan aktivitas positif badan jasmani, ucapan, dan batin.
Seberapa sering tiga pintu ini positif? Seberapa sering kita melakukan hal demikian? walaupun kita hanya melakukannya dalam waktu yang sangat singkat, sungguh suatu aktivitas yang penuh kebajikan dalam menjalankan kehidupan sebagai manusia.
Jika kita menjalankan kehidupan manusia dengan tepat, maka kebahagiaan dan kedamaian lah yang menjadi hasilnya di masa akan datang, Inilah yang diyakini oleh mereka yang mengikuti ajaran Buddha, mereka yakin akan koneksi antara aksi dan efeknya.
Melafalkan syair-syair itu dengan banyak orang secara bersamaan, kita semua berusaha untuk membangkitkan motivasi dan niat yang selaras, aktivitas bersama ini menciptakan kekuatan kebajikan yang besar, kemudian kita mendedikasikan kebajikan itu pada akhir pelafalan syair-syair itu, tentu saja menjadikan semuanya rampung dan sempurna.
Jadi, anda bisa melihat sendiri, banyak orang-orang Tibet yang berkumpul bersama untuk melafalkan syair bersama, apabila semua orang yang hadir memikirkan hal yang sama dan selaras, maka kekuatannya akan menjadi semakin besar.
Artikel ini boleh dikutip sebagian atau seluruhnya dengan tetap mencantumkan nama penulis dan url, tidak dimodifikasi dan non komersial. Karya ini dilindungi oleh lisensi Creative Commons License, kecuali yang tidak disebutkan demikian.